Setelah mesin ini diaktifkan dalam perang 11 hari Israel dengan Hamas pada Mei 2021, mesin ini menghasilkan 100 target setiap hari. Di masa lalu IDF hanya menghasilkan 50 target di Gaza per tahun. Sekarang, mesin ini menghasilkan 100 target dalam satu hari, dan 50% di antaranya digempur - Lih theguardian.com dalam https://tinyurl.com/ytwydctd
Bentuk data apa yang dimasukkan ke dalam The Gospel tidak diketahui secara pasti. Para ahli mengatakan sistem pendukung keputusan berbasis AI untuk penargetan biasanya akan menganalisis sejumlah besar informasi dari berbagai sumber, seperti rekaman drone, komunikasi yang disadap, data pengawasan, dan informasi yang diambil dari pemantauan pergerakan dan pola perilaku individu dan kelompok besar.
Divisi target dibentuk untuk mengatasi masalah kronis IDF. Dalam operasi sebelumnya di Gaza, pasukan udara berulang kali kehabisan sasaran untuk digempur. Sejak komandan senior Hamas menghilang ke dalam terowongan pada awal serangan baru, sistem AI The Gospel memungkinkan IDF untuk menemukan dan menyerang kelompok Hamas junior yang jauh lebih besar.
IDF sebelumnya tidak menargetkan rumah anggota Hamas junior untuk pemboman. Situasi telah berubah dalam konflik saat ini, dimana rumah-rumah yang diduga anggota Hamas kini menjadi sasaran tanpa memandang apa pangkatnya.
Unit tersebut menghasilkan serangan yang tepat terhadap infrastruktur yang terkait dengan Hamas dan menimbulkan kerusakan besar pada musuh dan kerugian minimal pada non-kombatan.
Suratkabar harian Yedioth Ahronoth melaporkan unit tersebut memastikan sejauh mungkin tidak akan ada kerugian bagi warga sipil yang tidak terlibat
Para petugas dari divisi target menggunakan pengukuran yang sangat akurat mengenai jumlah warga sipil yang dievakuasi dari sebuah bangunan sesaat sebelum gempuran dilakukan. Divisi target dalam hal ini menggunakan algoritma untuk mengevaluasi berapa banyak warga sipil yang tersisa. Ini memberi IDF warna hijau, kuning, merah, seperti sinyal lalu lintas.
Sementara, para ahli AI dan konflik bersenjata mengatakan mereka skeptis terhadap pernyataan bahwa sistem berbasis AI mengurangi korban sipil dengan mendorong penargetan yang lebih akurat.
Mengenai AI dan kepatuhan terhadap hukum humaniter, akhli hukum mengatakan hanya ada sedikit bukti empiris yang mendukung klaim tersebut, seraya menunjuk pada dampak nyata dari pemboman tersebut.
Lihatlah kondisi fisik Gaza sekarang. Para reporter yang bertugas disana melihat meratanya wilayah perkotaan dengan senjata peledak berat seperti bom-bom bunker, sehingga klaim bahwa kekuatan yang digunakan tepat, tidak didukung oleh fakta.
Menurut angka yang dikeluarkan IDF pada bulan Nopember, selama 35 hari pertama perang, Israel menyerang 15.000 sasaran di Gaza, angka yang jauh lebih tinggi dibandingkan operasi militer sebelumnya di wilayah pesisir yang padat penduduknya. Sebagai perbandingan, pada perang tahun 2014, yang berlangsung selama 51 hari, IDF menyerang antara 5.000 dan 6.000 sasaran.