Dalam term "omon-omon" saya pikir Prabowo terinspirasi dari pengalamannya semasa bertugas di Timor Timur, dimana pengucapan bahasa Indonesia disana salah satunya adalah kesulitan melafalkan "ng."
Netizen Indonesia merespons dengan antusiasme terhadap istilah baru ini, menganggapnya sebagai temuan kreatif dalam komunikasi politik.
Sebagian netizen menggunakan "omon-omon" dalam konteks lain yang bersifat jenaka, menciptakan variasi dan memperluas penggunaannya di berbagai situasi.
Penggunaan istilah baru ini menunjukkan bagaimana perkembangan komunikasi politik dapat menciptakan tren di media sosial dan memberikan warna unik pada dinamika kampanye politik di Indonesia.
Benar bahwa Prabowo agak tersudut dalam perdebatan capres tadi malam, tapi bukan berarti ia kalah dalam perdebatan itu.Â
Bagaimanapun masalah belanja pertahanan tak bisa dijelaskan hanya poin-poinnya saja, sementara yang ditanyakan terkait anggaran milyaran rupiah, dan mekanisme yang berliku. Maka ia mengatakan Anies jangan hanya "omon-omon" saja.
Pernyataan Prabowo yang meminta Anies untuk tidak hanya "omon-omon" saja, dapat diartikan sebagai dorongan agar Anies tidak hanya berkomentar secara umum atau memberikan kritik tanpa memberikan solusi konkret atau pemahaman mendalam terhadap kompleksitas isu pertahanan dan anggaran.
Debat politik melibatkan berbagai faktor, termasuk kemampuan untuk menjelaskan ide dan kebijakan dengan jelas dan persuasif. Prabowo disini menekankan pentingnya mendekati isu-isu kompleks seperti anggaran pertahanan dengan lebih dari sekadar komentar umum.
Yang patut diacungi jempol kali ini adalah Ganjar Pranowo yang justeru memukul visi kedua capres saingannya pada bagian akhir perdebatan, yang mana ia membuka data tentang indeks kemiliteran negeri ini yang menurun drastis.Â
Kalau paslon no 2 tak bisa membantah data yang dipegangnya, silakan relawannya yang maju membantunya. Juga Ganjar memukul telak Anies dengan mengatakan ASEAN adalah forum yang sulit karena semuanya harus melalui konsensus bersama.Â
Maka kita ke depan ini harus bertahap mengubahnya menjadi lonjong dan tidak mesti bulat dalam mengambil keputusan ntah itu soal pengungsi Rohingya dll.