Meredupnya Mimpi Indonesia Emas 2045
Di tengah kegaduhan menuju Pilpres 2024 setelah dicawapreskannya Gibran Rakabuming Raka, putera sulung Presiden Jokowi, mendampingi Capres Prabowo Soebianto dari Gerindra. Presiden Jokowi benar-benar pusing tujuh keliling, bukan karena semata Gibran dituding melanggar etika politik karena keputusan tak etis MK soal capres-cawapres di bawah usia 40 tahun. Tapi utamanya karena tekanan ekonomi yang mulai terasa sejak 2020 dan semakin terasa pada tahun 2023, menyusul akan semakin keras tak ubahnya roket hipersonik pada tahun-tahun selanjutnya.
Impian menuju Indonesia Emas 2045 semakin meredup. Kapan krisis ekonomi yang sudah di depan mata ini akan berakhir. Sepertinya pakar ekonomi yang terpakar sekalipun di negeri ini belum ada yang berani memprediksinya. Dunia now benar-benar berada dalam turbulensi yang berbeda dari masa-masa sebelumnya.
Sejumlah ekonom andal di negeri ini malah memprediksi Indonesia akan gagal menjadi negara maju pada 100 tahun kemerdekaan tahun 2045 yad, yang lebih kesohor sebagai "Indonesia Emas".
Kita memang sudah ditahbiskan sebagai negara yang berpenghasilan menengah ke atas atau "Upper Middle Income Countries" (UMIC). Sayangnya, kita tidak seperti negara-negara lain saat berhasil memperoleh status seperti itu.
Dalam dokumen White Paper LPEM FEB UI bagian "Menavigasi Jalan Indonesia Menuju 2045 : Kesetaraan dan Mobilitas Ekonomi" yang ditulis Teguh Dartanto dan Canyon Keanu Can, kondisi sosial ekonomi Indonesia saat ini jauh berbeda dengan kondisi sosial ekonomi negara-negara lain ketika memiliki pendapatan per kapita yang sama dengan Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi negara-negara itu, seperti Korea Selatan sebesar 12%, China 10,6%, Malaysia 6,8% dan Thailand 7,5%, jauh di atas Indonesia yang hanya berkisar 5% selama dua dekade terakhir. Kemajuan ekonomi negara-negara tersebut ditopang oleh sektor manufaktur di mana kontribusi sektor manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 28% untuk Korea Selatan, 30% Malaysia, 32% China, dan Indonesia kini hanya 18%.
Teguh Dartanto - Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia - mengatakan, permasalahan itu disebabkan pemerintah Indonesia selama ini tak habis-habisan berinvestasi terhadap sumberdaya manusianya. Akibatnya, produktivitas terhadap barang dan jasa yang bernilai tambah tinggi sangatlah rendah. Ini terlihat dari kontribusi industri manufakturnya terhadap PDB.
Studi-studi dari PISA score (program assessment dari mahasiswa yang studi di luar negeri) menunjukkan Indonesia jauh tertinggal dibanding Vietnam, atau lebih mengkhawatirkan lagi kalau kita ingin setara dengan negara-negara OECD (Organisasi Ekonomi dan Pembangunan yang beranggota 38 negara, didirikan pada 1961). Kita butuh sekitar 43 tahun untuk kejar matematik dan membaca itu selama 73 tahun, demikian Teguh Dartanto - Lih cnbcindonesia.com dalam https://tinyurl.com/ymvottrv
Salah satu indikator penting untuk menjadi negara berpendapatan tinggi adalah persentase ekspor barang teknologi tinggi dibandingkan persentase ekspor manufaktur. Dari indikator itu pun, Indonesia masih jauh terbelakang dibanding negara lain yang lebih dulu masuk kategori negara berpendapatan menengah ke atas.
Indonesia pada 2021 memiliki rasio terendah sebesar 7,2%, dibandingkan dengan negara-negara lain ketika pertama kali masuk dalam UMIC atau negara berpendapatan menengah, dimana China (32,12%), Thailand (26,27%), Brazil (12,59%), Malaysia (50,86%). Kondisi ini menunjukkan ekspor manufaktur Indonesia didominasi oleh ekspor "produk teknologi rendah" dan juga produk "manufaktur berbasis komoditas", sehingga sangat rentan terhadap gejolak harga serta pangsa pasar dan gampang tergantikan oleh negara-negara lainnya.
Dengan kualitas SDM yang masih ngepas, maka produktivitas kinerja kita pun ngepas, sehingga produksi-produksi dari sektor ekonomi kita tak lain hanyalah sektor ekonomi "low tech product", atau barang-barang industri berteknologi rendah. Berbeda dengan Malaysia, Thailand, Korea Selatan, China dst.
