Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kopi Imitasi di Dunia Barat Merupakan Peluang Emas bagi Indonesia

8 Oktober 2023   13:14 Diperbarui: 8 Oktober 2023   13:45 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tetesan kopi imitasi dari sebuah coffee maker now. Foto : euronews.com

Begitu juga di Malang. Kopi Robusta Dampit yang terkenal sejak zaman Belanda itu, malah semakin menyempit tanaman kopinya dan digantikan tanaman Sengon yang lebih cepat menghaslkan uang bagi warga setempat. Selebihnya melebar ke lereng Arjuno, lereng Bromo, lereng Gunung Kawi dst tanpa berekspansi lebih jauh lagi.

Inovasi dalam praktik pertanian berkelanjutan, seperti agroforestri (menanam kopi bersama dengan pepohonan lain), serta dukungan untuk sertifikasi pertanian berkelanjutan seperti Rainforest Alliance dan Fair Trade, dapat membantu mengurangi dampak negatif dari produksi kopi. Selain itu, konsumen juga dapat berperan dalam mendukung produk kopi yang ditanam secara berkelanjutan dan mengurangi dampak lingkungan dari minuman kopi mereka.

Indonesia memiliki kondisi yang unik dalam hal produksi kopi. Indonesia adalah salah satu produsen kopi terbesar di dunia dan terkenal karena berbagai jenis kopi yang diproduksi di berbagai wilayah yang berbeda. Kopi Arabika dan Robusta merupakan dua jenis kopi utama yang ditanam di Indonesia.

Bagaimanapun, perhatian terhadap dampak lingkungan dari produksi kopi tetaplah penting. Perlu dipastikan praktik pertanian kopi di seluruh Indonesia dilakukan secara berkelanjutan dan memperhatikan masalah lingkungan, termasuk upaya untuk menghindari penggundulan hutan.

Peluang emas Indonesia

Keragaman kopi Nusantara memang unik. Contoh Kopi Arabika Batak yang awalnya bernama kopi Sigararutang dan kini telah berkembang dengan nama-nama lain seperti Kopi Lintong, Kopi Toba, Kopi Laguboti, Kopi Sidikalang dll. Penanamannya sebagaimana kita lihat, terbagi merata di seluruh wilayah Toba hingga Simalungun. Dan itu telah menjadi sumber pendapatan asli daerah. Hanya tinggal bagaimana mengembangkannya lebih lanjut.

Kopi Arabika Batak dikenal memiliki karakteristik rasa yang unik dan berbeda dari varietas Arabika lainnya. Selain itu, produksi kopi ini telah menjadi sumber pendapatan utama bagi banyak masyarakat di daerah tsb.

Dalam rangka memanfaatkan peluang emas di tengah deforestasi yang disebabkan perluasan tanaman kopi, Indonesia seyogyanya mengembangkan produksi dan pemasaran kopi Arabika Batak lebih lanjut.

Sebelum itu dilakukan secara optimal, Indonesia sebaiknya fokus pada peningkatan kualitas biji kopi. Ini termasuk praktik pertanian yang lebih baik, seperti pemilihan varietas yang tepat, pemeliharaan tanaman yang baik, dan pengolahan biji kopi yang benar. Kualitas yang lebih tinggi akan meningkatkan daya tarik kopi Arabika Indonesia di pasaran dunia, dengan catatan belum tentu gerai-gerai kopi di dunia barat akan seluruhnya menggunakan kopi bubuk imitatif. So, peluang Indonesia sangat besar disini.

Di Malang, Jatim, pun penanaman kopi terbagi merata. Yang berbeda Kopi Robusta Dampit yang dulu menjadi unggulan karena ditanam di habitat yang cocok oleh orang Belanda. Berpuluh tahun kemudian setelah Belanda hengkang dari Indonesia, lahan Kopi Robusta di Dampit semakin menyempit, karena petani setempat berganti tanaman yi kayu sengon yang lebih menguntungkan baginya, sementara harga kopi kurang menguntungkan dan/atau dapat menghidupi keluarga mereka. Tak heran tanaman kopi berpindah ke lereng Gunung Arjuno, Gunung Bromo, Gunung Kawi dll. Semuanya mengatasnamakan kopi Dampit, padahal nyatanya hasil produksi daerah lain yang bukan habitat lama Robusta Dampit yang unik itu.

Perubahan kondisi ekonomi dan sosial yang membuat kopi dari daerah lain di Malang diidentifikasi sebagai "Kopi Dampit," ini tentu membingungkan konsumen dan menimbulkan masalah dalam hal akurasi branding dan asal-usul produk. Transparansi dalam labeling dan promosi yang jujur tentang asal-usul kopi dapat membantu mengatasi masalah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun