Meskipun terdapat perubahan aliansi politik, Jokowi berhasil mempertahankan stabilitas politik di Indonesia. Keberlanjutan kebijakan pemerintah dan stabilitas politik dapat memberikan kepercayaan kepada masyarakat.
Menangani pandemi Covid-19 merupakan tantangan besar di berbagai negara, termasuk Indonesia. Respons pemerintah terhadap pandemi ini mempengaruhi persepsi publik terhadap kepemimpinan Jokowi. Ia sejauh ini dianggap efektif.
Jokowi telah menunjukkan komitmennya pada pembangunan infrastruktur, termasuk proyek-proyek besar seperti jalan tol, bandara, dan pelabuhan. Peningkatan infrastruktur dapat dianggap sebagai langkah positif bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Pendekatan pragmatis Jokowi dalam bekerja dengan berbagai pihak dilihat oleh sebagian masyarakat sebagai strategi yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu.
Kombinasi faktor-faktor di atas dapat menjelaskan mengapa popularitas Jokowi tetap tinggi di kalangan masyarakat Indonesia.
Harus diakui Jokowi adalah seorang Maestro dalam perpolitikan Indonesia. Ia tak mesti harus cawe-cawe mengendorse Prabowo, atau repot-repot ngurusin Gibran, atau diam-diam katakanlah begitu, berkomunikasi dengan Megawati mengapa ia harus berpisah dengannya sekarang ini.
Melihat situasi di mana Jokowi memiliki kebijakan pragmatis dan mampu berkomunikasi dengan berbagai pihak, sementara Megawati memiliki sikap yang stubborn, ini menciptakan dinamika politik yang justeru menarik.
Kemaestroan Jokowi dalam politik. Terutama karena kemampuannya meraih dukungan lintas partai dan mendapatkan hasil positif dalam berbagai kebijakan. Keterampilan tsb dapat diapresiasi oleh masyarakat yang melihatnya sebagai pemimpin yang efektif dan mampu beradaptasi dengan dinamika politik yang berkembang.
Meskipun Megawati terkenal sebagai sosok yang stubborn, boleh jadi ada elemen kestabilan dan konsistensi dalam pandangan politiknya. Namun, tantangan bagi partai dan pemimpin politik adalah mengakomodasi kebebasan dan perubahan zaman tanpa kehilangan identitas dan prinsip dasar. Disini Mega tidak bisa tidak harus lebih fleksibel dalam berpolitik, dan bukan lagi meneriakkan yel yel ini dan itu seakan hendak menjatuhkan regime Orba.
Contoh seperti Budiman Soedjatmiko yang meninggalkan PDIP dan membentuk Prabu menunjukkan bahwa perubahan aliansi politik dapat terjadi. Hal ini mencerminkan dinamika politik dan perbedaan pandangan di dalam sebuah partai.
Integrasi kekuatan nasionalis untuk mencapai kemenangan dalam pemilihan umum merupakan hal yang penting. Kunci utama di sini adalah bagaimana memadukan kekuatan nasionalis dari berbagai partai dan golongan untuk menciptakan visi bersama yang dapat memenangkan dukungan masyarakat.