Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Capres-Cawapres dan Koalisi Politik Jelang Pilpres 2024

27 Juni 2023   16:35 Diperbarui: 30 Juni 2023   07:14 1527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi koalisi partai politik jelang pemilu 2024. Sumber: KOMPAS.id/DIDIE SW

Spekulasi dan prediksi tentang capres dan cawapres harus didasarkan pada informasi yang valid dan terpercaya. Situasi politik dapat berubah secara dinamis, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tiket calon dapat berkembang seiring perjalanan waktu.

Koalisi Politik Bergantung pada Figur

Bagaimana memastikan peta koalisi politik jelang Pilpres 2024 ini. Apakah KIB tetap KIB, KKIR tetap KKIR, atau ada koalisi besar barangkali yang akan mengakomodasi partai-partai yang belum berkoalisi. Karena ini semua tak lepas dari presidential threshold dan parliamentary threshold.

Ini pun tak mudah, karena situasinya dapat berubah seiring waktu dan tergantung pada berbagai faktor politik.

Beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memahami dinamika koalisi politik adalah :

1. Presidential threshold. Ini adalah ambang batas persentase suara yang diperlukan bagi seorang capres untuk dapat maju ke putaran pemilihan presiden berikutnya tanpa melalui pemilihan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Pemahaman tentang ambang batas ini dapat memberikan indikasi tentang kemungkinan terbentuknya koalisi besar yang mengakomodasi partai-partai yang belum berkoalisi untuk mencapai ambang batas tsb.

2. Parliamentary threshold. Ini adalah ambang batas persentase suara yang diperlukan bagi sebuah partai politik untuk mendapatkan kursi di parlemen. Pemahaman tentang ambang batas ini dapat mempengaruhi strategi koalisi partai politik, di mana partai-partai mungkin perlu berkoalisi agar dapat melewati ambang batas tsb dan memperoleh kursi di parlemen.

3. Dinamika politik. Dinamika politik dalam menghadapi Pilpres 2024, termasuk pergeseran kepentingan politik, ambisi individu, dan aliansi partai politik, dapat mempengaruhi pembentukan koalisi politik. Partai politik mungkin melakukan negosiasi dan mempertimbangkan kesepakatan strategis untuk membentuk koalisi yang kuat dan meningkatkan peluang mereka dalam pemilihan.

4. Faktor ideologis dan kesesuaian politik. Ini juga dapat mempengaruhi pembentukan koalisi politik. Partai-partai politik yang memiliki kesamaan pandangan politik dan ideologi cenderung lebih mungkin untuk membentuk koalisi bersama.

Dari ke-3 Capres sekarang, yaknii Ganjar, Prabowo dan Anies, orang banyak berspekulasi siapa yang paling berpeluang untuk jadi Presiden RI. Apakah turunnya poling tentang Ganjar dan Anies, sementara Prabowo meningkat terus, itu merupakan pertanda Prabowo akan memenangkan kontestasi Pilpres 2024.

Hasil poling terutama dari lembaga independen sangatlah penting. Tapi jangan pernah menafikan sejumlah faktor seperti popularitas, dukungan partai politik, strategi kampanye, dan preferensi pemilih yang dapat berubah seiring waktu. Polling atau hasil survei yang terus berubah dapat memberikan gambaran mengenai tren dukungan pemilih, namun, hasil poling bukanlah jaminan bahwa tren tsb akan terus berlanjut hingga pemilihan sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun