Russia juga telah melepaskan drone dan rudal ke pelabuhan Odessa dan pelabuhan sungai di kawasan itu, yang digunakan sebagai rute alternatif untuk mendapatkan biji-bijian.
Dalam serangan terbaru belum lama ini, infrastruktur pelabuhan Odessa dihantam lagi, merusak 40.000 ton biji-bijian yang diperuntukkan bagi Afrika dan Timur Tengah.
Hal ini memicu kekhawatiran bakal terjadinya kelaparan di bagian dunia yang rentan yang telah lama bergantung pada produk Ukraina.
Beberapa negara telah menyerukan diakhirinya perang Russia-Ukraina secara damai, meskipun tidak ada pihak yang benar-benar menunjukkan minat untuk menengahi kesepakatan. Rencana perdamaian 10 poin Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, yang akan memulihkan integritas teritorial Ukraina dan memastikan Russia bertanggungjawab atas terjadinya perang, telah ditolak oleh Presiden Russia Vladimir Putin.
Russia dalam berbagai kesempatan menegaskan bahwa pembicaraan damai tidak dapat dicapai sementara AS dan sekutunya terus memberlakukan sanksi keras terhadap Russia.
Putaran pembicaraan damai berikutnya dijadwalkan berlangsung di Arab Saudi akhir pekan ini, dan lebih dari 30 negara telah diundang untuk berpartisipasi. Sementara jubir Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada media Russia, bahwa Russia diperkirakan tidak akan hadir.
"Russia bukan pihak dalam pembicaraan, jadi tanpa keterlibatan mereka sebagai negara agresor, ini sudah memiliki kelemahan serius," mengutip Javed Ali, mantan direktur senior kontraterorisme di Dewan Keamanan Nasional, yang berbicara dengan Newsweek awal pekan ini -- Lih newsweek.com dalam https://tinyurl.com/26crrnud
Sebuah ironi memang melihat AS dan barat begitu gencarnya mengipas Ukraina agar terus berperang melawan Russia, sementara mereka menekan Russia dengan berbagai sanksi yang tidak masuk akal, termasuk membekukan asset Russia di berbagai bank internasional yang mereka miliki. AS tetap pamer kekuatan US $ dan persenjataannya tanpa mau tahu bahwa Russia yang mereka hadapi sekarang bukanlah Uni Soviet. Entah apa yang merasuki AS dan barat sampai juga tidak mau tahu bahwa Volodymyr Zelensky bukanlah seorang Slavia sejati yang mengerti sejarah Ukraina. Ia hanyalah seorang komedian pendatang di Ukraina yang berusaha lepas dari pengaruh Russia, karena kebetulan terpilih jadi Presiden Ukraina jelang serbuan Russia pada akhir Pebruari 2022. Glamour barat sudah lama mengecohnya di dunia entertainment.
Kalaupun Zelenska berargumen bahwa "Ukraina tidak hanya membela kepentingannya, tidak hanya nyawa orang Ukraina, tapi berusaha untuk mempertahankan seluruh keseimbangan demokrasi di dunia." Tapi ini pun perlu dipertanyakan dengan menseksamai ketegasan Russia selama perang, yi tiada kompromi tanpa kerendah-hatian seorang Zelensky di hadapan Putin. Artinya kalau memang Zelensky itu seorang Slavia sejati, tentu ia akan berbicara langsung dengan Putin dan mau mengakomodir apa maunya Russia. Toh selama ini Ukraina dibiarkan independen, tapi dengan hadirnya Neo-Nazi Azov di Ukraina, dan campur tangan AS dan barat di Ukraina, semuanya menjadi kacau-balau, apalagi setelah terbukti gerombolan Neo Nazi yang dikecam keras Putin itu membantai warga Russia di Donbass, bahkan berusaha dengan berbagai cara untuk menghapuskan pengaruh Russia di Ukraina. Bagaimana mungkin proposal perdamaian yang diajukannya akan dipertimbangkan Vladimir Putin.
Keseimbangan demokrasi di dunia justeru akan datang kalau AS dan barat mundur teratur dari bumi Ukraina sebagaimana AS dan barat mundur meski terbirit-birit dari bumi Afghanistan beberapa waktu lalu.
"Democratic balance in the world" atau keseimbangan demokrasi di dunia mengacu pada ide bahwa keberadaan dan keseimbangan sistem demokrasi di seluruh dunia dapat menjadi faktor penting untuk menjaga stabilitas, perdamaian, dan kemajuan di tingkat global. Konsep ini melibatkan sejumlah negara-negara demokratis yang memiliki pengaruh dan kekuatan, yang bekerjasama dalam kerangka institusi internasional untuk mempromosikan nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, dan keadilan.