Kopi Imitasi di dunia Barat merupakan Peluang Emas bagi Kopi Nusantara
Di tengah-tengah keasyikan kita karena kopi Asia semakin meningkat sekarang sebagaimana kita lihat di Jepang, China, Taiwan, Korea Selatan, Vietnam,Thailand, Malaysia, Singapore, Filipina dan Indonesia.
Boleh dikata Kopi adalah gaya hidup kekinian bagi komunitas muda Asia. Ntah dinamai apapun itu, yang jelas basicnya adalah kopi ntah itu Robusta atau Arabica. Tapi yang punya stock kopi unggulan ntah itu Arabica atau Robusta, pastinya yang akan disajikan disitu adalah Americano atau Espresso. Maklumlah, karena Amerikalah negara yang rajin berinovasi soal kopi, termasuk meracik kopi disertai penamaannya. Kalau kita cukup mengikuti trend perkopian di barat sana.
Dunia barat adalah peminum kopi utama, terutama AS dan Inggeris. Sedangkan mesin-mesin kopi, seakan koor mereka beramai-ramai menciptakannya mulai Moka Pot dan Aero Press buatan Italy, hingga Coffee Maker beraneka bentuk buatan Jerman. Di AS dan Inggeris jangan ditanya lagi mesin kopi apapun ada disitu,
Karena luarbiasanya konsumsi kopi di dunia barat, perluasan tanaman kopi, khususnya di Amerika latin dan Afrika dituding menyebabkan penggundulan hutan pada tingkat yang mengkhawatirkan.
Inovator di AS pun berusaha keras mencari solusinya, yi kopi bubuk imitatif yang antara lain dihasilkan dari biji kurma.
Sebuah startup di Seattle, AS, yang didukung oleh beberapa investor di balik Beyond Meat meluncurkan kopi bubuk imitatif pertama di dunia minggu ini. Kita pun kaget. Penemunya berharap dapat mengurangi dampak lingkungan dari minuman populer tsb.
Minuman berkafein ini menggunakan makanan tertentu dan bahan limbah nabati seperti biji kurma untuk meniru struktur molekul kopi.
Inovasi ini menarik perhatian investor, yang telah menggelontorkan $ 51,6 juta atau 49,1 juta atau Rp 80.418.600.000 ke Atomo Coffee.
Dampak lingkungan dari kopi