Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Presiden Jokowi Meminta Militer Membantu Petani Menanam Padi

15 Desember 2023   12:43 Diperbarui: 15 Desember 2023   12:55 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Efek El Nino memang parah. Dengan musim panas ekstrem yang cukup lama kemarin, daerah penghasil padi terpenting di Indonesia sedang mengalami kekeringan parah. Situasi ini memberikan tekanan besar pada petani termiskin di Indonesia, yang banyak di antaranya hidup dari lahan pertanian. Bahkan mereka yang tidak bertani pun bisa menderita karena Bank Dunia mengatakan bahwa harga beras bisa naik 10% karena gagal panen.

Hujan sudah mulai turun sejak Nopember lalu, tapi itu tak menghentikan efek El Nino. Inflasi harga pangan dalam negeri masih tinggi. Inflasi yang lebih tinggi dari 5% dialami oleh 61,9% negara berpendapatan rendah, 80% negara berpendapatan menengah ke bawah, termasuk Indonesia (menurun sebesar 8,6 poin persentase).

Meskipun ketahanan pangan global diperkirakan akan stabil, tapi negara-negara berpendapatan menengah ke bawah diperkirakan hanya akan mengalami perbaikan jangka pendek dan perlambatan secara keseluruhan dalam tren peningkatan jangka panjang, dan negara-negara berpendapatan rendah diperkirakan akan mengalami peningkatan lebih lanjut dalam populasi mereka yang sangat rawan pangan. Kesenjangan ini lebih lebar dibandingkan perkiraan sebelumnya.

Kerawanan pangan disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor yang saling mempengaruhi dan oleh interaksi antara bahaya dan kerentanan spesifik masyarakat.

Penggerak utamanya adalah konflik yang mengganggu sumber pendapatan dan menghambat akses pangan karena gangguan pasar, yang menyebabkan lonjakan harga dan kekurangan pangan. Konflik di Ukraina dan Middle-East misalnya. Itu besar pengaruhnya terhadap Eropa dan Afrika, tapi tidak untuk Asia-Pacific.

Ketahanan ekonomi negara-negara miskin di berbagai belahan bumi telah menurun drastis, dan mereka kini menghadapi periode pemulihan yang panjang dan berkurangnya kemampuan untuk mengatasi guncangan di masa depan.

Juga kekeringan, banjir, musim kemarau, badai, angin topan, atau awal musim hujan yang terlambat dari biasanya karena gangguan El Nino selama musim panas ekstrem kemarin menjadi penyebab utama kerawanan pangan. Dampaknya langsung terhadap tanaman dan ternak, mengganggu jalur transportasi, dan menghambat persediaan pasar. Banyak negara yang masih dalam tahap pemulihan dari dampak kekeringan atau banjir yang berkepanjangan.

Harga beras di Indonesia berada dalam tren meningkat drastis dalam setahun terakhir. Harga beras rata-rata pada Juli 2022 masih berada di kisaran Rp 11.750 sementara harga pada Agustus lalu sudah mencapai Rp 13.550 dan Desember jelang Natal 2023 ini sudah mencapai Rp. 15.000, dan diperkirakan ini masih merangkak naik hingga tahun 2024 yad.

Tak heran Presiden Jokowi belum lama ini telah memerintahkan tentara untuk membantu para petani menanam padi, karena kekeringan parah yang dipicu oleh fenomena cuaca El Nio yang mengancam hasil panen.

Jokowi meminta para perwira militer untuk memanfaatkan curah hujan yang terjadi baru-baru ini di beberapa propinsi dan membantu upaya penanaman.

Kekeringan yang berkepanjangan telah mengurangi produksi tanaman pokok di Indonesia. Harga beras yang tinggi telah meningkatkan impor dan mengancam ketahanan pangan.

Cuaca kering dalam musim panas ekstrem selama berbulan-bulan telah membuat penanaman padi -- yang biasanya dilakukan pada bulan Oktober -- terlambat dari jadwal biasanya. Produksi padi tahun ini turun menjadi 30,9 juta ton dari 31,53 juta ton pada tahun lalu.

Saat berkunjung ke Pekalongan, Jateng, Jokowi mengunggah video di saluran YouTube kepresidenan yang mendesak pihak militer untuk maju dan membantu para petani dalam menanam benih padi. Bibit padi semi akuatik membutuhkan pengairan yang konsisten selama musim tanam.

"Karena curah hujan sudah terjadi di beberapa propinsi, kami ingin mendorong para petani untuk mulai menanam padi," kata Presiden. Sambil berdiri di samping sawah yang baru ditanami, presiden menambahkan, "tertunda karena El Nio .. kami ingin segera menanam, menanam, menanam." Lih bbc.com dalam http://tinyurl.com/ytqf352h

El Nio biasanya menyebabkan cuaca lebih panas dan kering di Asia Tenggara, sehingga mengurangi produksi di negara-negara produsen dan konsumen utama.

Jubir militer, Julius Widjojono, mengatakan banyak petani padi kekurangan tenaga kerja karena generasi muda berbondong-bondong ke kota untuk bekerja di pabrik demi mendapatkan upah yang lebih baik. Oleh karena itu meskipun sebagian petani mempunyai lahan, mereka kekurangan tenaga kerja.

Widjojono mengatakan para perwiranya dapat memperkirakan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk penanaman, sementara pasukan dapat dikerahkan dari unit militer terdekat.

Didorong oleh El Nio dan larangan ekspor beras putih non-Basmati baru-baru ini oleh India, pemasok utama dunia, harga beras global telah meningkat sebesar 45%, mencapai level tertinggi dalam 15 tahun.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan keterlibatan tentara di masa lalu telah membantu Indonesia mencapai swasembada pangan. Kerjasama dengan militer dapat membantu negara mengurangi impor beras.

Awal bulan ini, Kementan dan TNI menandatangani perjanjian yang mencakup personel militer yang membantu bertani dan menggunakan lahan kosong milik TNI untuk menanam padi, dengan bibit dan mesin yang dipasok oleh Kementan.

Perusahaan pengadaan negara, Bulog, tahun ini ditugaskan untuk mengimpor 3,5 juta ton beras -- menjadikan Indonesia salah satu importir beras terbesar sekarang.

Tingginya harga beras sekarang ini bisa menjadi masalah serius bagi masyarakat Indonesia. Peningkatan harga beras yang signifikan dalam periode waktu yang singkat dapat memiliki dampak negatif pada daya beli dan keamanan pangan.

Untuk mengatasi masalah ini, langkah-langkah yang dapat diambil antara lain mendorong produksi padi lokal untuk mengurangi ketergantungan pada impor dan memastikan pasokan beras yang cukup di pasar; mengambil tindakan untuk mengendalikan inflasi dan menjaga harga beras agar tetap terjangkau oleh masyarakat; mendorong diversifikasi konsumsi pangan untuk mengurangi ketergantungan pada beras sebagai makanan pokok; memberikan bantuan sosial kepada kelompok masyarakat yang terdampak secara ekonomi untuk membantu mereka menghadapi kenaikan harga; meningkatkan transparansi dan pengawasan terhadap rantai pasok beras untuk mencegah spekulasi harga dan praktik-praktik yang merugikan konsumen.

Kerjasama internasional juga dapat menjadi faktor penting, terutama jika permasalahan ini terkait dengan kondisi global seperti perubahan iklim atau masalah pasokan pangan dunia.

Langkah Presiden Jokowi untuk melibatkan militer dalam membantu para petani menanam padi sebagai respons terhadap kekeringan parah yang dipicu oleh fenomena cuaca El Nino menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menghadapi tantangan kekeringan dan dampaknya terhadap hasil panen.

Pemerintah juga perlu mengembangkan strategi jangka panjang untuk mengatasi perubahan iklim dan memitigasi dampak kekeringan yang semakin sering terjadi. Ini dapat melibatkan investasi dalam infrastruktur irigasi, teknologi pertanian yang inovatif, dan pendidikan pertanian untuk meningkatkan ketahanan petani terhadap variasi iklim yang ekstrem.

Diversifikasi pangan ada bagusnya memang di negeri ini. Sayang, beras tak tergantikan dalam beberapa kali uji coba. Misalnya Sagu di Maluku dan Papua, atau Jagung di NTT, Singkong di Lampung. Makanan pokok tradisional Itu sudah lama ditinggalkan dan faktanya mereka sulit kembali ke makanan pokok lama tsb.

Cukup banyak kendala dalam menggantikan beras sebagai makanan pokok, terutama karena preferensi dan kebiasaan masyarakat yang sudah lama terbentuk.

Masyarakat sering kali memiliki preferensi rasa dan kebiasaan konsumsi yang sudah lama terbentuk terhadap beras. Makanan pokok tertentu menjadi bagian penting dari identitas budaya dan tradisi masyarakat.

Diperlukan upaya edukasi yang baik untuk memperkenalkan masyarakat pada nilai gizi dan manfaat kesehatan dari makanan alternatif. Pengetahuan yang kurang dapat menjadi penghambat untuk mengubah kebiasaan makan.

Kemampuan untuk memproses dan mengolah makanan alternatif juga dapat memainkan peran penting. Jika proses pengolahan lebih rumit atau memerlukan perubahan besar dalam metode memasak, masyarakat mungkin enggan beralih.

Mengatasi tantangan ini memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan pemerintah, produsen makanan, dan masyarakat. Edukasi, promosi nilai gizi, dan penyediaan bahan makanan alternatif yang mudah diakses dapat membantu memfasilitasi transisi menuju pola konsumsi pangan yang lebih beragam dan berkelanjutan.

Referensi tambahan :

Lih worldbank.org dalam http://tinyurl.com/y6dok3fd

Lih euronews dalam http://tinyurl.com/2x4x6p3q

Joyogrand, Malang, Fri', Dec' 15, 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun