Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pilgrimage dan Percikan Ilahi dalam Diri Kita

27 Januari 2024   14:14 Diperbarui: 27 Januari 2024   14:18 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan Leonardo da Vinci "Tuhan menciptakan manusia. Tuhan dan manusia terhubung sangat dekat". Foto : dannykittinger.com

Pilgrimage dan Percikan Ilahi dalam Diri Kita

Dalam hidup ini, semua arketipe, khususnya arketipe ziarah dianggap menarik. Hal ini tampak jelas bagi peziarah Kristen ke Betlehem dan Yerusalem, jamaah haji Muslim ke Mekah dst.

Dorongan untuk pergi dan mengembara -- untuk terhubung, untuk melengkapi diri sendiri, untuk menyembuhkan luka -- sudah setua usia manusia itu sendiri. Ini tentu saja menjadi tema yang berkelanjutan dalam hidup kita.

Namun ziarah kita yang sesungguhnya adalah interior. Jika seorang peziarah didefinisikan sebagai "seseorang yang melakukan perjalanan ke suatu tempat suci karena alasan agama," maka bagi peziarah yang berjalan di sebuah kota katakanlah Bandung atau Tarutung, orang dimaksud tidak akan pernah meninggalkan rumahnya.

Anda bisa menjadi peziarah di lingkungan anda sendiri, berjalan-jalan, mengagumi keindahan bunga dan burung, berdoa. Anda bisa menjadi peziarah di antara keluarga dan teman-teman anda, seperti memberi salam, berbagi roti, membuka hati kepada semua orang yang anda temui di jalan.

Meskipun semua orang dipanggil untuk berziarah, hanya sedikit yang bisa atau mau pergi.

Pilgrimage atau Ziarah adalah suatu perjalanan spiritual yang lebih dalam dan lebih personal, bukan hanya sebatas perjalanan fisik ke tempat-tempat suci.

Ziarah yang sesungguhnya adalah perjalanan ke dalam diri sendiri. Melalui refleksi dan kontemplasi, seseorang dapat menemukan makna hidup dan menggali ke dalam dimensi spiritualnya. Ini adalah panggilan untuk menjalani perjalanan bathin, memahami diri sendiri, dan mencari hubungan yang lebih dalam dengan keilahian.

Berjalan-jalan di lingkungan sekitar, menikmati keindahan alam, dan memuji ciptaan Tuhan mengajarkan kita untuk menghargai keindahan yang ada di sekitar kita. Dalam setiap bunga dan burung, terdapat keajaiban yang mencerminkan kehadiran Ilahi, dan dengan itu, kita dapat merasa terhubung dengan keilahian.

Ziarah di antara keluarga dan teman-teman mencerminkan pentingnya hubungan sosial dan kebersamaan dalam kehidupan. Memberi salam, berbagi makanan, dan membuka hati kepada sesama adalah cara untuk menghormati kehadiran Ilahi dalam setiap individu. Ini juga membangun komunitas yang didasarkan pada nilai-nilai kebaikan dan kasih sayang.

Meskipun panggilan untuk berziarah hadir untuk semua orang, tidak semua orang dapat atau mau menjalankannya. Ada realitas keterbatasan, tantangan, dan pilihan dalam kehidupan. Namun, bahkan dalam keterbatasan tsb, setiap individu memiliki kesempatan untuk menjalani perjalanan spiritualnya masing-masing, sesuai dengan kondisi dan kemampuannya.

Betapa pentingnya kesadaran terhadap kehidupan sehari-hari dan keterlibatan penuh dalam pengalaman hidup. Dengan menghadirkan diri sepenuhnya dalam momen-momen kecil, seseorang dapat menemukan kehadiran Ilahi di setiap detik kehidupan.

Secara keseluruhan, ini mengajak kita untuk merenungkan makna hidup, menjalani perjalanan spiritual secara interior, dan menjalin hubungan yang bermakna dengan alam, sesama, dan Yang Mahakuasa dalam kehidupan sehari-hari.

Perjalanan menuju ke hati kita sendiri, bahkan dapat dilakukan katakanlah di sebuah kamar khusus di rumah kita, atau dengan berjalan melalui jalan-jalan kota. Ke mana pun kita pergi, kita berjalan dengan telanjang kaki - dalam kemiskinan rohani - dan karena kita akhirnya berjalan ke dalam pecahan batu dan batu tajam di hati orang lain, kaki kita berlumuran darah.

Perjalanan ke dalam diri sendiri adalah inti dari ziarah. Tidak perlu berpindah tempat secara fisik, yang penting adalah perjalanan bathin yang membawa seseorang menuju pemahaman diri, makna hidup, dan hubungan yang lebih dalam dengan keilahian.

Perjalanan dengan bertelanjang kaki adalah metafora kemiskinan rohani. Ini bukan hanya keadaan fisik, tetapi lebih pada sikap hati yang rendah hati dan terbuka. Menjadi telanjang kaki di dalam perjalanan spiritual menunjukkan ketidakberdayaan, keterbukaan, dan keikhlasan untuk menerima pengalaman dengan segenap hati.

Dalam perjalanan hidup dan spiritual, kita tidak selalu dihadapkan pada kelembutan dan kemudahan. Metafora pecahan batu dan batu tajam di hati orang lain mencerminkan konflik, tantangan, dan penderitaan yang dapat kita alami dalam berinteraksi dengan sesama. Ketika kita berjalan melalui pengalaman-pengalaman ini, kita mungkin mengalami rasa sakit dan kesulitan, seperti kaki yang berlumuran darah.

Darah dari kaki yang terluka adalah simbol pengorbanan dalam perjalanan spiritual. Pengalaman penderitaan dan kesulitan yang kita temui dapat menjadi bagian dari proses transformasi dan pertumbuhan bathin, mirip dengan pengorbanan yang terjadi dalam perjalanan rohaniah.

Lihatlah seekor burung berkali-kali terbang dan berhenti di sebuah gedung tua, dengan panik membenturkan tubuhnya dengan rasa putus asa yang mengerikan ke jendela yang berdebu. Ia terbang sepanjang bangunan itu hanya untuk terbang lagi ke penghalang cahaya lain ... Ada lubang dan ruang, kalau saja ia bisa melihatnya. Setiap kali gagal, jeda dan keheningan menjadi lebih lama, dan keputusasaan yang menakutkan pada burung itu terasa semakin besar.

Bagaimana jika Tuhan menyaksikan dalam diri setiap manusia ada percikan ilahi, yang terbang dalam diri kita secara membabi buta, seperti burung itu, terhempas ketakutan, ditinju dan dihantam dari dinding ke dinding, dibutakan oleh rintangan dan debu, namun, Tuhan tahu, bahwa ada jalan menuju kebebasan alami dan penerbangan menaik.

Percikan ilahi mengisyaratkan setiap individu membawa kehadiran Tuhan atau aspek spiritual dalam dirinya. Ini adalah kekuatan bathin, intuisi moral, atau kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan. Meskipun mungkin terkubur dalam kesulitan dan keputusasaan, namun percikan ilahi ini tetap ada sebagai potensi dalam diri manusia.

Hidup sungguh tak mudah. Kita sering terhempas dan terluka, dan keputusasaan bisa menghampiri. Namun, pesan yang muncul adalah bahwa setiap perjalanan, meskipun sulit, memiliki potensi untuk membawa kita ke arah kebebasan dan pertumbuhan.

Ide bahwa Tuhan menyaksikan dan berjalan bersama kita melalui setiap kesulitan menciptakan gambaran penghiburan. Ini mencerminkan keyakinan bahwa Tuhan tidak meninggalkan kita sendirian dalam perjalanan hidup, melainkan hadir untuk memberikan dukungan dan petunjuk bahkan ketika kita menghadapi tantangan yang sulit.

Lihat burung yang mengalami keputusasaan, analogi ini menawarkan harapan bahwa ada jalan menuju kebebasan dan penerbangan yang menaik. Ini adalah proses pertumbuhan, pemulihan, atau pencerahan yang terjadi dalam perjalanan spiritual seseorang.

Tuhan yang menyaksikan penderitaan luarbiasa dalam perjalanan ini menunjukkan empati dan pemahaman yang mendalam terhadap penderitaan manusia. Ada penegasan bahwa keberadaan Tuhan tidak menghilangkan penderitaan, tetapi hadir untuk memberikan makna dan dukungan di tengah-tengahnya.

Percayalah dan Yakinlah bahwa ada potensi untuk pertumbuhan dan kebebasan melalui kehadiran Tuhan dan percikan ilahi dalam diri kita.

Joyogrand,Malang, Sat', Jan' 27, 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun