Di Dau ada mantan Walikota Malang Abah Anton yang juga berkutat mengembangkan destinasi kulineran. Kabarnya Anton akan mencalonkan diri kembali menjadi Walikota Malang untuk periode 2024-2029. Ini tentu kabar gembira untuk komunitas pariwisata kota Malang, sejauh warga tau memang si Abahlah yang pantas memimpin kota Malang ke depan ini agar ada greget-greget baru dalam kepariwisataan kota Malang.
Itulah pengembaraan ide kita sementara ini, sebab kita harus mampir dulu ke area Villa Bukit Tidar di ujung barat Joyoagung raya. Boleh dikata Villa Bukit Tidar adalah residensi rintisan setelah Joyogrand di Merjosari, menyusul Graha Dewata. Tak terasa dalam perjalanan waktu, Joyoagung raya yang cukup panjang mulai dari Joyogrand hingga bundaran Villa Bukit Tidar, kini sudah diramaikan perumahan baru dan kafe-kafe baru.
Malang Tempo Doeloe
Villa Bukit Tidar di ujung barat Joyoagung tak selesai sampai disitu. Kota Malang sudah diperluas hingga ke Genteng yang dulu adalah bagian Kabupaten Malang. Belok ke kanan dari Genteng kita sudah bisa ke Batu yang dalam hal ini adalah destinasi wisata unggulan Malang raya. Tak perlu lagi macet-macetan dari jalan lama yi Jln raya Batu terhitung mulai dari batas kota Malang, tak jauh dari UM di bilangan Tlogomas.
Tak dinyana malah warga Bukit Tidar sudah merintis pengembangan daerah ini secara swadaya. Beberapa saat sebelum pandemi Covid-19 merebak ke kota Malang, warga setempat sudah menyelenggarakan event yang mereka sebut sebagai Malang Klasik atau Malang Tempo Doeloe. Boleh jadi istilah ini dikonversi dari event Malang Tempo Doeloe. Event itu sudah cukup lama raib yang biasanya diselenggarakan di Ijen Boulevard. Agar tak dituding mengcopy begitu saja, muncullah nama Malang Klasik. Event ini diselenggarakan setiap tahun dalam rangka ramai-ramai Agustus-an. Intinya adalah menggerakkan UMKM di Bukit Tidar untuk gelar penganan Malang tempo doeloe. Terputus oleh pandemi Covid-19, event ini dimunculkan kembali minggu ke-3 Agustus dan akan berakhir pada Sabtu 2 September ini.
Salah satu sponsor dalam gelaran Malang Klasik ini adalah Febrian Eka, seorang pengusaha muda yang bergerak di bidang perkafean dan coffee roastery di Joyoagung. Menurut Febri usaha yang dihidupkan kembali ini ternyata lebih ramai ketimbang pra Covid-19. Kulineran Malang Tempo Doeloe yang disajikan, termasuk panggung hiburan yang diisi oleh spontanitas warga boleh dikata menjadi semacam katharsis dari haru-biru pandemi Covid-19 yang baru saja berlalu.
Warga gembira demikian pula para UMKM setempat yang menghiasi gelaran Agustus-an kali ini. Bukan hanya kulineran saja yang kita lihat disini, tapi juga ada gelaran foto hitam-putih Malang Tempo Doeloe. Ada pengrajin ukiran logam, ada pengrajin modif kenderaan bermotor roda dua, dan hebatnya ada juga pendatang yang kebetulan berkunjung ke Malang, ikut membantu gerai saudaranya dan muncullah kulineran Padang tempo doeloe yang asyik, yi gule nangka muda. Rita Oktavia dari Batam yang menjajakan kulineran saudaranya itu berkomentar ringkas bahwa acara gelaran ini lumayan ramai kalau dilihat ini adalah sebuah event dari, oleh dan untuk warga Bukit Tidar.
Pengembangan Joyoagung raya