Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Negara-Negara Arab Enggan Menerima Eksodus Warga Gaza

20 Oktober 2023   16:42 Diperbarui: 20 Oktober 2023   16:42 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengungsi Gaza menunggu izin untuk dapat menyeberang ke Mesir. Foto : apnews.com

Negara-Negara Arab Enggan Menerima Eksodus Warga Gaza

Ketika warga Arab-Palestina di Gaza mencoba mencari perlindungan lantaran pemboman tanpa henti Israel sebagai pembalasan atas serangan brutal Hamas pada 7 Oktober lalu, banyak orang bertanya mengapa sesama Arab, Mesir dan Yordania tidak mau menerima warga Gaza di wilayahnya.

Kedua negara itu masing-masing mengapit Israel dan berbagi perbatasan dengan Gaza dan Tepi Barat Yordan. Keduanya menolak keras kehadiran pengungsi Gaza ke wilayahnya. Yordania konon sudah memiliki populasi Arab-Palestina yang besar.

Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi melontarkan pernyataan terkerasnya belum lama ini, dan mengatakan perang saat ini tidak hanya ditujukan untuk melawan Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, tetapi juga upaya untuk mendorong penduduk sipil untuk bermigrasi ke Mesir. El-Sissi mengingatkan hal ini dapat merusak perdamaian di wilayah tsb.

Raja Yordania Abdullah II memberikan pesan serupa sehari sebelumnya, dan mengatakan tidak ada pengungsi di Yordania, tidak ada pengungsi di Mesir.

Penolakan mereka berakar pada kekhawatiran yi Israel ingin memaksa pengusiran permanen warga Arab-Palestina ke negara mereka dan membatalkan tuntutan Arab-Palestina untuk menjadi negara. El-Sissi mengatakan eksodus massal akan berisiko membawa militan ke Semenanjung Sinai Mesir, tempat mereka mungkin melancarkan serangan terhadap Israel, sehingga membahayakan perjanjian perdamaian kedua negara yang telah berusia 40 tahun.

Sejarah Nakba

Pengungsian telah menjadi tema utama sejarah Arab-Palestina. Pada perang tahun 1948 saat pembentukan Israel, diperkirakan 700.000 warga Arab-Palestina diusir atau melarikan diri dari wilayah yang sekarang menjadi Israel. Orang-orang Arab-Palestina menyebut peristiwa itu sebagai Nakba, yang dalam bahasa Arab berarti "malapetaka".

Pada perang tahun 1967, ketika Israel merebut Tepi Barat dan Jalur Gaza, 300.000 warga Arab-Palestina lainnya melarikan diri, sebagian besar ke Yordania.

Para pengungsi dan keturunan mereka kini berjumlah hampir 6 juta orang, sebagian besar tinggal di kamp-kamp dan komunitas di Tepi Barat, Gaza, Lebanon, Suriah dan Yordania. Diaspora telah menyebar lebih jauh, dengan banyak pengungsi yang tinggal di negara-negara Teluk atau negara-negara Barat -- Lih apnews.com dalam https://tinyurl.com/yqfxt3a8

Usai perang kemerdekaan 1948, Israel menolak mengizinkan pengungsi kembali ke rumah mereka. Sejak itu, Israel menolak tuntutan Arab-Palestina untuk mengembalikan kaum diasporanya sebagai bagian dari perjanjian damai, dengan alasan hal itu akan mengancam mayoritas warga Yahudi di Israel.

Tidak ada skenario akhir perang

Mesir khawatir sejarah akan terulang kembali dan sejumlah besar pengungsi Arab-Palestina dari Gaza akan menetap selamanya di pengungsian di luar Gaza.

Hal ini sebagian disebabkan karena tidak ada skenario yang jelas mengenai bagaimana perang kali ini akan berakhir.

Israel mengatakan mereka bermaksud menghancurkan Hamas karena aksi berdarah mereka yang mengamuk di kota-kota di Selatan Israel. Namun tidak ada indikasi mengenai apa yang mungkin terjadi setelahnya dan siapa yang akan memerintah Gaza. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Israel akan menduduki kembali wilayah Gaza untuk jangka waktu tertentu, sehingga memicu konflik lebih lanjut.

Militer Israel mengatakan warga Arab-Palestina yang mengikuti perintahnya untuk mengevakuasi diri dari Gaza utara ke bagian selatan Jalur Gaza akan diizinkan kembali ke rumah mereka setelah perang berakhir.

Mesir khawatir pertempuran bisa berlangsung bertahun-tahun jika Israel berpendapat mereka belum cukup menumpas militan. Sebagaimana diketahui kalangan militer tahu persis Hamas tak mudah ditumpas, karena memiliki jaringan terowongan kl 300 Km di bawah Gaza. El-Sissi mengusulkan agar Israel menampung warga Arab-Palestina di Gurun Negev, yang bertetangga dengan Jalur Gaza, sampai IDF mengakhiri operasi militernya yang sulit ditebak kapan berakhirnya.

Ketidakjelasan Israel mengenai niatnya di Gaza dan evakuasi penduduk merupakan suatu permasalahan. Kebingungan ini memicu ketakutan di lingkungan sekitar.

Mesir telah mendorong Israel untuk mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, dan Israel pada Rabu mengatakan pihaknya akan mengizinkannya, meski tidak menyebutkan kapan. Menurut PBB, Mesir, yang sedang menghadapi krisis ekonomi yang semakin parah, telah menampung sekitar 9 juta pengungsi dan migran, termasuk sekitar 300.000 warga Sudan yang tiba tahun ini setelah melarikan diri dari perang di negara mereka.

Namun negara-negara Arab dan banyak warga Arab-Palestina juga mencurigai Israel mungkin menggunakan kesempatan ini untuk memaksakan perubahan demografis permanen guna menghancurkan tuntutan Arab-Palestina akan status negara mereka di Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem Timur, yang juga direbut oleh Israel pada tahun 1967.

Tak heran Mesir uring-uringan dan curiga eksodus warga Arab-Palestina dari Gaza dimaksudkan untuk menghilangkan perjuangan Arab-Palestina, perjuangan terpenting dunia Arab selama ini. Seandainya negara demiliterisasi Arab-Palestina telah terbentuk sejak dulu melalui negosiasi, maka tidak akan ada perang besar yang terjadi seperti sekarang.

Semua preseden sejarah menunjukkan fakta ketika warga Arab-Palestina dipaksa meninggalkan wilayahnya, mereka tidak diizinkan untuk kembali. Mesir dan Yordan yang mengapit Israel tidak ingin terlibat dalam pengosongan Gaza. Kalau penghancuran Hamas mereka setuju. Tapi tidak untuk membiarkan pengungsi Gaza terdampar di wilayah mereka.

Kekhawatiran negara-negara Arab dipicu oleh bangkitnya partai-partai sayap kanan di bawah PM Israel Benjamin Netanyahu yang berbicara semakin keras mengenai penghapusan warga Arab-Palestina dari bumi Israel. Sejak serangan Hamas, retorika Israel semakin melesat jauh, dengan beberapa politisi sayap kanan dan komentator media menyerukan militer untuk menghancurkan Gaza dan mengusir penduduknya. Salah satu anggota parlemen mengatakan Israel harus melakukan "Nakba baru" di Gaza.

Hamas sebuah ancaman buat Mesir

Pada saat yang sama, Mesir mengatakan eksodus massal dari Gaza akan membawa Hamas atau militan Arab-Palestina lainnya ke wilayahnya. Hal ini mungkin akan mengganggu stabilitas di Sinai, tempat militer Mesir berperang selama bertahun-tahun melawan militan Islam dan pernah menuduh Hamas mendukung mereka.

Mesir mendukung blokade Israel di Gaza sejak Hamas mengambil alih wilayah tsb pada tahun 2007, dengan ketat mengontrol masuknya material dan lalu lintas warga sipil. Serangan ini juga menghancurkan jaringan terowongan di bawah perbatasan yang digunakan Hamas dan warga Arab-Palestina lainnya untuk menyelundupkan barang ke Gaza.

Setelah sebagian besar pemberontakan di Sinai berhasil dipadamkan, Mesir tidak ingin menghadapi masalah keamanan baru di wilayah yang bermasalah ini.

Mesir mengingatkan kemungkinan skenario yang lebih tidak stabil, yi hancurnya perjanjian damai Mesir-Israel tahun 1979. Dengan kehadiran militan Arab-Palestina, Sinai akan menjadi basis serangan terhadap Israel. Israel mempunyai hak untuk mempertahankan diri, dan akan menyerang wilayah Mesir.

Perdamaian yang telah dicapai Mesir-Israel akan hilang, karena gelora sayap kanan Israel yang akan menghilangkan perjuangan Arab-Palestina.

Joyogrand, Malang, Fri', Oct' 20, 2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun