Mengenal Struktur Kepercayaan Batak-Toba
Pada awal kemerdekaan satu per satu para pemikir dan ilmuwan kita mulai bermunculan. Mereka pada umumnya jebolan Eropa kontinen. Salah satu yang perlu kita ingat adalah Dr. Philips O. Lumbantobing alumnus Utrecht Belanda asal Tarutung, Taput, Sumut.
Buku karyanya yang sangat penting tapi nyaris terlupakan adalah "The Structure of Toba-Batak Belief in the High-God".
Buku ini membahas tentang Struktur Kepercayaan Batak-Toba pada Dewa Tinggi. Dewa Tertinggi disebut Mulajadi Nabolon, pencipta alam semesta dan segala isinya. Lalu ada Dewa Tinggi yang dibagi tiga tingkatan, yaitu tingkat pertama Bataraguru, Soripada, dan Mangalabulan; tingkat kedua Ompu Mula Jadi Na Bolon, Raja Uti, dan Debata Asi-Asi; tingkat ketiga Debata Mula Jadi Na Bolon, Debata Asi-Asi, dan Debata Na Tolu.
Peran Dewa Tinggi adalah mengatur kehidupan manusia, seperti kelahiran, kematian, dan kesuburan; memberikan berkat dan hukuman kepada manusia; menjadi sumber kekuatan dan perlindungan bagi manusia.
Kepercayaan Batak-Toba menekankan nilai-nilai moral seperti kebaikan, antara lain menghormati orangtua, leluhur, dan sesama manusia; keadilan, seperti menghargai hak dan kewajiban manusia; kejujuran, seperti berkata dan bertindak dengan benar; kesetaraan, seperti menghormati martabat manusia.
Kepercayaan Batak-Toba pada Dewa Tinggi merupakan sistem kepercayaan yang kompleks dan kaya akan nilai-nilai moral. Kepercayaan ini memiliki pengaruh besar pada kehidupan sosial dan budaya masyarakat Batak-Toba.
Buku "The Structure of Toba-Batak Belief in the High-God" membahas berbagai aspek kepercayaan Batak-Toba pada Dewa Tinggi, termasuk asal usul Dewa Tinggi; sifat dan karakteristik Dewa Tinggi; hubungan antara Dewa Tinggi dan manusia; ritual dan upacara keagamaan; nilai-nilai moral yang terkandung dalam kepercayaan Batak-Toba.
Buku ini juga membahas pengaruh kepercayaan Batak-Toba terhadap kehidupan sosial dan budaya masyarakat Batak-Toba.
Tentang struktur kepercayaan itu apakah asli Batak-Toba atau berangkat dari trilogi Hindu. Ini juga menjadi pertanyaan, sebab dalam buku lak-lak atau buku dari kulit kayu yang menggunakan huruf Batak. Struktur tsb menurut para akhli berasal dari masa 1500-1600, dimana kepercayaan Hindu pernah ada di tanah Batak. Istilah Debata (Dewata) misalnya secara filologis, itu adalah term Hindu.