Istilah yang sering digunakan ini merujuk pada praktik pemberian bantuan dan pinjaman yang dilakukan oleh negara-negara Barat atau lembaga keuangan internasional dengan tingkat bunga tinggi, yang dianggap dapat memperbudak negara penerima utang dan memunculkan ikatan politik yang kuat.
Meskipun istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk pada negara-negara Barat, termasuk beberapa lembaga keuangan internasional yang berbasis di Barat, Praktek ini tidak terbatas pada satu kelompok negara saja.
Beberapa bantuan dan pinjaman dari negara-negara Barat atau lembaga-lembaga internasional terkait dengan suku bunga yang tinggi. Ini dapat meningkatkan beban utang negara penerima dan membuatnya sulit untuk melunasi utang tersebut.
Bantuan atau pinjaman seringkali disertai dengan kondisi-kondisi tertentu, seperti reformasi struktural atau kebijakan ekonomi tertentu. Jika negara penerima tidak dapat memenuhi syarat-syarat tersebut, mereka mungkin menghadapi kesulitan dalam mendapatkan bantuan lebih lanjut atau restrukturisasi utang.
Harus diakui isu-isu ini dapat berkaitan dengan praktek utang dari berbagai pihak, dan tidak hanya negara-negara Barat yang terlibat dalam diplomasi perangkap utang. China, melalui inisiatif seperti Belt and Road Initiative, juga telah dituduh oleh beberapa pihak melakukan praktek serupa, meski China menolak klaim ini dan menegaskan bahwa proyek-proyeknya bertujuan untuk mendukung pembangunan ekonomi dan kemitraan saling menguntungkan. Isu utang dan diplomasi perangkap utang ini menjadi subjek debat yang kompleks dan kontroversial di tingkat internasional.
Angsa bertelur emas dan cara menangkap ikan
Dengan mengadopsi pendekatan "beternak angsa yang bertelur emas" dan "mengajari masyarakat cara menangkap  ikan", China bertujuan untuk memberikan kontribusi yang lebih signifikan dalam membantu negara-negara mitra dalam pembangunan sosio-ekonomi mereka sehingga mereka dapat melepaskan diri dari utang neokolonial dan jebakan lain yang diciptakan oleh negara-negara Barat.
Pendekatan "beternak angsa yang bertelur emas" dan "mengajari masyarakat cara menangkap ikan" adalah analogi yang sering digunakan untuk menggambarkan pendekatan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan memberdayakan secara mandiri. Dalam konteks China, pendekatan ini tercermin dalam berbagai inisiatif, termasuk BRI dan program-program pembangunan lainnya.
China misalnya memberikan bantuan dan investasi untuk proyek-proyek infrastruktur di negara-negara mitra melalui BRI. Hal ini mencakup pembangunan jalan, pelabuhan, stasiun kereta api, dan proyek-proyek lain yang diharapkan dapat meningkatkan konektivitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
China berusaha untuk mentransfer teknologi dan keterampilan kepada negara-negara mitra, seperti pelatihan tenaga kerja, transfer teknologi, dan kolaborasi dalam pengembangan industri tertentu.
China juga mencoba untuk menjadi contoh dalam menerapkan model pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Ini melibatkan pengurangan dampak lingkungan, peningkatan efisiensi energi, dan pembangunan sektor-sektor ekonomi yang berkelanjutan.