Benar, capres pilihan haruslah strategis, karena berkemampuan untuk membuat rencana jangka panjang, mengidentifikasi prioritas nasional, dan memajukan visi strategis untuk negara.
Kualitas seperti ini penting dalam kepemimpinan Indonesia ke depan. Hal ini memungkinkan negara dapat mengatasi tantangan jangka panjang dan mencapai tujuan-tujuan yang lebih besar.
Tapi kalau strategis mulu, ya rakyat ada yang nggak makan nanti. Maka tipe ideal di atas perlu diracik dan/atau difasilitasi lebih jauh oleh publik. Ada beberapa kualitas lain yang juga penting yang perlu disertakan disitu, seperti kepemimpinan yang beretika, kemampuan berkomunikasi yang baik, kepemimpinan yang inklusif (mendengarkan berbagai suara dan pandangan), serta berkemampuan untuk membangun kerjasama baik di dalam negeri maupun di tingkat internasional.
Setiap pemimpin memiliki karakteristik uniknya sendiri. Selain itu, konteks sosial, ekonomi dan politik di Indonesia pada tahun 2024 juga akan memainkan peran besar dalam menentukan jenis kepemimpinan yang paling sesuai. Kepemimpinan yang efektif haruslah mampu menyesuaikan diri dengan perubahan konteks dan menghadapi tantangan yang muncul. Karenanya, pemilihan seorang capres harus mempertimbangkan karakteristik, kualitas kepemimpinan, dan visi yang akan membawa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.
Mengantisipasi sikon dunia yang penuh turbulensi
Melihat situasi dunia sekarang yang penuh turbulensi sejak meletusnya perang Rusia Vs Ukraina awal tahun 2022 lalu. Kita memang harus berhati-hati menetapkan capres pilihan kita.
Situasi dunia seperti itu dipastikan menghadirkan tantangan besar bagi setiap negara, termasuk Indonesia. Pemilihan seorang capres yang memiliki kapasitas untuk mengatasi masalah strategis dunia sangat penting dalam menghadapi tantangan tsb. Jika capres terpilih tidak memiliki kapasitas atau kompetensi yang memadai dalam mengelola masalah strategis dunia, ini bisa berdampak negatif pada Indonesia ke depannya.
Beberapa konsekuensi
Pemimpin non-strategis dapat merugikan bangsa dan negara dalam perdagangan dunia. Dalam pertambangan nikel misalnya kita menjadi the looser, itu berdampak signifikan pada ekonomi Indonesia. Jika seorang pemimpin tidak mampu menjalankan diplomasi ekonomi yang efektif dan menjaga kepentingan nasional, maka Indonesia bisa merugi dalam perjanjian perdagangan atau sengketa perdagangan internasional. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan menciptakan ketidakstabilan dalam negeri.
Dalam dunia yang semakin terhubung dan saling tergantung, memiliki pengaruh di tingkat internasional sangat penting. Seorang pemimpin yang tidak mampu membangun hubungan luar negeri yang kuat dan efektif mungkin akan menghadapi kesulitan dalam mengatasi masalah strategis dunia. Ini dapat mengisolasi Indonesia dan mengurangi kemampuannya untuk berpartisipasi dalam forum internasional dan mempengaruhi kebijakan dunia.
Situasi dunia yang penuh turbulensi juga melibatkan isu-isu keamanan global seperti konflik militer, terorisme, dan ketegangan antarnegara. Seorang pemimpin yang tidak mampu merespons dengan tepat dan bijak terhadap krisis semacam ini dapat mengancam keamanan dan stabilitas Indonesia.