Semangat kebangsaan atau semangat merah-putih di negeri melting pot seperti Indonesia sejujurnya memang bervariasi tergantung pada perspektif dan pengalaman masing-masing individu.
Setiap tanggal 17 Agustus, Indonesia merayakan Hari Kemerdekaannya. Perayaan ini biasanya diiringi oleh berbagai kegiatan seperti lomba-lomba, pawai, dan upacara bendera. Partisipasi dan antusiasme masyarakat dalam perayaan ini dapat dianggap sebagai indikasi semangat kebangsaan yang tinggi.
Respon dan tanggapan masyarakat Indonesia terhadap berbagai krisis atau bencana, seperti bencana alam atau pandemi, dapat mencerminkan semangat gotongroyong dan kepedulian terhadap sesama warga negara. Solidaritas dan bantuan sukarela yang muncul dalam situasi-situasi sulit ini juga dapat diartikan sebagai semangat kebangsaan.
Penghormatan terhadap lambang-lambang negara, seperti bendera merah-putih, lagu kebangsaan "Indonesia Raya", dan lambang Garuda Pancasila, dapat mencerminkan rasa hormat dan semangat kebangsaan yang mendalam.
Semangat kebangsaan juga dapat tercermin dalam bagaimana masyarakat Indonesia menjalani kehidupan sehari-hari. Ini meliputi rasa cinta terhadap budaya, bahasa, dan warisan Indonesia, serta kesediaan untuk berkontribusi dalam memajukan negara, juga terlihat dalam kesadaran akan identitas nasional yang kuat, seperti pengakuan terhadap keragaman budaya dan etnis dalam satu kesatuan bangsa, serta upaya untuk mempromosikan persatuan di tengah perbedaan.
Dengan lata lain, semangat kebangsaan tidak selalu merata di seluruh populasi. Ada faktor-faktor seperti perbedaan sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang dapat mempengaruhi persepsi dan tingkat keterlibatan individu dalam semangat kebangsaan. Semangat kebangsaan juga bisa berubah seiring waktu, tergantung pada peristiwa-peristiwa nasional dan perubahan sosial yang terjadi.
Kesan mendalam tentang kota Surabaya dan Malang. Disini semangat merah putih itu masih tetap membara tak lekang oleh zaman, meskipun Indonesia sekarang sudah termasuk negara maju kelas menengah di pentas dunia. Sebaliknya di Jabodetabek dan daerah-daerah lainnya semangat ini melempem.
Untuk memahami mengapa begitu, setidaknya analisis trilogi antroposene, sosiologis dan psikologis dapat menjelaskannya sbb :
1. Antroposene.