Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mengenal dan Melestarikan Pinus Batak

11 Januari 2024   17:20 Diperbarui: 11 Januari 2024   17:35 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinus Batak yang menjulang tinggi lurus dan berkulit seperti sisik ular sungguh eksotis tiada duanya. Foto: Parlin Pakpahan

Mengenal dan Melestarikan Pinus Batak

Melakukan trip ke Sumatera utara tak cukup hanya sekali. Propinsi seluas 72.981 Km2 itu harus berkali-kali dijelajahi. Sampai jontor pun kita traveling di kawasan seluas itu paling banter kita hanya dapat bercerita tentang kawasan Danau Toba dan sekitar dengan melakukan trip ke pulau Samosir dan 7 Kabupaten yang mengelilinginya. Itulah yang termudah. Infrastruktur jalan dan jembatan perlintasannya sudah bagus, baik di lingkar dalam maupun di lingkar luar Danau Toba.

Yang mendominasi Sumatera utara adalah rangkaian pegunungan Bukit Barisan. Di pedalaman Sumatera utara, cukup banyak daerah kabupaten di dalamnya, termasuk segelintir kota. Yang sempat kita singgahi paling banter adalah ibukota kabupatennya saja seperti Tapanuli utara misalnya, pastinya kita hanya singgah di kota Tarutung, dan jelajah paling jauh kita hanya sempat melihat farmingnya Pak Sintong Panjaitan di Simarhompa Sipahutar. Tapanuli Selatan pun demikian, paling kita hanya sempat mampir di kota Padang Sidempuan, selebihnya siap nggak ke Batangtoru forest sisi Tapsel misalnya. Belum tentu. Maklum medannya cukup berat.

Karenanya, kita harus smart membuat rencana perjalanan kita. Setelah Danau Toba yang semakin glowing sekarang, alam seperti apa sesungguhnya yang layak kita kunjungi di Sumatera utara ini. Salah satunya saya kira adalah jelajah alam ke Cagar Alam (CA) yang sudah dibuat pemerintah, misalnya CA Dolok Saut di Pangaribuan dan CA  Dolok Sipirok di Tapanuli selatan. Atau melihat kekayaan "wild life" di hutan-hutan Bukit Barisan seperti Batangtoru forest di sisi Tapanuli utara yang punya kekayaan alam yang sudah sangat langka yi Orangutan atau Homang dalam bahasa setempat yang kesohor dengan nama Pongotapanuliensis.

Kali ini, trip yang akan saya ceritakan adalah trip ke CA Dolok Saut di Pangaribuan Tapanuli utara. Ini CA yang sangat penting saya kira. Meski luasnya hanya 39 Ha dibandingkan CA Dolok Sipirok sebesar 6.970 Ha. Tapi CA yang satu ini sangat menentukan. Elevasi CA ini kl 1250 M dpl.

Perjalanan dari Medan ke Tarutung sekarang sudah bagus dan tidak lagi seperti dulu. Medan-Tarutung yang berjarak 281 Km sekarang dapat ditempuh hanya dalam 6 jam. Istirahat di Tarutung, kemudian lanjut ke Pangaribuan kl 45 Km. Perjalanan disini agak sulit, karena berkelak-kelok semakin meninggi dengan melalui banyak daerah patahan. Bisa ngebut tapi harus tangguh seperti Valentino Rossi yang jago di tikungan. Karena bukan Rossi, jarak segitu ditempuh kl 2 jam. Kalau Rossi boleh jadi hanya kl setengah jam. Pangaribuan-Rahut Bosi tak masalah, karena hanya berjarak 13 Km. Lama perjalanan ke CA Dolok Saut dari Medan total 9 jam, sudah termasuk istirahat satu jam-an di kota Tarutung. Bengep kan hanya untuk menuju saju obyek jelajah alam saja.

CA Dolok Saut sudah cukup lama mengkonservasi Pinus Batak. Dalam pandangan terkini, meski Pinus itu terlihat lestari tapi tak ada kemajuan yang signifikan saya lihat, misalnya pola pengembangan konservasi in-situ belum juga terbentuk. Masih itu-itu juga. Jadi bagaimana mungkin kita dapat mengembangkan konservasi ex-situ.

Tapi tak jauh dari CA ini, kita dapat berziarah ke makam Demang pertama Karesidenan Tapanuli di masa Kolonial Belanda yaitu Mangaraja Frederick Gultom beserta isteri Esther Rondang Silitonga yang disarihon atau dimakamkan persis di depan rumah keluarga alm. Frederick Gultom di Kompleks SMK Gunung Karmel, Batunadua, Pangaribuan, Tapanuli Utara.

Kita lalai selama ini bahwa Pangaribuan adalah salah satu posko atau pusat komando untuk kaum gerilya di tanah Batak tempo doeloe.

Agung boru Gultom yang bertempat tinggal di kompleks pendidikan Gunung Karmel di Batunadua Pangaribuan adalah salah satu puteri Demang pertama itu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun