Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Gong Xi Fa Cai Prabowo-Gibran dan Jayalah Indonesia

9 Februari 2024   16:42 Diperbarui: 9 Februari 2024   17:44 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gong Xi Fa Cai Prabowo-Gibran dan Jayalah Indonesia

Hari ini Jumat 9 Pebruari bertepatan dengan libur bersama terkait perayaan Imlek tgl 10 Pebruari 2024, adalah kampanye akbar dan terbuka sekaligus yang yang terakhir bagi ketiga kontestan yi Prabowo, Anies dan Ganjar. Itu semua terpusat di Jakarta, dan pada kesempatan ini pulalah Gen Z dan Milenial dan elektoral luas pada umumnya akan menentukan pilihannya, apakah Paslon 01, 02 atau 03.

Di tengah hiruk-pikuk buzzers termasuk kalangan akademisi menghujani kritik terhadap pemerintahan Jokowi dan beberapa malah mencoba masuk dengan mengutak-atik masalah etik pencalonan Gibran sebagai cawapresnya Prabowo, bahkan Rosiana Silalahi dalam talkshow Rosi nanti malam sekitar Pk 20.00-an akan menayangkan obrolannya dengan Megawati, dan Cak Imin yang sibuk mengcounter semua kegagalannya dalam merangkul kalangan Nahdliyin di Jateng dan Jatim.

Kita bertanya-tanya apakah semua hiruk-pikuk itu berpengaruh signifikan terhadap moving averages atau ayunan langkah dan maunya elektoral kita. Jawabannya bisa saja ya tapi jauh dari bisa dikatakan signifikan. Bagaimanapun variabel yang permanen tetaplah Jokowi, bukan Ketum Parpol, atau seorang atau beberapa jenderal pensiunan, atau kalangan akademisi yang beberapa terakhir ini koor mengumandangkan kekecewaannya terhadap pemerintahan Jokowi.

Semua itu tak kurang tak lebih hanyalah untuk menggiring elektoral mendekati pencoblosan tgl 14 Pebruari yad.

Robert seorang sobat lama saya yang masih tinggal di Timtim tadi malam meneleponku curhat bahwa Indonesia sekarang nggak sama dengan Indonesia dulu. Ya nggak-lah sahutku. Emang Indonesia hancur-hancuran. Kan tidak. "Aku bukan hendak mengatakan seperti itu. Tapi hanya ingin mengatakan bahwa demokrasi di negeri kita sekarang tidak lagi sama dengan demokrasi di masa regime sebelumnya, apalagi di masa regime Orba", demikian Robert.

Oya dari mana anda melihat itu, tanyaku. "Dari semua sepak-terjang Jokowi dan para pembantunya, dan dari semua denyut nadi perpolitikan kita. Aku lihat di masa Jokowi ini memang seakan semuanya kebablasan, tapi sesungguhnya tidak. Misalnya yang terakhir aku lihat intelektual seperti Rocky Gerung memaki Jokowi sebagai 'bajingan tolol', tapi nyatanya ia tidak ditangkap atau direspon keras oleh pemerintah, melainkan disambit rakyat ketika ke Yogyakarta bersama Refly Harun. Jadi aku melihat yang menjaga kode etik itu justeru rakyat kecil. Dan sekarang kita lihat koor besar kalangan akademisi ntah pun itu diorkestrasi atau tidak, tapi yang jelas koor besar itu mengritik pemerintahan Jokowi. Ini juga palingan akan dikoreksi oleh rakyat kecil juga", tegas Robert.

Oh begitu, Btw, bagaimana anda melihat Paslon No 02 Prabowo Soebianto. Bukankah anda mengenalnya dengan baik ketika Prabowo bertugas di Timtim, bahkan pernah mengontrakkan rumah anda di Taibesi, Dili, untuk dijadikan markas Prabowo, bahkan sempat saya lihat tahanan Fretilin yang bebas mondar-mandir di rumah yang dijadikan markas sekaligus tempat tahanan Fretilin itu.

Robert sontak teringat Prabowo selama bertugas di Timtim yang pangkatnya masih Letkol ketika itu. "Ia baik-baik saja, ntah itu kepada tahanan, sekalipun itu Fretilin, ia juga baik kepada warga Timtim, dan sangat baik kepada generasi muda Timtim sampai kemudian ia mendirikan Gadapaksi atau Garda Depan Penegak Integrasi. Prabowo di masa kini setelah sekian lama diberhentikan karena dituding miring tentang  sejumlah hal yang dianggap pantang di awal reformasi ketika itu. 

Bayangkan sekian tahun setelah ia diberhentikan secara tidak hormat dengan pangkat terakhir Mayjen, ia kini, khususnya semasa Menhan di kabinet Jokowi, termasuk ucapan-ucapannya selama kampanye, dan dalam penyampaian berbagai ceramah, Prabowo terkesan kuat sudah bermental baru yang siap mengorbit jadi negarawan. 

Prabowo sudah sangat matang sekarang. Kini bukan lagi uang yang dicari Prabowo. Dalam usianya yang ke-72 sekarang, ia terkesan kuat hanya mau mempersembahkan sisa-sisa terakhir hidupnya untuk bangsa kita sebagai negarawan yang bisa memajukan bangsa dan negaranya. Itu saja", demikian Robert.

Lalu bagaimana dengan Jokowi yang secara hidden pro kepada Prabowo sekarang? "Oya Jokowi, saya tidak melihatnya dari faktor Gibran semata. Saya yakin Jokowi lebih melihat Prabowo sebagai calon presiden yang memahami pikiran dan cita-cita seorang Jokowi sebagaimana halnya Jokowi memahami betul cara berpikir Bung Karno terhadap masa depan bangsa ini. 

Sejauh ini, Prabowo-lah  pilihan yang terpantas untuk itu. Dia tahu cara berpikir presidennya, dia dikenal tegas dan tidak disetir partai begitu saja. Dia benar-benar berpikir hanya untuk kemajuan bangsanya saja. 

Dengan kata lain, bagaimana agar bangsa ini maju dan modern. Tak heran Jokowi meninggalkan PDIP secara hidden begitu saja, karena tentu tak ingin bentrok dengan Megawati secara telanjang di hadapan rakyat. Itu gaya Solo, tapi saya pikir itu keren", demikian Robert belum lama ini kepada saya.

Benar temanku ini. Kritik terhadap pemerintahan Jokowi, masalah pencalonan Gibran, atau upaya merangkul kalangan Nahdliyin adalah bagian dari proses demokrasi yang sehat. Sejauh mana hiruk-pikuk tsb berpengaruh terhadap kestabilan moving averages atau ayunan langkah elektoral bisa sangat bervariasi tentunya.

Dalam konteks elektoral, variabel permanen seperti popularitas dan kinerja Presiden Jokowi tetap menjadi faktor utama. Pemilih cenderung mempertimbangkan pencapaian, kebijakan, dan ketegasan pemerintahan dalam menilai kinerja suatu pemerintahan. Meskipun kritik dapat menciptakan getaran dalam opini publik, dampak jangka panjangnya tergantung pada seberapa besar kritik tsb tercermin dalam tindakan dan kebijakan pemerintah. Rakyat di lingkar Toba misalnya, mereka mana bisa melupakan Jokowi begitu saja. Juga rakyat di Jatim, Jateng, Jabar dst. Mereka sudah merasakan bagaimana pencapaian sang eksekutor yang adalah Presiden mereka sendiri.

Pandangan terhadap Prabowo Subianto dan perjalanan karirnya dapat beragam tergantung pada sudut pandang dan pengalaman individu. Beberapa orang mungkin melihat transformasi Prabowo dari seorang perwira militer yang kontroversial menjadi seorang negarawan yang dianggap lebih matang sebagai sesuatu yang positif.

Beberapa poin penting tentang Prabowo, antara lain perubahan dari militer ke politik memang telah membawa perubahan dalam citra Prabowo. Pergeseran fokus dari militer ke kepemimpinan politik, terutama selama masa jabatannya sebagai Menhan di kabinet Jokowi, dapat dianggap sebagai bukti perubahan orientasi dan peran.

Beberapa orang seperti temanku Robert melihatnya sebagai pemimpin yang telah berkembang dan matang seiring waktu. Pandangan ini bisa berkaitan dengan kemampuannya beradaptasi dengan perubahan zaman, tuntutan politik, dan kepemimpinan yang lebih luas.

Jujur, beberapa orang mungkin masih membawa ingatan tentang masa lalunya yang kontroversial, terutama terkait keterlibatannya dalam peristiwa 1998 di Indonesia. Hal ini bisa menjadi titik kritis bagi beberapa orang yang melihat perjalanan karirnya. Inilah yang sering saya katakan sebagai pandangan kalangan akademisi dan para aktivis 1998 yang kini sudah banyak yang menjadi politisi dan pengusaha sukses.

Terkait Jokowi, beberapa poin penting, antara lain Jokowi memilih Prabowo Soebianto sebagai Menhan dalam kabinetnya. Kerjasama ini menunjukkan adanya kolaborasi di tingkat pemerintahan dan bisa diartikan sebagai upaya untuk menciptakan stabilitas politik dan mengintegrasikan berbagai kepentingan politik di dalam pemerintah.

Dalam beberapa pemilu terakhir, terutama Pilpres 2019, terlihat bahwa Jokowi dan Prabowo bisa berhadapan secara kontestatif tetapi juga menunjukkan kedewasaan politik dengan berjabat tangan dan menyatakan persatuan setelah pemilihan.

Keputusan Jokowi untuk meninggalkan PDIP secara tersembunyi, dapat diartikan sebagai strategi politik, persisnya strategi elektoral.

Tak heran moving averages selama ini berayun ke arah Jokowi sebagai salah satu pemimpin Indonesia yang sangat dihormati rakyatnya.

Kita lihat hasil survey elektabilitas terbaru jelang pencoblosan pada tgl 14 Pebruari 2024 yad :

Populi Centre : 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar 22,1%; 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming 52,5%; 03 Ganjar Pranowo-Mahfud Md 16,9%

Indikator Politik : Prabowo-Gibran 48,55%; Anies-Cak Imin 24,17%; Ganjar-Mahfud 21,60%; Tidak tahu 5,68%

Charta Politika : Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka 42,2% Ganjar Pranowo-Mahfud Md 28%; Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar 26,7%; Tidak jawab/tidak tahu 3,1%

LSI Denny JA : 1. Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar - Januari 2024 23,2%,  - Desember 2023 22,3%, - Oktober 2023 19,6%; 2. Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming - Januari 2024 47%, - Desember 2023 45,6%, - Oktober 2023 35,9%; 3. Ganjar Pranowo-Mahfud Md - Januari 2024 21,7%, - Desember 2023 23,8%, - Oktober 2023 26,1%.

Dari hasil suvey terkini itu, Prabowo kemungkinan bisa menang dalam satu putaran. Atau kalaupun harus dua putaran, Ia sudah pasti memenangkannya juga.

Semua manuver terkait strategi elektoral, praktis hanya manuver Jokowi yang melepaskan diri secara hidden dari PDIP yang berhasil. Yang lain meski ada pengaruhnya, tapi pengaruh itu bisa diabaikan karena tidak signifikan.

Penutup

Jelang perayaan Imlek tgl 10 Pebruari besok, ada baiknya kita mengutip pemikir besar dari belahan timur, yi Kung Fu Tze. Dikatakannya ada tiga tingkatan manusia yaitu Shang Jen, tipe manusia yang paling ideal, tipe manusia yang sulit untuk dicapai. Tipe ini bisa diterjemahkan sebagai manusia suci atau manusia bijak. Tipe kedua yaitu Chun Tzu, juga disebut Shih. Tipe manusia ini sangat mungkin dicapai. Hanya dibutuhkan beberapa persyaratan dari segi moral, intelektual dan dari segi fisik dengan tujuan agar dapat bermanfaat bagi orang yang berada disekitamya. Tipe ketiga adalah Hsiao Jen yaitu tipe manusia biasa.

Kung Fu Tze, lebih dikenal sebagai Konfusius, memiliki pandangan khas terkait kepemimpinan yang tercermin dalam konsep "Chun Tzu" atau "Junzi."

Chun Tzu ditandai oleh moralitas yang tinggi. Seorang pemimpin yang mencapai tingkatan Chun Tzu harus memiliki kebajikan dan integritas moral. Prinsip-prinsip moralitas seperti kejujuran, keadilan, dan kasih sayang menjadi landasan bagi kepemimpinan yang efektif.

Chun Tzu mencapai kesempurnaan pribadi melalui pembinaan diri dan pengembangan moralitas. Pemimpin yang mencapai tingkat ini harus memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri, mengelola emosi, dan memberikan contoh moral bagi orang lain.

Pemimpin Chun Tzu juga diharapkan memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam. Kung Fu Tze menghargai pentingnya pendidikan dan intelektualitas sebagai bagian dari kepemimpinan yang efektif. Pemimpin harus mampu memahami dan mengatasi masalah dengan bijaksana.

Chun Tzu harus memperlihatkan empati dan kepedulian terhadap kebutuhan orang lain. Pemimpin yang peduli terhadap kesejahteraan masyarakatnya akan lebih mampu memimpin dengan efektif dan membangun hubungan yang baik.

Salah satu prinsip penting dalam kepemimpinan Chun Tzu adalah memberikan teladan. Pemimpin harus menjadi contoh yang diikuti oleh bawahan. Dengan menunjukkan sikap dan perilaku yang baik, pemimpin dapat memotivasi dan membimbing orang lain menuju kesempurnaan.

Kepemimpinan Chun Tzu adalah bentuk yang tinggi dan mulia. Pemimpin semacam ini mampu menciptakan harmoni dalam masyarakat, memotivasi orang lain untuk mencapai kebaikan, dan memberikan kontribusi positif bagi kemajuan bersama.

Semoga kita beroleh Presiden baru yang dapat menjadi Chun Tzu. Kalau memang itu dia maka kita hanya dapat berpesan : Beranikanlah diri anda untuk mengambil keputusan yang sulit demi kebaikan bersama. Teguh ati koyo watu karang, ora goyah ning tengah gejolak lan kahanan ora mesthi.

Xin Nian Kuai Le! Semoga di tahun baru Imlek 2024 ini, kesehatan, kedamaian, dan kelimpahan selalu menyertai bangsa ini.

Gong Xi Fa Cai Prabowo-Gibran dan Jayalah Indonesia !!

Lihat :

Survey elektabilitas terbaru dalam https://news.detik.com/pemilu/d-7182357/elektabilitas-amin-vs-prabowo-gibran-vs-ganjar-mahfud-sepekan-jelang-coblosan?single=1

Kung Fu Tze dalam https://lontar.ui.ac.id/detail?id=20159661&lokasi=lokal

Joyogrand, Malang, Fri', Febr' 09, 2024. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun