Masalahnya jelas bahwa kota-kota satelit penyangga Jakarta seperti Depok, Tangerang dan Bekasi sudah tak bisa diubah trendnya sebagai hutan belantara beton kota, sedangkan Kabupaten Bogor masih menyisakan lahan persawahan, tapi tentu tak semua area harus dijadikan perkotaan baru, tapi tapal batasnya yang dekat ke Jakarta seperti Parungpanjang adalah kota satelit pertama yang memang harus didorong menjadi kota Hortikultura.
Bagaimana mensuggest ini kepada pihak berwenang, khususnya Pemerintah Pusat, Pemprop DKI Jakarta dan kota-kota satelit di sekitar Jakarta. Itu tentu berpulang kepada Pemkab Bogor dan semua stake holder.
Pengembangan kawasan Parungpanjang Bogor Barat sebagai kota Hortikultura akan memberikan berbagai manfaat di masa yad, seperti menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan kemandirian pangan, mengurangi impor bahan pangan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat.
Adalah penting bagi Pemda setempat untuk mempertimbangkan tantangan dan kendala yang mungkin muncul, seperti masalah regulasi, lahan yang terbatas, dan keterbatasan sumberdaya.
Akhirnya, pengembangan kawasan Parungpanjang Bogor Barat sebagai kota Hortikultura yang terinspirasi dari Samanea Hill tentunya memerlukan komitmen yang kuat, kerjasama antara berbagai pemangku kepentingan, dan upaya berkelanjutan untuk mencapai keberhasilan jangka panjang.
Pihak berwenang disini tentulah Pemkab Bogor yang harus menentukan pihak berwenang yang bertanggungjawab atas perencanaan tata ruang dan pengembangan kawasan. Dan karena erat kaitannya dengan kepentingan Pemda DKI Jakarta dan Tangerang yang bersebelahan dengan Parungpanjang. Pemkab Bogor sejak dini sudah harus mengkoordinasikan rencana ini dengan keduanya dalam rangka kerjasama antar daerah yang dimungkinkan dengan UU Otda.
Joyogrand, Malang, Tue', July 11, 2023.