Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang Diplomasi Budaya Halak Hita di Timor Leste

1 Juli 2023   16:29 Diperbarui: 1 Juli 2023   16:34 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rochella Caffe dan kota Dili pada 2016. Foto: Parlin Pakpahan.

Meski Indonesia sudah tak lagi di Timtim sejak akhir 1999, garis sejarah terus berlanjut dengan sentuhan lain seperti adanya organisasi kerukunan orang Indonesia disana seperti PKBTL atau Perkumpulan Keluarga Batak di Timor Leste. Ini diawali oleh pasangan silang seperti orang Batak beristerikan orang Timtim atau orang Timtim beristerikan orang Batak. Dan banyak lagi contoh pasangan silang dari suku-suku lainnya seperti Manado, Jawa, Sunda, Ambon dst.

Cristo Rei atau Kristus Raja di Bukit Meti Aut, Dili Timur. Foto: Parlin Pakpahan.
Cristo Rei atau Kristus Raja di Bukit Meti Aut, Dili Timur. Foto: Parlin Pakpahan.

Itu semua terjadi di masa Indonesia, ketika anak-anak Timtim dikirim belajar ke Surabaya, ke Malang, ke Yogya, ke Bandung, ke Bogor, ke Jakarta, ke Makassar, ke Kalimantan, ke Palembang, ke Medan dst. Di masa kaderisasi saudara termuda bangsa itulah terjadi apa yang namanya jodoh.

Tak ada kata lain, salut kepada teman-teman PKBTL yang eksis dan berkembang di Timtim, termasuk rekan-rekan asal Kawanua, Ambon, NTT, Sulawesi dll yang bergabung dalam Kerukunan Warga Indonesia di Timor Leste.

Dalam my diary tercatat ketika menyongsong perayaan kemerdekaan RI yang ke-71 pada 17 Agustus 2016, PKBTL di bawah Robert Pangaribuan menggagas sebuah acara bertajuk Malam Budaya Batak di Timor Leste yang diselenggarakan di Dili pada 13 Agustus 2016. Ini hasil kerjasama yang ciamik dengan sobat jadul sekaligus Laeku yi Anggiat Simanjuntak yang mencoba mengkolaborasi kedatangan sebuah kumpulan musisi top Batak seperti Amigos Band, Trio Ambisi, Rita Butar-Butar dkk dengan mantan Sekda Sumut yi Dr RE Nainggolan dan beberapa purnawirawan tinggi TNI.

Pada hari pertama kedatanganku bersama Anggiat dan rombongan besar itu pada 12 Agustus 2016, dari bandara kami sempatkan mampir ke Cristo Rei di Bukit Meti Aut Dili Timur. Ini adalah legacy Indonesia dan kini menjadi salah satu ikon utama Timtim. Puas di Cristo Rei, kami kemudian ziarah ke TMP atau Taman Makam Pahlawan Seroja, tak jauh dari Taibesi, Lahane Timur, Dili. Kami berdecak kagum, karena makam pahlawan Indonesia ini terawat dengan baik oleh pemerintah dan warga Timor Leste. Masih sempat Pak RE Nainggolan, aku dan kawan-kawan lainnya mengheningkan cipta mengenang mereka yang telah mengorbankan jiwa-raganya untuk pembebasan Timtim dari cengkeraman Portugis.

Malamnya kami dijamu panitia lokal di bawah Robert dkk di sebuah resto ciamik yang menghadap ke Teluk Dili, tak jauh dari Pelabuhan Dili. Kata Anggiat, di samping mensyukuri hari jadi RI yang ke-71, acara Malam Budaya Batak besok mengambil thema utama Pengembangan Kepariwisataan Danau Toba yang telah digelontorkan pemerintah, bahkan telah dikeluarkan Perpres 49/2016 awal Juni 2016 yang isinya bermuatan antara lain penyediaan kawasan seluas 500 Ha di sekitar Kabupaten Toba untuk BODT (Badan Otoritas Danau Toba).

BODT dimaksud bekerja sampai 2041 sejalan dengan 25 tahun jangka panjang pengembangan kawasan pariwisata Danau Toba. Pada tahun anggaran 2016 semua pekerjaan awal telah dimulai antara lain pemetaan dan pembangunan infrastruktur perhubungan khususnya pengembangan Bandara Silangit di Siborong-borong Taput, Bandara Sibisa di Toba dan jalan tol Kualanamu-Parapat dan pada masa itu pulalah nucleus pariwisata Danau Toba di Samosir dikembangkan infrastruktur utamanya berupa jalan lingkar di pulau Samosir.

Rochella Caffe dan kota Dili pada 2016. Foto: Parlin Pakpahan.
Rochella Caffe dan kota Dili pada 2016. Foto: Parlin Pakpahan.

Tak terasa semuanya itu sudah nyaris rampung semuanya, terbukti Kejuaraan Dunia Powerboat F1H2O berhasil gemilang kita selenggarakan akhir Pebruari lalu di Balige, Toba. Begitulah kenangan ini melayang memasuki terowongan waktu tahun 2016, betapa rekan-rekan Indonesia yang masih eksis dan melanjutkan hidupnya disana telah berkiprah berkolaborasi dengan saudara-saudaranya yang khusus datang dari tanah air untuk mengangkat Danau Toba yang akan di-DTW-kan.

Yang menarik Malam Budaya Batak di Timor Leste erat kaitannya dengan pengembangan kepariwisataan Timor Leste dan pengembangan kepariwisataan Danau Toba. Robert mengiyakannya. Kalau Timor Leste mengandalkan wisata alam pantai, di mana garis pantai lingkar Timor Leste sangatlah panjang dan cukup banyak di antaranya yang dapat dipasarkan dalam kepariwisataan Internasional, seperti Areia Branca (Pasir Putih) di Dili yang terletak di kawasan Meti Aut, Pantai Tokodede di Liquica, Pantai Behau di Manatuto, Pantai Walau yang berdekatan dengan Pousada atau Pesanggarahan Tutuala legacy Porto di Lautem, Guha Prasejarah Ilikerekkerek  di pantai Walau, Tutuala, Lautem dst.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun