Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Israel Vs Revisionisme

4 Januari 2024   17:25 Diperbarui: 4 Januari 2024   17:25 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Israel dalam peta pasca kemerdekaan 1948. Foto: en.wikipedia.org

Israel Vs Revisionisme

Terlepas dari semua musuh di sekelilingnya, apakah Israel ke depan ini dapat membebaskan dirinya dari revisionisme selama ini, seperti thesis Arafat bahwa Israel tak ada di middle-east, thesis Mahmoud Abbas bahwa dia tidak akan pernah mengenali negara Yahudi Israel. Abbas juga mengatakan bahwa orang-orang Yahudi tidak memiliki hubungan dengan Yerusalem. Ditambah lagi, dia menyangkal pernah ada Bait Suci Yahudi di Temple Mount. Bagaimana Israel seharusnya "menegosiasikan" haknya untuk eksis?

Abbas yang dipandang moderat selama ini tidak pernah memiliki realitas. Abbas menulis thesisnya di Russia yang menolak Holocaust. Sayangnya, sebagian besar dunia Arab dan banyak di luar dunia Arab sejalan dengan pandangan Abbas.

Solusi untuk konflik Israel-Arab Palestina sangat kompleks dan idealnya memerlukan komitmen dari semua pihak terlibat. Setiap pendekatan harus mempertimbangkan keamanan, keadilan, dan kesejahteraan kedua belah pihak.

Presiden Trump semasa berkuasa telah mengumumkan bahwa Yerusalem adalah ibukota Israel. Apakah ini berita? Sesungguhnya tidak. Yerusalem telah menjadi ibukota resmi Israel sejak kelahirannya kembali pada tahun 1948. Yerusalem adalah ibukota abadi orang-orang Yahudi sepanjang sejarah.

Namun dengan pengumuman Trump, sebagian besar dunia menjadi gila, terutama dunia Arab.

Pengumuman Presiden Trump pada tanggal 6 Desember 2017, yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel dan rencananya untuk memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem, memicu berbagai reaksi di seluruh dunia, terutama di dunia Arab. Pengakuan ini dipandang kontroversial karena status Yerusalem merupakan salah satu isu paling sensitif dalam konflik Israel-Arab Palestina.

Sebelum pengumuman Trump, sebagian besar negara tidak mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel dan menganggap statusnya harus diatur melalui negosiasi antara Israel dan Arab-Palestina. Langkah Trump dianggap sebagai perubahan kebijakan yang signifikan dan menimbulkan ketegangan di kawasan tsb.

Beberapa negara Arab mengecam langkah tsb sebagai pelanggaran terhadap hak Arab-Palestina dan mengancam akan merusak prospek perdamaian di kawasan tsb.

Isu Yerusalem sangat kompleks dan memiliki dimensi sejarah, agama, dan politik yang rumit. Pengakuan Yerusalem sebagai ibukota Israel menciptakan ketegangan dan memperumit upaya penyelesaian konflik di Timur Tengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun