Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Menjauhi Falsifikasi Diri, Bangsa dan Negara

2 Juni 2023   11:15 Diperbarui: 2 Juni 2023   11:41 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Slide presentasi falsifikasi dalam filsafat di Pakistan. Foto : slideshare.net

Menjauhi Falsifikasi Diri, Bangsa dan Negara

Ranah publik ibarat sebuah pasar bebas. Semua ide ada disana, mulai dari kreseh-peseh seperti bagaimana pola asuh anak yang tepat untuk Indonesia now, masalah LGBT, hingga masalah pilpres 2024 yad.

Tidak semua transaksi dalam pasar bebas itu memenuhi syarat layak ditindaklanjuti. Belum lama ini misalnya menggelinding pendapat seorang fesbuker yang mewanti-wanti kita agar waspada dalam memilih capres pada pilpres 2024 yad. Intinya jangan sampai kita memilih yang abu-abu yang belum teruji penuh tracknya di masa lalu, khususnya di penghujung era Orba.

Apa itu? Peristiwa kelam Mei 1998, pemerkosaan keji terhadap WNI keturunan dan penculikan para aktivis yang sampai sekarang sebagian dari aktivis dimaksud belum pernah kembaIi ke pangkuan keluarganya masing-masing, mulai dari Widji Thukul dll. Siapa sosok capres yang dicurigai. Silakan memfalsifikasi klaim gue nggak tau apa-apa dan pastinya nggak bersalah. Ujilah secara optimal pembenaran diri itu, dan apabila hasilnya signifikan, maka langkah selanjutnya dapat dipastikan ybs memang tak layak dicapreskan.

Juga ada cukup banyak di pasar bebas ini kasus budaya yang rada aneh, misalnya klaim marga atau clan di kalangan komunitas Batak. Marga adalah sesuatu yang wajar dalam perjalanan sejarah orang Batak. Permargaan baru dikenal 400-500 tahun lalu. Untuk mudahnya Ompu Raja Sonang misalnya. Ia melahirkan 4 marga yang kemudian menjadi kakak-beradik yi Gultom, Samosir, Pakpahan dan Sitinjak. Kalau ditarik garis alih generasi pada rata-rata usia kawin 20. Maka yang terdapat sekarang adalah generasi atau turunan yang ke-20.

Pakpahan pertama yang mempunyai anak 3 pada keturunan ke-13-14 sudah berkonflik. Ada yang ntah kenapa menyisipkan the strangers dengan nama yang juga strangers yi Sigodangpohul sebagai keturunan Pakpahan pertama, ada yang mempelorotkan abangnya jadi si adik-an, ada yang mengklaim bahwa si nomor dua Hutanamora sebetulnya tidak ada, karena itu adalah keturunan si nomor satu yang hilang dari peredaran, ada yang mengatakan Hutaraja anak sulung Pakpahan pertama sekarang bukan lagi yang harus dirajakan, melainkan raja keong atau tak berpendirian atau plin plan yang tak perlu digugu oleh siapapun.

Sigodangpohul dalam khasanah Batak. Itu tak lepas dari nama yang dipungut dari zaman warlord atau perang antar puak tempo doeloe. Secara filologis itu hanya bermakna anak pungut yang rakus dan tak tahu diri. Diksi ini ada dalam penamaan Kecamatan Sipanganbolon, sebuah wilayah di tapal batas Toba dan Simalungun. Gontok-gontokan model begini pastinya bakal panjang dan takkan pernah berujung, karena yang terjadi disini adalah adu suara dan bukan adu falsifikasi dan/atau penyangkalan untuk sebuah kebenaran.

Teori falsifikasi Karl Popper, atau falsifikasionisme, adalah konsep yang berpengaruh dalam pengujian sesuatu yang dianggap sains atau kebenaran. Cara berfikir yang harus digunakan dalam konteks ini adalah membedakan suatu pembenaran dari kebenaran. Ini adalah cara kita untuk membatasi antara kaidah ilmiah yang ber-metode, ber-obyek dan dapat dibuktikan secara sistematis untuk menggugurkan segala spekulasi terkait permargaan dimaksud, terkait capres dimaksud dst.

Karakteristik kunci dari sebuah teori tentang kebenaran adalah potensinya untuk difalsifikasi atau disangkal. Pengetahuan ilmiah tidak akan pernah berkembang melalui akumulasi bukti yang mendukung teori melainkan melalui pengujian terus menerus dan upaya falsifikasi teori. Sebuah pandangan yang seakan itulah yang terbenar harus membuat prediksi spesifik yang dapat diuji kebenarannya.

Sebuah teori pembenaran, haruslah dapat dirumuskan dengan cara yang memungkinkan untuk dibuktikan salah. Dengan kata lain, sebuah pembenaran harus membuat prediksi yang, jika tidak didukung oleh bukti empiris, akan menyangkal atau menyanggah kebenaran tsb. Jika sebuah kebenaran tidak dapat difalsifikasi, maka itu berada di luar ranah sains dan masuk ke ranah pseudosains atau ilmu semu atau kebenaran semu atau metafisika.

Perlu dikontraskan teori falsifikasi dengan konsep verifikasionisme, sehingga teori ilmiah atau sebuah kebenaran dapat diverifikasi atau dikonfirmasi melalui bukti empiris. Meskipun mungkin ditemukan bukti yang mendukung sebuah teori atau kebenaran, tidak mungkin untuk memverifikasinya secara meyakinkan, karena selalu ada bukti baru di masa depan yang bertentangan dengan kebenaran tsb.

Falsifikasionisme mempengaruhi perkembangan rasionalisme kritis. Ini memberikan kriteria untuk membedakan antara klaim ilmiah dan non-ilmiah dan menekankan pentingnya pengujian empiris dan keterbukaan terhadap sanggahan potensial dalam penyelidikan ilmiah. Banyak ilmuwan dan filsuf terus terlibat dengan ide-ide Popper hingga hari ini, meskipun pandangannya telah dikritik dan disempurnakan oleh para pemikir berikutnya di lapangan.

Beberapa ilmuwan yang telah menyempurnakan atau mengembangkan teori falsifikasi dari Karl Popper antara lain Imre Lakatos, seorang filsuf sains Hongaria Britania, yang mengembangkan gagasan falsifikasi dengan memperkenalkan konsep "program peningkatan penelitian". Imre berpendapat teori ilmiah harus dinilai berdasarkan kemampuannya untuk mengatasi anomali atau pertentangan dengan fakta-fakta yang ada. Ia juga menekankan pentingnya konteks sejarah dan sosial dalam pengujian teori ilmiah.

Thomas Kuhn, seorang fisikawan dan sejarawan sains Amerika, mengusulkan pandangan alternatif tentang perkembangan ilmiah yang dikenal sebagai "revolusi paradigma". Kuhn berpendapat ilmu pengetahuan tidak berkembang secara terus-menerus melalui falsifikasi, tetapi melalui perubahan paradigma. Menurutnya, sains mengalami periode normal dan periode revolusi di mana paradigma lama digantikan oleh yang baru.

Paul Feyerabend, seorang filsuf sains Austria, mengkritik pandangan Popper tentang metode ilmiah yang ketat. Dia berpendapat tidak ada metode ilmiah yang tunggal yang dapat menentukan validitas atau kebenaran sebuah teori. Feyerabend menekankan kebebasan dalam penyelidikan ilmiah dan mempertanyakan otoritas dari metode-metode yang mengklaim superioritas.

Meskipun mereka telah menyempurnakan atau mengembangkan teori falsifikasi Popper, pendapat mereka kenyataannya masih juga diperdebatkan dan ditantang oleh komunitas ilmiah lainnya. Pandangan tentang metode ilmiah dan teori-teori ini masih menjadi subjek perdebatan dan penelitian di kalangan filsuf dan ilmuwan.

Pengayaan gagasan besar Popper tentang falsifikasi oleh para pemikir yang dicontohkan di atas, setidaknya dapat digunakan dalam pemecahan masalah sosial, politik, dan kebudayaan dengan menggunakan pendekatan yang fokus pada falsifikasi, kritik, dan pembaharuan konseptual.

Beberapa langkah yang dapat diambil misalnya mengidentifikasi klaim atau teori yang akan diuji. Tentukan klaim atau teori tertentu yang mau diuji atau dievaluasi. Pastikan teori tsb cukup jelas sehingga dapat dipertanyakan dan diuji dengan menggunakan data dan bukti yang tersedia. Soal Sigodangpohul misalnya, tanya Profesor Uli Kozok, seorang Batakolog yang piawai dalam filologi Batak. Benarkah Sigodangpohul itu sebuah diksi khusus pada zaman warlord di tanah Batak tempo doeloe. Soal capres untuk Pilpres 2024, uji alibinya ketika kerusuhan Mei terjadi di Jakarta, uji mengapa dia diberhentikan dari kedinasan oleh Dewan Kehormatan Militer. Tentang LGBT, uji apakah ybs terlahir L, G, B dan T atau dibuat-buat. Kalau ybs terlahir seperti itu bisakah dinormalkan kembali oleh sains kedokteran. Dan kalau tidak, apa implikasinya bagi kalangan agama terutama yang dogmatis yang memutlakkan pesan yang seakan Ilahi tapi sesungguhnya manusiawi seperti LGBT adalah haram hukumnya dst. Tidakkah pesan yang pseudo-Ilahi itu harus disekularkan sejalan dengan konstitusi negara dst dst.

Tetapkan kriteria falsifikasi yang jelas untuk menguji atau menyangkal sebuah pembenaran. Kriteria ini harus spesifik dan dapat diverifikasi, sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi apakah klaim atau teori kebenaran tsb benar-benar diuji atau berhasil disangkal.

Lakukan pengumpulan data dan bukti yang relevan untuk menguji klaim atau teori yang sedang dianalisis. Data ini dapat berupa fakta-fakta empiris, hasil penelitian, informasi historis, atau sumber lain yang relevan dengan masalah yang diteliti.

Evaluasi dan analisis data yang telah dikumpulkan dengan menggunakan kriteria falsifikasi yang telah ditentukan. Tinjau apakah data tsb mendukung atau membantah klaim atau teori yang sedang diuji. Jika data tsb tidak mendukung klaim atau teori, maka kemungkinan besar klaim atau teori tsb harus direvisi atau ditolak.

Jika klaim atau teori yang sedang diuji dibantah, gunakan hasil analisis untuk mengusulkan alternatif atau revisi yang lebih baik. Berdasarkan bukti dan data yang ada, kembangkan gagasan-gagasan baru atau pemikiran yang dapat mengatasi kekurangan dari klaim atau teori yang sedang dievaluasi.

Lanjutkan pengujian, evaluasi, dan revisi secara berulang. Proses ini harus berlangsung terus menerus, dengan menggunakan metode falsifikasi dan kritik terhadap klaim atau teori yang ada, serta mengusulkan alternatif yang lebih baik.

Dalam konteks masalah sosial, politik, dan kebudayaan, penting untuk mendorong dialog dan keterbukaan terhadap berbagai pandangan dan pendapat. Buka ruang bagi kritik dan pemikiran alternatif yang dapat membantu memperbaiki pemecahan masalah yang ada. Apakah Demokrasi Pancasila itu benar adanya, apakah penyederhanaan partai tidak bisa direkayasa, melainkan harus menunggu seleksi alam terlebih dahulu, apakah Dewan Kehormatan Adat itu perlu adanya dalam menjaga dan merawat legacy leluhur dst.

Penggunaan teori falsifikasi dalam pemecahan masalah sosial, politik, dan kebudayaan bukanlah proses yang mudah. Hal ini melibatkan keterbukaan terhadap kritik, kemauan untuk merevisi dan mengubah pendekatan yang ada, serta komitmen untuk mencari solusi yang lebih baik berdasarkan bukti dan data yang ada.

Teori falsifikasi, pada dasarnya, berkaitan dengan metode ilmiah dan pengujian klaim atau teori ilmiah. Dalam konteks permenungan teologis atau pertanyaan yang bersifat filosofis dan moral, teori falsifikasi Popper mungkin tidak langsung dapat diterapkan dengan cara yang sama seperti dalam ilmu pengetahuan tentang alam.

Permenungan teologis dan pertanyaan filosofis sering kali melibatkan isu-isu yang lebih subjektif dan kompleks, yang sulit untuk diuji atau dibantah secara langsung dengan menggunakan metode falsifikasi. Sebagai contoh, pernyataan seperti "kita adalah satu meski berbeda-beda" atau "perang tak menyelesaikan masalah, kecuali kehancuran dan penderitaan". Itu adalah pernyataan yang bersifat moral, etis, atau filosofis, dan sulit untuk diuji secara empiris.

Kendati demikian, teori falsifikasi dapat mempengaruhi pemikiran kritis dan pendekatan terhadap pertanyaan-pertanyaan teologis dan filosofis. Dalam konteks tsb, teori falsifikasi dapat mendorong pemikiran kritis, skeptisisme, dan keterbukaan terhadap berbagai pandangan. Kita dapat saja menerapkan prinsip falsifikasi untuk menguji argumen-argumen atau keyakinan-keyakinan dalam permenungan teologis dengan menggunakan logika, pemikiran rasional, dan pertanyaan kritis. Misalnya soal memilih pemimpin dan kepemimpinan. Apakah ini melampaui ras dan dogma atau sekular belaka bahwa siapapun dapat menjadi pemimpin sejauh teruji tracknya dalam berpolitik dan teruji kepemimpinannya dalam sebuah organisasi.

Pendekatan pemecahan masalah dalam konteks ini mungkin lebih kompleks daripada hanya mengandalkan metode falsifikasi. Yang terpenting bagi kita disini adalah menghormati keragaman pandangan dan keyakinan, serta mempertimbangkan konteks budaya, historis, dan sosial dalam permenungan tsb.

Wahai rakyat jelata yang adalah mayoritas di negeri ini, falsifikasilah Capres yad, jangan sampai Lembu menjadi Raja, dan Raja malah jadi Lembu; falsifikasilah permargaan di tano Batak, apakah marga itu perlu dilestarikan atau diamputasi saja agar membuat marga-marga baru, mumpung AI dapat dimanfaatkan untuk kecerdasan sebuah marga tanpa sejumput friksi apapun di dalamnya di masa yad.

Last but not least, menjauhlah dari falsifikasi diri, bangsa dan negara ..

Referensi utama :

plato.stanford.edu dalam https://tinyurl.com/2z22kq95

simplypsychology.org dalam https://tinyurl.com/2lxru9vs

Joyogrand, Malang, Fri', June 02, 2023

Slide presentasi falsifikasi dalam filsafat di Pakistan. Foto : slideshare.net
Slide presentasi falsifikasi dalam filsafat di Pakistan. Foto : slideshare.net

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun