Begitu pula dengan kembalinya modal. Dalam praktek, transportasi massal seperti KCJB di belahan dunia mana pun pastilah angkutan bersubsidi, bahkan banyak negara yang investasi disitu belum juga kembali modal, karena memang infrastrukturnya besar dan menyangkut hajat hidup orang banyak. So, tujuannyalah yang terpenting yi pelayanan umum yang sebaik-baiknya buat masyarakat. Sedangkan angsurannya tentu kita percayakan pada kalangan profesional di pihak pemerintah dan KAI yang kita percaya takkan mencampurbaurkannya dengan masalah politik, belum lagi pengawasan dari masyarakat luas melalui berbagai media.
Mengenai perpanjangan jalur kereta cepat hingga ke Surabaya dan Malang, Jatim, ini adalah ide yang menarik dan tentu telah dan akan dibahas dalam konteks pengembangan jaringan transportasi kereta cepat di Indonesia. Proyek-proyek semacam ini tentu memerlukan perencanaan yang cermat, sumberdaya finansial yang besar, dan evaluasi yang teliti untuk memastikan keberlanjutan dan manfaat jangka panjang.
Whoosh Bukan Maglev
Whoosh adalah sebuah proyek kereta berkecepatan tinggi (high-speed train) yang menghubungkan Jakarta dan Bandung. Namun, jika dibandingkan dengan teknologi kereta Maglev (Magnetic Levitation), ada perbedaan utama dalam teknologi dan kecepatan.
KCJB menggunakan teknologi kereta berkecepatan tinggi konvensional dengan rel kereta yang berbasis pada roda dan rel. Ini berarti kereta ini meluncur di atas rel kereta seperti kereta konvensional, dan mesin di dalam kereta menggerakkan roda yang terhubung ke rel.
KCJB memiliki kecepatan operasional yang tinggi, dengan kecepatan maksimum mencapai sekitar 350 kilometer per jam (km/h). Ini adalah kecepatan yang signifikan, dan akan mengurangi waktu perjalanan antara Jakarta dan Bandung dibandingkan dengan transportasi darat konvensional.
Sedangkan Kereta Maglev (Magnetic Levitation) berbeda dalam teknologi dasarnya. Kereta maglev menggunakan magnet untuk mengangkat kereta dari rel dan menggerakkannya tanpa kontak langsung dengan rel. Ini menghasilkan gesekan yang sangat rendah dan memungkinkan kereta mencapai kecepatan yang sangat tinggi.
Kereta Maglev adalah salah satu teknologi kereta tercepat di dunia. Beberapa sistem kereta Maglev dapat mencapai kecepatan lebih dari 600 km/h. Kecepatan ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kereta berkecepatan tinggi konvensional seperti KCJB.
Lompatan Katak
Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) adalah proyek yang penting dalam pengembangan transportasi umum di Indonesia dan dapat dianggap sebagai langkah maju yang signifikan dalam upaya meningkatkan konektivitas dan mobilitas di wilayah tsb. Meskipun KCJB memiliki kapasitas besar dan dapat mengangkut banyak penumpang dalam sekali jalan, tapi Indonesia dalam konteks ini belum sampai pada "lompatan kuantum" dalam transportasi umum.
Untuk mencapai "lompatan kuantum" dalam transportasi umum, perlu ada integrasi yang lebih luas dengan sistem transportasi umum lainnya, perbaikan infrastruktur jalan, sistem transportasi perkotaan, dan layanan transportasi lainnya.
Selain itu, Indonesia memiliki tantangan dalam mengatasi masalah transportasi perkotaan yang kompleks, seperti kemacetan lalu lintas, polusi udara, dan mobilitas yang terbatas di beberapa wilayah. Karenanya, untuk mencapai perubahan transformasional dalam transportasi umum, diperlukan upaya yang komprehensif dan berkelanjutan.
KCJB tetaplah langkah yang positif dan signifikan dalam meningkatkan transportasi umum di Indonesia. Ini dapat menjadi model untuk pengembangan lebih lanjut dalam sistem kereta berkecepatan tinggi di Indonesia, dan dapat memberikan manfaat signifikan bagi masyarakat serta pertumbuhan ekonomi di wilayah Jabodetabek dan Bandung.