Sejumlah barang bukti yang ditampilkan di antaranya beberapa tas merek Hermes, sandal merek Hermes, hingga Mcbook silver. Selain itu, ada juga miliaran rupiah uang yang disita dari hasil penipuan itu untuk keperluan pribadinya.
Dan sisanya hampir sekitar Rp 2 miliar, itu digunakan untuk kepentingan pribadi  tersangka dan saat ini pihak kepolisian masih melakukan pendalaman atau pengembangan terhadap uang atau barang hasil kejahatan yang dilakukan oleh tersangka -- Lih liputan6.com dalam https://tinyurl.com/ysnkj7hf
Kalau dilihat dari usianya yang masih sangat muda itu, kita tentu bertanya-tanya ada apa dengan GDA yang ber-gen Z ini. Masalahnya dia boru Batak, meski kelahiran rantau. Dia juga kuliah di universitas swasta ternama di Jakarta, meski hanya pernah aktif di semester I saja, sedangkan di semester 2 dan 3 sekarang ia sudah tak aktif lagi, tapi masih tercatat sebagai mahasiswa Universitas Trisakti. Apa Gischa salah gaul atau bagaimana.
GDA adalah fenomena yang serius. Penipuan tiket konser tidak hanya merugikan para penggemar yang membeli tiket, juga dapat merusak reputasi penyelenggara acara dan menciptakan ketidakpercayaan di antara masyarakat, serta citra buruk di kalangan gen Z.
Pihak berwenang dipastikan akan menanggapinya dengan serius. Karena GDA masih muda belia, kita hanya bisa berharap keadilan yang akan ditegakkan haruslah terukur sejalan dengan langkah-langkah yang tepat untuk menanggulangi dampak dari kejadian tsb.
Mengenai motif Gischa. Ini perlu melibatkan sejumlah akhli seperti Psikolog, Antropolog dan Sosiolog. Hasil penelitian yang terintegrasi dari ketiga cabang ilmu itu setidaknya akan mengungkap apa motif Gischa sesungguhnya. Apakah penyebabnya tunggal atau menyeluruh untuk perilaku kriminal seorang Gischa, karena setiap individu tentu memiliki latar belakang, motivasi, dan faktor yang berbeda. Yang kita ketahui sementara ini hanyalah sejumlah faktor umum yang dapat mempengaruhi seseorang, termasuk gen Z seperti Gischa, untuk terlibat dalam tindakan kejahatan seperti motivasi finansial, tekanan sosial, atau masalah psikologis.
Boleh jadi Gischa terlibat dalam penipuan tiket konser dengan tujuan meraih keuntungan finansial, mungkin ada motivasi ekonomi yang kuat di balik tindakan tsb. Juga jangan dilupakan, ada tekanan untuk memenuhi gaya hidup yang dianggap sukses atau bergengsi, yang dapat dipicu oleh konsumerisme atau tuntutan sosial. Itu semua dapat mendorong seseorang untuk terlibat dalam perilaku ilegal.
Setiap individu adalah unik, dan motivasi mereka bisa dari berbagai faktor. Penyelidikan yang lebih mendalam oleh otoritas hukum dan ahli psikologi, antropologi dan sosiologi sangatlah diperlukan dalam konteks ini untuk memahami secara lebih rinci mengapa seorang Gischa melakukan kejahatan tsb.
Tidak semua gen Z seperti Gischa itu jahat, dan seenaknya melakukan tindakan kejahatan. Banyak dari mereka menjalani kehidupan yang positif dan produktif. Bagaimanapun, faktor-faktor seperti pendidikan, dukungan sosial, dan nilai-nilai moral juga dapat memainkan peran penting dalam membentuk perilaku individu.
Gischa adalah boru Batak, tapi ia lahir di Jakarta. Boleh jadi semangat "Hamoraon" yang merupakan salah satu filosofi Batak yaitu raihlah kekayaan sebanyak-banyaknya agar engkau dihormati. Itu pasti didapat Gischa dari lingkungan internalnya. Apakah filosofi ini dominan mempengaruhi Gischa, atau karena dia anak Jakarta, justeru faktor eksternal-lah yang banyak mempengaruhinya. Kita lihat betapa hasrat ingin cepat kaya tapi dengan cara mudah yaitu menipu orang lain semakin menggejala di kota megapolitan seperti Jakarta.
Filosofi atau nilai-nilai budaya tertentu seperti Hamoraon dalam tradisi Batak mungkin saja memainkan peran dalam membentuk pandangan dunia seseorang, tapi tidak semua individu yang memiliki latar belakang budaya atau etnis yang sama akan memiliki perilaku yang serupa.