So, peluang Indonesia untuk menjadi negara berpendapatan tinggi pada 2045 yad sangat kecil karena beberapa kondisi dasar pendorong kemajuan ekonomi belum dimiliki oleh Indonesia.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama menjadi negara berpendapatan menengah tak pernah tembus di atas 6% untuk menjadi negara maju pada 2045. Pada 2022 hanya sebesar 5,3% dan ditargetkan pemerintah kembali terjadi pada 2023 sebesar 5,3%. Sementara skenario Indonesia menjadi negara maju pada 2045 yad harus bisa tumbuh 6%.
Di tengah kondisi seperti itu, capres dan cawapres 2024, seperti Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di level 5,5%-6,5% selama masa kepemimpinannya, Ganjar Pranowo-Mahfud MD meski sadar situasi kelabu sekarang, tapi tetap optimis dan berjanji pertumbuhan ekonomi 7%. Hanya Prabowo-Gibran yang tak memasang target pertumbuhan dalam dokumen visi-misinya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia Mari Elka Pangestu menganggap level target pertumbuhan ekonomi 6-7% itu akan sulit dicapai, karena kondisi perekonomian dunia saat ini tengah melemah secara merata dan akan berlangsung dalam jangka waktu panjang.
Dilihat analisis dari berbagai global economy prospect seperti World Bank dan IMF. Masalahnya bukan hanya "slowdown in growth", dan ini bukan "cyclical", melainkan "secular", "secular slowdown in economic growth for the rest of this decade", kata Mari di LPEM FEB UI, Jakarta, Jumat ybl - Lih cnbcindonesia.com dalam https://tinyurl.com/ynwojvr5
Dari gambaran di atas, kita jadi terperangah, karena ekonomi Indonesia pada kenyataannya -- di luar yel-yel pembangunan - stagnan selama 2 dekade ini, sehingga wajar apabila ada sejumlah pakar yang memprediksi Indonesia bakal gagal menuju Indonesia Emas pada 2045 yad.
Lihat periode kedua Jokowi, pertumbuhan ekonomi tidak mencapai target yang diharapkan, bahkan mengalami perlambatan. Benar, perubahan ekonomi adalah hal yang dinamis, dan kondisi ekonomi bisa berubah dari waktu ke waktu. Tapi keterlenaan menyiapkan SDM yang mumpuni sebagaimana digambarkan di muka, itu yang kemudian tak bisa lagi disesali.
Bagaimana negeri ini dapat mencapai "Indonesia Emas" pada tahun 2045 dengan menyadari betapa terjalnya jalan menuju kesana. Mewujudkannya, tentu tak semudah membangun infrastruktur perhubungan seperti yang dilakukan Presiden Jokowi selama ini.
Kalaulah pilpres 2024 ini berjalan lancar, sidang MKMK berhasil memutuskan yang terbaik untuk bangsa, the next president ntah siapapun itu haruslah berani berimprovisasi melibatkan berbagai upaya dalam berbagai sektor ekonomi dan pembangunan.
Prediksi tentang masa depan ekonomi adalah hal yang sulit dan kompleks. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu negara, termasuk perubahan global, kebijakan pemerintah, inovasi, dan faktor-faktor lainnya. The next president seyogyanya visioner, bahwa Indonesia memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang tetap bisa diupayakan karena ukuran populasi dan sumberdaya alamnya.
Seiring dengan itu, perekonomian global pun dipengaruhi oleh berkepanjangannya perang Rusia Vs Ukraina di mandala Eropa menyusul perang di timur tengah antara Israel Vs Hamas.
Kedua konflik itu sangatlah mempengaruhi tatanan perekonomian global sekarang. Dampaknya sangat bervariasi dan bergantung pada berbagai faktor, termasuk sejauh mana konflik tersebut melibatkan kekuatan besar, sejauh mana konflik tersebut mempengaruhi pasokan energi atau komoditas penting, dan sejauh mana reaksi ekonomi dan politik dunia terhadap konflik tersebut.
Konflik Rusia-Ukraina telah menyebabkan sanksi ekonomi terhadap Rusia oleh sejumlah negara Barat, yang dapat mempengaruhi perekonomian Rusia dan negara-negara yang terlibat dalam perdagangan dengan Rusia. Selain itu, ketidakpastian geopolitik di Eropa Timur dapat mempengaruhi investasi dan perdagangan di kawasan tersebut.
Konflik Israel-Hamas di Timur Tengah dapat mempengaruhi stabilitas di kawasan tersebut. Kekerasan dan ketidakpastian di kawasan ini dapat mempengaruhi harga minyak, yang memiliki dampak signifikan pada perekonomian global karena minyak adalah sumber energi utama dunia. Selain itu, konflik ini juga dapat memicu gejolak politik di kawasan tersebut, yang dapat mempengaruhi hubungan ekonomi dengan negara-negara di Timur Tengah.
Tatanan perekonomian global sangat kompleks, dan banyak faktor lain juga berkontribusi. Dampak dari konflik regional dapat bersifat jangka pendek, sedangkan faktor lain seperti dinamika perdagangan global, kebijakan ekonomi, dan perkembangan teknologi juga memiliki dampak yang signifikan pada perekonomian global. Konflik yang bereskalasi luas itu hanyalah salah satu faktor dalam gambaran yang lebih besar dalam tatanan global ke depan ini.
Menempatkan Indonesia dalam kondisi dunia yang penuh dengan turbulensi membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang dinamika global dan juga kesiapan untuk menghadapi tantangan baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat membantu Indonesia menavigasi turbulensi ini.
Pemerintah Indonesia harus menjalin hubungan diplomatik yang kuat dengan berbagai negara dan organisasi internasional. Diplomasi yang efektif dapat membantu dalam menjaga stabilitas regional dan mempromosikan perdamaian. Kita misalnya tidak bisa lagi bekoar besar akan mendamaikan Israel-Arab Palestina, tapi setiap kali menlu kita bicara di forum PBB, yang terjadi adalah kita pro Arab-Palestina, bahkan berhubungan diplomatik dengan Israel kita belum pernah melakukannya. Bagaimana Indonesia mau jadi juru damai dan mau didengar oleh berbagai pihak di forum itu dengan sikap konyol yang samasekali tak strategis seperti ini.
Meningkatkan keamanan dan pertahanan nasional adalah langkah penting untuk menjaga stabilitas di dalam negeri. Ini termasuk investasi dalam kekuatan militer, peningkatan intelijen, dan kerjasama dengan mitra regional dalam hal keamanan.
Ekonomi Indonesia harus memiliki kebijakan yang fleksibel untuk menghadapi perubahan di pasar global. Diversifikasi ekonomi, investasi dalam industri berbasis teknologi, dan promosi perdagangan internasional yang kuat dapat membantu menciptakan kestabilan ekonomi.
Menangani perubahan politik yang terjadi di dalam negeri dengan damai dan dalam kerangka hukum adalah penting untuk menjaga stabilitas politik. Proses demokratisasi dan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan harus dihormati.
Investasi dalam pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia merupakan langkah penting untuk meningkatkan daya saing ekonomi dan menghadapi perubahan dalam dunia kerja. Ini harus diutamakan oleh the next president. Urusan gunting pita ini itu diluar peningkatan SDM. Itu urusan belakanganlah.
Menghadapi perubahan iklim dan isu lingkungan adalah tanggungjawab bersama. Indonesia harus berkomitmen untuk berkontribusi pada upaya global dalam mengatasi isu-isu ini. Lihat musim El Nino sekarang dan lihat pula kehancuran hutan-hutan kita. The next president harus mewaspadai semua ini. Membangun okay, tapi haruslah berkelanjutan.
Meningkatkan kemampuan penyelesaian konflik dan dialog di dalam negeri adalah kunci untuk menjaga stabilitas dan hindari kekacauan dalam negeri. Separatisme di dalam NKRI tak boleh lagi ditolerir berlama-lama, karena itu membahayakan kesatuan dan persatuan nasional kita. Kita bisa memusnahkan mereka di tangan satu komando yang tegas yi Presiden RI.
Indonesia harus tetap aktif dalam berbagai organisasi internasional dan regional untuk mempromosikan kepentingan nasional dan berkontribusi pada penyelesaian masalah global.
Terkait keputusan Mahkamah Konstitusi, penting untuk menghormati proses hukum dan demokratisasi. Perubahan hukum dan peraturan yang signifikan harus dibahas dan diputuskan secara transparan dan dalam kerangka hukum yang berlaku.
Akhirnya, kepemimpinan strategis yang bijak, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Niscaya di tangan pemimpin strategis seperti ini, jalan menuju Indonesia Emas 2045 dapat terwujud, meski di tengah keraguan besar sekarang ini.
Semoga the next president dapat menjalani masa-masa sulit ini dengan sebaik-baiknya.
Joyogrand, Malang, Tue', Oct' 31, 2023.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI