Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Museum Arab-Palestina di Tepi Barat Tak Bisa Menunjukkan Apa pun

18 Desember 2023   12:10 Diperbarui: 18 Desember 2023   12:10 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Arab-Palestina di dekat Universitas Birzeit, Tepi Barat. Foto : wikipedia.org

Museum Arab-Palestina di Tepi Barat Tak Bisa Menunjukkan Apa pun

Konflik Gaza yang memasuki hari ke-70 sekarang semakin sulit diprediksi. Dari sudut pemerintah Israel yang berkuasa sekarang, konflik Gaza akan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk penyelesaiannya, karena Hamas telah membangun terowongan selama 10 tahun sejak Hamas mulai berkuasa disana. Terowongan itu diperkirakan ratusan km, bahkan ada yang menyatakan hingga 500 km. Rumit dan berlika-liku penuh jebakan mematikan.

Sementara Presiden AS Joe Biden belum lama ini mengingatkan Israel agar pemboman yang tiada henti di Gaza sudah saatnya dihentikan, karena sudah terlalu besar dampaknya terhadap masalah kemanusiaan.

Israel tampaknya hanya memberikan pandangan kepada Jack Sullivan utusan khusus AS bahwa tak mudah untuk mengeliminasi Hamas dari Gaza. Bukannya IDF kurang canggih, tapi sebuah terowongan perlawanan yang dibangun selama kl 10 tahun tentu tak mudah diatasi begitu saja.

IDF masih berdinamika soal itu, ntah akan dibanjiri pakai air laut Mediterania, atau dibombardir tiada henti pakai bom-bom bunker berkekuatan lebih besar lagi. Lihat saja, ketika IDF semakin merangsek ke selatan yang diperkirakan adalah pertahanan terakhir Hamas, IDF mensuggest penduduk sipil agar mengungsi ke tepi mediterania di bawah perlindungan IDF, agar lebih mudah bagi Israel untuk membombardir terowongan terakhir Hamas di selatan Gaza pakai bom-bom bunker berdaya ledak tinggi yang dapat membongkar terowongan bawah tanah di kedalaman 30 meter sekalipun, dimana gembong-gembong Hamas bersembunyi sekarang.

Itulah silhouette konflik Gaza sekarang, dimana pihak yang bertikai di hari ke-70 ini menjadi tolol bingung, pihak pendamai pun sami mawon, dan pihak penonton lebih banyak lari ke soal kemanusiaan, sehingga lupa soal kemanusiaan ada dimana-mana mulai dari konflik Ukraina, heboh demo  pro Arab-Palestina hingga heboh Rohingya yang ditolak rakyat Indonesia yang sama-sama muslimnya, konflik Kashmir dst.

Lepas dari kerumitan tsb di atas, ada sebuah ironi lain yang belum kesampaian hingga kini yaitu warga Arab-Palestina pernah membuka museum baru yang merinci sejarah Arab-Palestina di dekat Universitas Birzeit di tepi barat, namun  museum itu masih kosong-melompong hingga sekarang.

Museum baru itu bertujuan untuk menceritakan kisah sejarah dan budaya Arab-Palestina, namun sayang museum itu belum pernah melalukan pameran arkeologis, kecuali beberapa kali pameran seni yang hanya menggambarkan sukaduka mereka selama Nakba tahun 1948, hingga eksodus ke pengungsian di Yordan, Syria dan Lebanon.

Museum itu terletak di bukit berumput yang berdekatan dengan Universitas Birzeit. Itu adalah simbol nasionalisme Arab-Palestina yang penting.

Pembukaan museum tahun 2016 lalu bertepatan dengan peringatan "hari Nakba", istilah Arab yang berarti "bencana", pasca perang Arab-Israel tahun 1948 yang berujung kekalahan dunia Arab dan berdirinya Israel.

Meskipun ide museum pertama kali diluncurkan pada akhir tahun 90-an, pembangunan Gedung, baru dimulai sekitar 2013. Bangunan ini terletak di sebidang tanah seluas 40.000 meter persegi dan penyelesaiannya menelan biaya US $ 28 juta. Asal tahu, warga Arab-Palestina sudah memiliki sekitar 30 museum di Tepi Barat, Jalur Gaza dan Yerusalem Timur, wilayah di mana mereka berharap untuk mendirikan sebuah negara. Lih ynetnews.com dalam https://tinyurl.com/yuo49dxh

Dapatkah museum itu mendefinisikan kembali seni, sejarah dan budaya Arab-Palestina, karena sejauh ini yang belum dimiliki museum itu adalah pameran arkeologis.

Kalaulah pameran dimaksud pernah diselenggarakan, mungkin melalui media semacam itu dapat dijelaskan asal-usul dan identitas bangsa Arab-Palestina yang sesungguhnya.

Boleh dikata sejak penandatanganan perjanjian perdamaian Oslo dengan Israel pada pertengahan tahun 1990an, inisiatif sosbud Arab-Palestina sering kali gagal mendapatkan daya tarik dan menemukan kepemimpinan yang konsisten.

Ruang kosong Museum Arab-Palestina di Birzeit, Tepi Barat. Foto : EPA via ynetnews.com
Ruang kosong Museum Arab-Palestina di Birzeit, Tepi Barat. Foto : EPA via ynetnews.com

Banyak aktivis Arab-Palestina memandang Abbas, 87 tahun, dan pemerintahannya terbukti gagal membangun pemerintahan yang efektif, namun generasi pengganti belum juga muncul untuk menggantikan mereka. Lih nytimes.com dalam https://tinyurl.com/ywjtgz96

Kalau dilihat secara historis dan arkeologis, museum itu jelas hanya dapat menggambarkan jejak Arab-Palestina terhitung mulai tahun 1948 saja, bahwa mereka adalah ex warga koloni Inggeris yang sama setujunya dengan Ottoman dengan penamaan Romawi dulu bahwa itu adalah tanah Palestine untuk menghilangkan nama tanah Israel dari peta middle-east.

Ketiadaan pameran arkeologis disini mungkin bisa menjelaskan realitas masyarakat Arab-Palestina. Sementara Israel via direktorat kepurbakalaannya sudah mulai mensistematisasi data-data arkeologis tentang nenekmoyang mereka mulai zaman King David hingga saat Romawi menghancurkan Yerusalem pada tahun 70 dimana pada saat itu Romawi secara resmi mengganti nama Israel menjadi Palestine yaitu bangsa asal pulau Kreta Yunani yang sudah lama punah di masa King David berkuasa di Israel.

Apakah dalam konflik berkepanjangan ini, Arab-Palestina terlalu jauh didorong oleh Liga Arab untuk menghapuskan nama Israel selama-lamanya dengan menggunakan salah satu dogma mereka bahwa orang Yahudi itu layak dibinasakan dari muka bumi.

Kalau Israel salah memberdayakan diri mereka dengan kekuatan militer dan persenjataan canggih yang superkuat, maka Israel akan habis dikeroyok oleh dunia Arab dan muslim lainnya yang tidak menginginkan mereka ada di dunia ini sesuai dengan dogma dimaksud.

Menlu Inggeris David Cameron belum lama ini bertanya kepada seorang lawyer senior Israel yang dipercayainya. Mungkinkah two state solutions dapat mengakhiri konflik Gaza sekarang.

Lawyer itu menggelengkan kepala, two state solutions sekarang semakin sulit karena serangan Hamas 7 Oktober lalu sangat jelas menggambarkan betapa barbarnya bangsa Arab-Palestina terhadap bangsa Israel, sehingga tega-teganya anak kecil Yahudi sampai dipenggal kepalanya dan perempuan Yahudi diperkosa di hadapan keluarganya. Ini sungguh tak dapat dimaafkan oleh hati nurani terdalam siapapun di tanah Israel sekarang..

Two state solutions bisa saja diupayakan kata lawyer tsb, tapi hasilnya akan mendekati utopia, karena para pemukim Yahudi tahun demi tahun di tepi barat sudah semakin merangsek. Dan ini tak mudah merelokasinya. Apalagi kaum ultra nasionalis Yahudi hanya menginginkan seluruh tepi barat kembali ke Israel. Sedangkan Gaza akan dikosongkan untuk beberapa waktu pasca konflik Gaza.

Yang tersisa sekarang adalah berpulang kepada orang Arab-Palestina, apakah mereka mau berpindah kewarganegaraan yi menjadi warga negara Israel. Yang tak mau silakan bermigrasi kemanapun ntah di internal dunia Arab atau lebih jauh dari itu.

Yang sangat mengesalkan bangsa Israel adalah keterlambatan PBB mengutuk dan mendefinisikan kebiadaban Hamas dalam serangan 7 Oktober lalu di Kfar Aza Israel selatan. Serangan yang dilakukan oleh Hamas di Kfar Aza, Israel selatan, tidak semata tindakan terorisme, tapi juga sebuah kebiadaban fanatik tiada tara.

Alasan penundaan respon dari organisasi internasional tsb boleh saja karena terkait dinamika politik dan diplomasi, serta adanya perbedaan pendapat di antara anggota PBB terkait penilaian situasi konflik Israel-Arab-Palestina. Tapi pastinya forum MU PBB memang dikuasai forum dunia ketiga yang banyak dipengaruhi dunia Arab.

Karena keterlambatan itu, PBB boleh dibilang telah mengglorifikasi pemenggalan kepala anak-anak Yahudi dan pemerkosaan perempuan-perempuan Yahudi dan pembantaian orang Yahudi tanpa pandang bulu karena adanya dogma di dunia Arab yang jelas-jelas melanggar hukum humaniter internasional. Dunia yang terlena oleh HAM yang digembar-gemborkan di medsos jelas telah melupakan itu. Sementara Hamas dan dunia Arab memanfaatkan MU PBB sematamata hanya untuk kepentingannya sendiri, dan bukan untuk kepentingan Hukum Humaniter Internasional.

Mungkin kemarin-kemarin Israel bisa tunduk pada tekanan AS, tapi sekarang ini waktu yang tersisa buat Israel adalah bagaimana mengeliminasi Hamas. Karena Hamas dan dogma pemusnahan Yahudilah musuh yang mengancam eksistensi ke 4 Israel setelah pembuangan Babilonia, Pembuangan Persia, Penghancuran Yerusalem pada tahun 70 M, dan Holocaust di Jerman pada masa PD II.

Arab-Palestina sejauh ini tak kunjung bisa melakukan pameran arkeologis keberadaan nenekmoyang mereka di tanah yang mereka sebut sebagai tanah Palestina, sementara sebutan itu hanya merujuk sebuah nama pada masa 3 milenium lalu.

So pembuktian bahwa mereka sudah sejak lama di tanah Israel sekarang adalah sebuah delusi. Dan mereka akan terus berdelusi tentang itu sebelum semua hatred yang terkait dengan pemusnahan kaum Yahudi itu sirna dengan sendirinya. But how?

Joyogrand, Malang, Mon', Dec' 18, 2023.

Museum Arab-Palestina di Birzeit, Tepi Barat. Foto : Rina Castelnuovo via nytimes.com
Museum Arab-Palestina di Birzeit, Tepi Barat. Foto : Rina Castelnuovo via nytimes.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun