Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bandara Sukabumi Sebaiknya di Citater dan Bukan di Cikembar

20 November 2023   13:47 Diperbarui: 20 November 2023   13:58 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandara Sukabumi sebaiknya di Citater dan Bukan di Cikembar

Pemprop Jawa Barat sudah lama berencana membangun bandara di wilayah Sukabumi. Bandara tsb dibangun untuk mempermudah akses menuju Geopark Nasional Ciletuh, Pelabuhan Ratu, terutama bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Gagasan itu dilontarkan pada 2017.

Hal terpenting bandara itu bisa melayani semua urusan wisata dan pemerintahan. Sebab, Ciletuh yang terpilih menjadi UNESCO Global Geopark harus memiliki kemudahan akses sebagaimana halnya Bandara Sisingamangaraja XII di Toba sekarang yang terkoneksi dengan Geopark Toba, bahkan Kawasan itu sudah pernah menyelenggarakan powerboat F1H2O tahun lalu.

Wilayah Kabupaten Sukabumi terletak di antara 6 derajat 57 detik -- 7 derajat 25 detik lintang selatan dan 106 derajat 49 detik -- 107 derajat 00 detik bujur timur dengan luas wilayah 4.162 Km2 atau 11,21 persen dari luas Jabar atau 3,01 persen dari luas pulau Jawa. Sementara luas kota Sukabumi yang merupakan daerah otonom perkotaan di  Kabupaten Sukabumi adalah 48,33 Km2.

Kabupaten Sukabumi adalah daerah terluas kedua di pulau Jawa setelah Banyuwangi Jatim dengan luas wilayah 4.182 Km2.

Dalam konteks kepariwisataan, Pemprop Jabar sudah membangun akses menuju Geopark Ciletuh, Sukabumi. Jalan sepanjang 33 kilometer yang sudah dibangun itu membentang mulai dari Loji di kawasan Pelabuhan Ratu hingga ke Pantai Palangpang yang berada di Desa Ciwaru, Kecamatan Ciemas. Dan ini akan dilanjut sampai tembus ke Ujung Genteng.

Rencana membangun bandara ini terhambat lantaran pandemi Covid-19 (2020-Maret 2022). Di masa stagnan pandemi Covid-19  itu muncul bermacam kritik. Siapa penggunanya nanti. Apa kita akan membuat bandara Kertajati jilid II seperti di Bandung. Kalaupun dibangun nanti, bisa mumpuni nggak nilai ekonominya.

Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, rencana yang sempat tenggelam itu tiba-tiba menggeliat kembali setelah ditetapkannya Perda RTRW Jabar terbaru. Dalam Perda RTRW Jabar 2022 - 2042 terbaca Pemprop Jabar memasukkan "Cikembar Hub" (bandara pengumpul) di Kabupaten Sukabumi dalam daftar 4 bandara pengumpul di Jabar.

Bandara pengumpul (hub) sendiri dibagi menjadi tiga kategori. Pertama, dengan skala pelayanan primer yaitu bandara sebagai salah satu prasarana penunjang pelayanan Pusat Kegiatan Nasional yang melayani penumpang dengan jumlah lebih besar atau sama dengan 5.000.000 (lima juta) orang per tahun. Kedua, skala pelayanan sekunder yaitu bandara yang melayani penumpang dengan jumlah lebih besar dari atau sama dengan 1.000.000 (satu juta) dan lebih kecil dari 5.000.000 (lima juta) orang per tahun; Ketiga, bandara pengumpul dengan skala pelayanan tersier yaitu yang melayani penumpang dengan jumlah lebih besar dari atau sama dengan 500.000 (lima ratus ribu) dan lebih kecil dari 1.000.000 (satu juta) orang per tahun -- Lih sukabumiupdate.com dalam https://tinyurl.com/yrclxpxc

Dengan direvisinya perda RTRW Jabar ini, proyek bandara Sukabumi yang sudah diumumkan sejak 2019, akan bisa berjalan. Katakanlah bandara yang akan dibangun itu masuk dalam kategori tiga. Namun hingga saat ini masalah penetapan lokasi masih silang pendapat. Awalnya di Cikembar, kl 19 Km dari Sukabumi. Tapi pilihan lokasi ini terkesan kurang mendukung keberadaan Geopark Ciletuh sebagai destinasi wisata unggulan di Kabupaten Sukabumi. Apalagi koordinatnya dekat dengan ibukota Kabupaten sekarang yi Pelabuhan Ratu.

Kalau keukeuh di Cikembar, berdasarkan dokumen Bappeda Jabar, bandara itu akan memakan lahan seluas 137 hektar. Adapun biaya yang dibutuhkan sekitar Rp 850 miliar, antara lain untuk kebutuhan pembebasan lahan memakan anggaran sekitar Rp 360 miliar.

Dengan detail koordinat landasan pacu 657'51,913" Lintang Selatan (LS), dan 10645'53,708" Bujur Timur (BT). Sementara, untuk luasan lahan kurang lebih 137,66 hektare. Dari luasan tersebut, 14,76 hektar berada di area PT Perkebunan Nusantara (PTPN), sisanya swasta.

Bagaimanapun, adalah layak bagi Kabupaten Sukabumi sebagai Kabupaten yang luasnya nomor 2 terbesar di pulau Jawa setelah Kabupaten Banyuwangi di Jatim, untuk diperhatikan lebih jauh agar dapat mengakomodasi apapun perkembangan di Jabar dan Indonesia secara keseluruhan.

Dengan ditetapkannya Ciletuh oleh Unesco beberapa waktu lalu sebagai kawasan Geopark. Semakin jelas sekarang daerah Sukabumi yang banyak didominasi perkebunan eks Belanda di masa lalu itu, kini mulai disandingkan dengan dunia kepariwisataan, dimana Sukabumi mempunyai alam pegunungan dan alam tropis yang bagus termasuk Geopark Ciletuh.

Hanya aksesibilitas ke daerah ini belum bagus benar, antara lain belum adanya bandara dan belum sempurnanya sarana dan prasarana darat. Inilah semua yang membuat kemajuan di Kabupaten Sukabumi, termasuk kota Sukabumi tersendat cukup lama. Tol Bocimi yang sudah sekian lama dirintis. Itu baru sampai Cibadak. Belum lagi jalan penghubung ke kawasan selatan hingga ke Ujung Genteng misalnya. Itu belum semuanya dikembangkan. Tak heran urbanisasi ke kota Sukabumi sulit dihentikan. Penduduk rata-rata mengadu nasib ke kota Sukabumi, dan kota kecil yang belum juga diperlebar itu sudah cukup lama tak sanggup lagi menerima luapan migran dari segenap pelosok Sukabumi. Tapi tak kuasa menolaknya. Tak heran, kota Sukabumi yang mungil itu semakin semrawut hingga ke Kecamatan Cibadak dan Cicurug.

Karenanya, pengembangan daerah wisata seperti Kabupaten Sukabumi dengan potensi alam yang luarbiasa dan status Geopark Ciletuh tentu memberikan peluang ekonomi dan peningkatan kesejahteraan warga Sukabumi secara keseluruhan.

Aksesibilitas yang belum optimal dan kekurangan infrastruktur adalah hambatan utama dalam mengoptimalkan potensi tsb. Karenanya, peningkatan Infrastruktur transportasi adalah masalah mendesak yang perlu segera diatasi. Kehadiran bandara di Sukabumi di samping segala macam jalan tol dapat meningkatkan aksesibilitas wisatawan dari luar kota atau bahkan luar negeri. Perbaikan dan pengembangan jaringan jalan dapat mempermudah perjalanan menuju destinasi wisata di Sukabumi. Hal ini termasuk perbaikan jalan menuju Geopark Ciletuh dan daerah wisata lainnya.

Juga perlu dikembangkan Sarana dan Prasarana Pariwisata. Ketersediaan hotel, homestay, dan fasilitas akomodasi lainnya perlu ditingkatkan untuk menampung jumlah wisatawan yang semakin meningkat.

Pengembangan fasilitas seperti restoran, tempat perbelanjaan, dan tempat rekreasi akan meningkatkan pengalaman wisatawan dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian lokal.

Pengelolaan Lingkungan yang Berkelanjutan. Perlu dijalankan upaya konservasi untuk mempertahankan keindahan alam Sukabumi, termasuk pengelolaan Geopark Ciletuh yang memperhatikan aspek keberlanjutan. Masyarakat setempat perlu diberdayakan dengan pengetahuan tentang pentingnya melestarikan lingkungan untuk mendukung pariwisata berkelanjutan.

Promosi Pariwisata. Pemanfaatan teknologi dan media sosial dapat menjadi sarana efektif untuk mempromosikan potensi pariwisata Sukabumi secara lebih luas. Melibatkan sektor swasta dalam upaya promosi dan pengembangan pariwisata dapat memberikan dukungan finansial dan pengelolaan yang lebih efisien.

Kerjasama Pemerintah Daerah dan Pihak Terkait. Kerjasama antara pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan pihak terkait lainnya sangat penting untuk memastikan terciptanya kebijakan yang mendukung pengembangan pariwisata Sukabumi.

Dengan perhatian dan tindakan strategis terhadap aspek-aspek ini, Kabupaten Sukabumi dapat mengoptimalkan potensi wisata dan membangun industri pariwisata yang berkelanjutan serta memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi masyarakat Sukabumi secara keseluruhan.

Yang menjadi masalah sekarang adalah perdebatan apakah bandara itu akan tetap dibangun di Kecamatan Cikembar atau di Citarate, dekat Pelabuhan Ratu sebagai ibukota Kabupaten dan juga dekat ke kawasan geopark Ciletuh. Ini harus dikaji secara optimal..

Keputusan lokasi pembangunan bandara merupakan langkah penting dan strategis yang dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi dan pariwisata di Kabupaten Sukabumi.

Beberapa faktor perlu dipertimbangkan dalam menentukan lokasi bandara, dan perdebatan antara Cikembar dan Citarate memang dapat memunculkan sejumlah pertimbangan.

Aksesibilitas dan Konektivitas. Lokasi bandara sebaiknya memastikan aksesibilitas yang baik ke wilayah sekitarnya dan destinasi wisata utama seperti Geopark Ciletuh. Perbandingan jarak dan kemudahan akses ke kedua lokasi harus diperhitungkan.

Pengembangan Ekonomi Lokal. Lokasi bandara yang dipilih seharusnya dapat mendukung pengembangan ekonomi lokal, termasuk sektor pariwisata dan industri terkait. Pemilihan lokasi yang mendekati Pelabuhan Ratu sebagai pusat administrasi Kabupaten dipastikan dapat memicu pertumbuhan ekonomi di sekitarnya.

Dampak Lingkungan. Pengaruh terhadap lingkungan, termasuk konservasi Geopark Ciletuh, harus menjadi pertimbangan utama. Pemilihan lokasi harus meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan keberlanjutan wilayah tersebut.

Partisipasi Masyarakat. Pendapat dan kepentingan masyarakat setempat di kedua kecamatan harus diperhitungkan. Partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dapat membantu mengidentifikasi prioritas dan mengelola potensi konflik.

Pengembangan Infrastruktur pendukung. Lokasi bandara harus mendukung pengembangan infrastruktur pendukung seperti jalan raya, transportasi umum, dan fasilitas pendukung lainnya.

Potensi pengembangan wisata. Lokasi yang mendukung pengembangan pariwisata, terutama yang terkait dengan Geopark Ciletuh, dapat menjadi pertimbangan penting dalam menentukan lokasi bandara.

Kolaborasi dengan pihak terkait. Kerjasama pihak terkait seperti pemerintah daerah, pemerintah pusat, dan pihak swasta perlu ditingkatkan untuk memastikan kelancaran pembangunan dan pengelolaan bandara.

Pemilihan lokasi bandara sebaiknya melibatkan studi kelayakan secara menyeluruh, jangan lagi dengan cara trial and eror. Dialog intensif dengan masyarakat, dan koordinasi erat antara semua pihak terkait. Kesepakatan yang dicapai harus mencerminkan keseimbangan antara pembangunan ekonomi, pelestarian lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat lokal.

Dari semua kajian yang pernah dilakukan, memang Citaratelah yang paling cocok untuk dijadikan Bandara Sukabumi. Di samping jaraknya tak terlalu jauh -- kl 80 Km - ke ibukota Kabupaten, yi Pelabuhan Ratu, juga tak terlalu jauh -- 51 Km - dari kawasan Geopark Ciletuh. Dan dari kota Sukabumi, Citater hanya berjarak 102 Km. Jarak tempuh seperti itu malah menguntungkan, karena beberapa kawasan akan dilalui. Kawasan dimaksud tentulah kawasan unggulan kepariwisataan Sukabumi raya. Juga yang perlu diingat pembebasan lahan di Citater tidak termasuk lahan perkebunan eks Belanda, dan sebagian besarnya adalah lahan rakyat yang dipastikan mendukung pembebasan lahan, tidak seperti pembebasan lahan tol Bocimi yang banyak ditunggangi kalangan preman.

Di atas segalanya gerak urbanisasi dari selatan ke utara menuju kota Sukabumi, Cibadak dan Cicurug secara bertahap akan dapat dihentikan dengan kehadiran bandara tsb lengkap dengan segala aksesibilitas daratnya.

Joyogrand, Malang, Mon', Nov' 20, 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun