Sementara pegiat lingkungan mengatakan, "kalau bisa tidak diteruskan" karena biaya dan dampak lingkungannya besar.
Tapi ada juga pengamat yang mengatakan KCJB koq nanggung ya hanya sampai Bandung yang ditempuh hanya dalam waktu setengah jam saja dan nanti balik lagi ke Jakarta. Kalau sampai Surabaya cukup 2 dua jam, itu baru revolusioner.
Menurut Ketua Institut Studi Transportasi Darmaningtyas, pembangunan kereta cepat tidak hanya akan menambah ketimpangan pembangunan infrastruktur, tapi juga menambah beban lingkungan terhadap pulau Jawa yang sudah padat penduduk dan banyak mengalami alih fungsi lahan-lahan produktifnya. Apalagi, jalur Jakarta-Bandung sebenarnya sudah dilayani oleh jaringan kereta api dan memiliki jalan tol yang kondisinya relatif bagus.
Media asing juga banyak yang menyorotinya, The Washington Post misalnya memuat tulisan soal kereta cepat RI dengan judul "Indonesia is set to launch Southeast Asia's first high-speed railway, largely funded by China".
Tak mau ketinggalan South China Morning Post. Media Hong Kong ini menyorot kereta cepat sebagai "warisan" mahal Jokowi untuk rakyat Indonesia. Setelah bertahun-tahun tertunda dan anggarannya habis, kereta cepat Jakarta-Bandung senilai US $ 7,2 miliar akan menjadi "warisan mahal" Presiden Jokowi, demikian sinisme yang terangkum dalam artikel berjudul "Indonesia's China-backed high-speed railway: a 'burden to carry' for years to come?" -- Lih bbc.com dalam https://tinyurl.com/yrqronsx
Di negara demokrasi yang mau beranjak dewasa seperti Indonesia, kegembiraan sekaligus pesimisme seperti itu adalah wajar. Tapi yang terpenting saya kira Whoosh memiliki dampak positif, seperti meningkatkan konektivitas regional, mendukung pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan mobilitas masyarakat. Keputusan terkait proyek-proyek semacam ini pastilah melibatkan pertimbangan yang kompleks, dan penilaian pro dan kontra sejauh ini tetap dilakukan dengan cermat oleh pemerintah dan masyarakat.
Jebakan Utang
Peningkatan suku bunga dan masalah terkait dengan pinjaman luar negeri dapat menjadi perhatian serius bagi negara-negara yang mengandalkan pinjaman luar negeri untuk proyek-proyek infrastruktur atau pengembangan ekonomi lainnya.
Istilah "jebakan hutang" misalnya yang digunakan untuk menggambarkan situasi dimana Indonesia menerima pinjaman besar dari China selaku pemberi pinjaman asing. Tapi ini sudah dijelaskan oleh Menkeu dan Menko Marvest bahwa itu sah dan itu tidak seberat yang dibayangkan bahwa kita akan terjerat dalam hutang yang sulit untuk dilunasi. Tenornya dari 40 tahun menjadi 30 tahun. Yang penting kita mampu mengelolanya.
Sedangkan penjaminan APBN untuk pinjaman luar negeri adalah mekanisme umum yang digunakan oleh banyak negara sebagai jaminan kepada pemberi pinjaman, dan KAI masih punya pendapatan dari angkutan batubara untuk membantu mengangsur hutang itu, termasuk dari Freeport dimana kita kini adalah pemilik saham mayoritas, belum lagi dari Nickel dengan kebijakan "smelter", legacy Jokowi.
Pelayanan Umum
Terlepas dari suara-suara sumbang seputar Whoosh, KCJB pastilah memiliki tujuan yang baik sebagaimana yang sering dikemukakan Jokowi bahwa KCJB adalah pelayanan transportasi umum untuk masyarakat, yaitu meningkatkan konektivitas dan mobilitas di Indonesia, mengatasi masalah kemacetan lalu lintas, dan mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah tsb. Kita percaya Whoosh atau Kereta Cepat Indonesia China atau KCIC di bawah manajemen modern KAI sekarang akan dapat mewujudkan harapan rakyat Indonesia ke depan ini.