Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Menangkal Polusi Udara di Jabodetabek

14 Juni 2023   14:31 Diperbarui: 16 Juni 2023   18:16 2203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi polusi udara, dampak polusi udara. (sumber: Shutterstock/Sudarshan Jha via kompas.com)

Penertiban kembali lahan-lahan ruko dan lain sebagainya agar menyisihkan sebagian lahannya untuk penghijauan, itu juga masih jalan di tempat, apalagi kalau kita beranjak ke normalisasi kali Ciliwung dan berbagai anak-anak sungainya di seantero Jakarta.

Juga, masih jalan di tempat, termasuk filterisasi pembuangan limbah warga ke kali belum juga terealisasi sesuai ketentuan, ditambah drainase yang pelit sempit tak memperhitungkan kemiringan dan arus deras air ketika musim hujan dan sebaliknya sontak melambat alirannya di musim kemarau. 

Dengan kata lain, di musim kemarau yang panas menyengat seperti sekarang, drainase parit terbuka itu berubah rupa jadi semacam genangan yang kata orang Medan adalah Parit Busuk. Elemen-elemen inilah yang membuat pencemaran dan Polusi Udara di Jakarta dan sekitarnya sungguh dahsyat.

Kenderaan listrik yang sekarang sudah mulai digunakan warga, meski terbatas di perumahan untuk sekadar belanja dan raun-raun pada jari-jari 10 Km. Itu sudah bagus. Tak ada suara berisik dsb. Hanya kendaraan itu belum didukung sepenuhnya oleh teknologi kunci seperti Baterei Lithium yang tahan lama. 

Kenderaan itu butuh dicas 5 jam-an ke atas. Pengecasan sepeda listrik memang tak perlu semacam SPBU, tapi kebelummumpuni sepeda listrik itu sungguh tak memotivasi warga untuk ramai-ramai berkenderaan listrik di lingkungannya masing-masing.

Mobil listrik pun sudah dicoba, pengrajin dalam negeri juga banyak dengan berbagai merk, apalagi dari luar ntah itu Yamaha, Honda, Polytron dsb. 

Tapi lagi-lagi teknologi pendukungnya belum mumpuni, yi baterei yang cepat habis, termasuk tempat buat ngecas baterei belum ada jaringannya yang luas. 

Sejauh ini hanya di beberapa titik saja pengecasan itu ada di Jakarta, apalagi di kota-kota lainnya, bahkan masih banyak kota yang belum punya tempat pengecasan baterei kenderaan listrik.

Polusi Udara yang terjadi sekarang di Jakarta adalah akumulasi dari perkembangan yang terjadi selama ini dalam pembangunan. 

Di sektor perhubungan, jaringan infrastruktur jalan sudah oke, tapi giliran memasyarakatkan kenderaan listrik bebas polusi, kita malah kedodoran karena tak sempat memikirkan bagaimana membangun jaringan pengecasan sepeda motor listrik dan mobil listrik.

Bagaimanapun kita harus segera kembali ke hulu. Kalau memang kita kaya dengan Nikel dan Cobalt bahkan Phospat untuk membuat baterei kenderaan listrik yang tahan lama agar warga termotivasi untuk membeli dan menggunakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun