Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Iwan Fals dalam Kepulan Asap Dji Sam Soe

9 September 2023   15:54 Diperbarui: 9 September 2023   15:56 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Iwan Fals Dalam Kepulan Asap Dji Sam Soe

Memandang alam di sekitar Kafe Sontoloyo, Joyoagung, Malang, belum lama ini, setidaknya mengingatkan masa kecilku di Sukabumi, Jabar. Kepulan asap Dji Sam Soe yang berputar spiral ke atas dan kemudian raib di  langit biru, membuat pikiran ini landing tiba-tiba di masa remajaku ketika SMP.

Ketika itu aku suka sekali mendengarkan dan melantunkan lagu-lagu Bob Dylan. Alam Sukabumi yang masih segar dan belum tercemar seperti sekarang sangat serasi dengan suara guitar Dylan yang ritmis diselingi suara Harmonica. Itu yang membuat hati ini melayang-layang gembira di keasrian Sukabumi tempo doeloe. Aku tidak terlalu peduli apa isi syair Dylan. Aku hanya peduli pada suara guitar Dylan yang ritmis itu dan suara harmonicanya yang diimprovisasi pendek-pendek.

Kepulan asap Dji Sam Soe terus membawaku melayang dan landing di Semarang, persisnya di kampus Undip Pleburan, Semarang, Jateng. Di gerbang utamanya terlihat patung Diponegoro di atas kuda. Jarum jam berputar cepat melesat ke tahun 1979 atau 1980, antara itulah.

Aku cs mengundang Remy Silado ke kampus. Ketika itu zaman Orba Soeharto lo. Remy pentas di Auditorium kampus. Ribuan mahasiswa membanjirinya. Full tentu. Judul drama yang dimainkan Remy dkk adalah "Willem Kambing", seorang diktator di negeri antah berantah. Karena sang diktator yang diperankan mengenakan sepatu lars. Maka siapa lagi diktator dimaksud kalau bukan Mbah Harto. He He .. Besoknya aku dicecar pihak keamanan. Silakan. Aku hanya minta Remy jangan ditahan.

Besok-besoknya lagi aku dkk mengundang Iwan Fals ke kampus. Lagi-lagi auditorium dipenuhi ribuan mahasiswa sebagaimana halnya Remy Silado kemarin. Pokoknya Iwan sukses pentas di kampus Undip. Sama ketika Remy Silado datang, besoknya aku dicecar pihak keamanan. Lha itu hanya nyanyian Pak. Nggak ada yang salah disitu. Syair-syair Iwan mengganggu stabilitas dan keamanan tau, katanya ketus. Stabilitaslah umputmu, makiku dalam hati. Dasar regime Orba Soeharto. Segala macam diricek. Orang bernafas pun harus diricek. Haduhh ..

Bob Dylan, Iwan Fals dan Remy Silado. Itulah tiga nama yang tiba-tiba berkelebat dalam kenanganku ketika duduk di rest area Kafe Sontoloyo, Joyoagung, Malang. Di tengah kerindangan pohon jati di seputar kafe, aku menarik nafas dalam setelah sadar bahwa ketiga orang inilah yang mempengaruhi sebagian perjalanan hidupku yang turun-naik nggak keruan. Ketiganya jelas mengkritisi keadaan sosial-politik di negerinya masing-masing pada zamannya, ntah itu abuse of power, korupsi, degradasi alam dan lingkungan karena kerakusan kapitalisme dll.

Aku sekarang yakin sepenuhnya Iwan Fals meski tak sebesar Bob Dylan, tapi setidaknya relatif sama sepakterjangnya dalam bermusik. Keduanya tak pernah berhenti menyuarakan rintihan wong cilik, rintihan alam yang terdegradasi dan rintihan hati nurani karena sebuah ketertindasan oleh kekuasaan yang disalahgunakan. Kesamaan itu bukan berarti mengcopy Dylan begitu saja sebagaimana halnya Ebiet G. Ade yang seenaknya mengcopy Blowin in the Wind menjadi Berita Kepada Kawan yang berujung "tanyakanlah kepada rumput yang bergoyang". Ini kan dari Blowin in the Wind-nya Dyland. Wind-nya Dylan diganti rumput yang bergoyangnya Ebiet. Waduhh ..

Iwan yang kini berusia 62 dengan rambut yang seluruhnya sudah memutih, ketika datang ke kampusku masih berusia sweet seventeen lebih sedikitlah. Dalam usia semuda itu ia sudah punya Umar Bakri, Serdadu, Sarjana Muda, Surat Buat Wakil Rakyat, Manusia Setengah Dewa dll. Dalam serdadu dan manusia setengah dewa, para mahasiswa yang menonton langsung kasi keplok meriah seraya meneriakkan yel tumbangkan Soeharto dan Orde Baru. Ini yang membuat pihak keamanan marah kepadaku selaku panitia penyelenggara yang melindungi Iwan dari terjangan mereka.

Dalam kepulan asap Dji Sam Soe, saya pikir Iwan di hari tuanya sekarang dengan rambut yang semakin memutih sudah selayaknya dihormati sebagaimana Woody Guthrie dan Bob Dylan di AS yang sudah disponsori warga untuk mengenangnya dengan mendirikan semacam museum dengan segala legacy yang dipamerkan disitu, agar generasi penerus bisa belajar apa yang terjadi pada zamannya, karena mereka adalah pembawa suara zaman, apapun itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun