Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Musik dan Ritual Kore Metan di Timor Leste Item Terbaru Kepariwisataan Asean

17 April 2023   16:41 Diperbarui: 17 April 2023   16:46 2566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah karnaval kepariwisataan di Dili Timor Leste. Foto: Parlin Pakpahan.

Henrique Magno de Carvalho, pejabat Dikbud Timtim semasa Indonesia, mengatakan musik Kore Metan itu tidak didominasi oleh gaya musik tertentu seperti musik fado (musik rakyat Porto), valsa, tango, samba ataupun keroncong. Namun pada acara-acara khusus seperti pesta perkawinan atau pertunangan, irama valsa sangat menonjol, karena memang irama seperti itu dapat menciptakan suasana romantis.

Henrique tampaknya sependapat dengan Anacleto bahwa musik Kore Metan ini dipengaruhi oleh musik rakyat dari Indonesia timur, tengah, khususnya NTT dan Maluku (Ambon). Uniknya, lanjut Henrique, pada zaman Porto tatkala masyarakat Timtim belum mengenal dengan baik bahasa Indonesia, para musisi Kore Metan telah akrab dengan lagu yang berjudul "Air Laut". Syair lagu tsb, termasuk siapa penciptanya, sampai sekarang tidak diketahui. Pendeknya lagu tsb hanya diketahui judulnya saja dan dimainkan secara instrumentalia. Anacleto, pemimpin dan violis orkes Kore Metan Sang Surya yang mengaku sering diundang mengisi acara resmi  di kediaman Gubernur Timtim ketika itu menambahkan lagu Air Laut kemungkinan besar berasal dari Ambon dan diperkenalkan ke Timtim oleh pelaut-pelaut Makasar.

Musik Kore Metan ini pada mulanya sederhana sekali permainan accord-nya, ujar Henrique. Musik ini hanya memiliki tiga jurus ampuh yang bertumpu pada accord major saja. Misalnya kalau kita bermain di kunci C, maka accord lanjutan tinggal digeser ke kunci F dan G. Selain itu alat-alat musik yang digunakan pun akustik semuanya. Sekarang di samping telah menggunakan alat-alat musik elektronik, juga permainan accord-nya sudah bervariasi, misalnya accord minor sudah mulai banyak digunakan. Penyanyi pun tidak lagi bergantung pada 1 orang, melainkan telah berkembang menjadi 2-3 penyanyi, demikian Henrique.

Alat musik yang menonjol dalam musik tradisional Timtim ini adalah biola. Anacleto sendiri cukup kreatif. Dalam beberapa penampilannya bersama orkes Kore Metan Sang Surya ia telah mencoba alat musik yang bernama "markas", berupa botol atau kaleng minuman berisi batu kerikil barang 5-10 buah. Juga ia mencoba alat kreatif lainnya berupa "lempeng besi" dengan stick pemukul. Kedua alat musik ini hanya sekadar variasi saja, ujar Anacleto tersenyum.

Perkembangan Musik Kore Metan sekarang

Dewasa ini musik Kore Metan semakin terdesak oleh musik pop dan rock, termasuk dengan pop daerah yang rajanya ketika itu adalah Toni Pereira. Pendeknya pada acara-acara pesta di kota seperti Dili, orang sudah jarang mengundang orkes Kore Metan, kecuali di daerah pedalaman. Namun dalam acara-acara resmi musik ini selalu tampil.

Kendati demikian, setiap tahun diselenggarakan perlombaan musik Kore Metan, khususnya pada hari-hari besar seperti HUT Integrasi, HUT RI dst, sekarang pada HUT Kemerdekaan Timor Leste.

Semakin surutnya musik Kore Metan dapat ditelusuri di toko-toko kaset di bilangan pertokoan Colmera Dili. Alcino Yap, pemilik Toko Kablaki, satu-satunya toko yang menjual kaset Kore Metan di kota Dili, mengatakan antara tahun 1983-1984 Atika Record Dili pernah merekam 6 album Kore Metan dengan jumlah produksi sebanyak 10.000 kaset. Ini baru terjual habis dua tahun kemudian. Rekaman terakhir dilakukan pada tahun 1988 meliputi 4 album, dua di antaranya ialah album "Lisan Avo Nian" dengan penyanyi Pedro Vas dan Ros S, kemudian album Walu Be Mai dengan penyanyi Luis F.R.D. Almeida. Ternyata pasaran semakin sepi, karena terdesak oleh lagu-lagu pop daerah. Sejak itu banyak toko yang tidak lagi menjual kaset Kore Metan, kecuali toko Kablaki, ujar Alcino.

Selanjutnya Chinese Timor kelahiran Aileu ini yang mulai bermukim di Dili sejak 1966 menandaskan terlalu riskan baginya untuk melanjutkan bisnis kaset Kore Metan, terlebih sejak Abril Pequinino musisi Kore Metan yang laris itu meninggal dunia pada 1991. Di samping beaya produksi mahal, yakni untuk album, master rekaman, hak cipta dan honorarium musisi, juga masa penjualannya relatif lama. Ini semua telah dialami Alcino dengan Atika Record tahun 1983-1984. Hasil rekaman terakhir tahun 1988 masih tersisa sebanyak 2.000 kaset dengan harga jual Rp  3.000-3.500 untuk 1 buah kaset. Kalau musik Kore Metan direkam di Surabaya seperti yang dilakukan Toni Pereira dkk untuk lagu-lagu pop daerah dengan harga jual 1 buah kaset Rp 4.000-4.500, kita orang pasti akan mengalami kesulitan untuk memasarkannya, ujar Alcino.

Itulah catatan yang dapat saya kembangkan dari my diary dan pengamatan sekarang ini. Mensiasati perekaman yang tak ada untungnya bagi pengusaha, sebaiknya pelestarian musik ini dilakukan dengan memoles dan mempersuasi para musisinya agar rajin bermain di setiap acara pelepasan kain hitam yang riang gembira. Tentu alat musik Biola, Ukulele, dan gendang atau tebe-tebe atau perkusi khas Timor Leste tetap menjadi yang utama dengan tambahan alat elektronik modern sekarang, sehingga audiensnya bisa dikembangkan lagi, termasuk audiensnya di Dili tidak lagi menampiknya karena lebih memilih musik Achmad Dhani misalnya.

Harap mafhum generasi yang lahir di masa awal Indonesia adalah generasi milenial sekarang yang sudah banyak berkiblat ke dunia lain yang serba heboh dari barat sana. Tapi jangan salah orang barat yang heboh itu saat menjadi turis dimana pun akan sangat menghargai  setiap upaya pelestarian seni dan budaya yang manapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun