Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Xi Jinping Meet Putin Memastikan Tatanan Baru Dunia Pasca Ukraina

30 Maret 2023   12:45 Diperbarui: 30 Maret 2023   13:02 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi duo Rusia (Beruang) China (Panda) Vs Elang AS. Foto : english.pravda.ru

Xi Jinping Meet Putin Memastikan Tatanan Baru Dunia Pasca Ukraina

Propaganda barat dalam krisis Ukraina harus diakui luarbiasa. Pers barat yang maunya bebas seperti burung di udara, terbukti memang bebas sebebas-bebasnyya dalam menyorot krisis Ukraina. Pokoknya nilai-nilai barat harus ada di bumi Ukraina. Sementara di bumi Amerika, mantan Presiden Trump baru dibuka gembok kebebasannya setelah dibungkam selama 2 tahun terakhir ini lantaran tudingan tak jelas menghasut penggagalan Biden menjadi Presiden AS menggantikan Trump.

Dalam kebebasan pers barat yang sebebas-bebasnya inilah standar ganda barat yang sering digaungkan timur maupun secuil di barat yang membuat kabar dari Ukraina jadi berat sebelah. Maka untuk mengimbanginya, kita mau nggak mau harus menoleh pers Rusia, China dan para sekutu lainnya, termasuk kaum idealis dunia yang maunya harus ada keseimbangan pemberitaan.

Perang Rusia Vs Ukraina yang sudah berjalan satu tahun lebih sedikit ini baru menghasilkan 2 republik merdeka di Donbass, yi Donetsk dan Luhanks. Ini dari sudut Rusia. Sedangkan Ukraina di bawah Zelensky yang didukung habis Nato dari balik kelambu Amerika belum juga melakukan serangan balik sebagaimana yang dijanjikan yang katanya akan merebut kembali Donbass dan Crimea, sekalipun Tank Utama Challenger, menyusul Leopard dan M1 Abrams sudah di depan pintu Ukraina.

Sampai disini kita lihat kebertahanan Ukraina tak lebih tak kurang hanyalah karena bantuan mesin-mesin perang Nato dari balik  kelambu Amerika. Pembesaran berita dari kaca mata barat seakan Rusia tertahan dan mati langkah di Donbass dengan kerugian seribu satu macam. Itu bulshitt besar. Karena dari ceracau bebas pers barat itulah dunia dikelabui, sementara mesin-mesin perang barat berdatangan tiada henti. Industri persenjataan barat pasca Afghanistan pun berputar lagi. Itulah di balik kebebasan barat.

Barat menseolahkan lupa bahwa thesis Rusia di mandala Ukraina sejak awal adalah demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina, ditambah Ukraina harus mengurungkan niatnya untuk menjadi bagian dari aliansi Nato, karena Ukraina adalah Ukrania dan bukan Barat. Dengan mengecilkan Rusia dan menafikan kerusiaan Ukraina, barat malah tambah erat mencengkeram Ukraina, hanya belum sempat meNatokan Ukraina, karena Rusia yang tak sudi itu terjadi langsung mencecarnya sejak 24 Pebruari tahun lalu. Itu permasalahannya.

Untuk memuluskan kemenangan dalam perang Ukraina, koq harus repot seperti perang konvensional sekarang. Mengapa tidak menggunakan "depleted uranium" saja, baik untuk amunisi maupun untuk pelapis kendaraan lapis baja agar tak tembus peluru. Depleted uranium adalah uranium yang terjadi secara alami yang telah dilucuti dari radio aktifnya. Dengan kata lain depleted uranium adalah limbah dari proses pengayaan uranium untuk digunakan dalam pembangkit listrik tenaga nuklir dan senjata nuklir. Inggeris sedang mencobanya untuk Ukraina dalam rangka memuluskan kemenangan. Sedangkan Rusia sudah siaga nuklir sejak Nato melancarkan propaganda perangnya dengan menjanjikan MBT kelas satu buat Ukraina, termasuk Himars peluncur roket multiguna itu. Yang mengerti pemantik panas seperti ini langsung mengecamnya sebagai barbar, mengingat betapa buruknya dampak persenjataan itu ketika digunakan di Irak dan Kosovo.

Tapi bagaimanapun, kekuatan dahsyat nuklir AS-Rusia, itulah yang menjadi faktor deterrence selama ini yang mencegah terjadinya serangan nuklir pembuka dari kedua belah pihak, ntahlah kalau kekuatan nuklir itu di tangan orang gila yang sedang berkuasa. Siapa si gila itu. Terdeteksi si gila pertama ini adalah Inggeris yang telah memicu kemarahan Putin. Ini yang harus diingatkan AS kepada saudara sepupunya itu.

Maka kunjungan Xi Jinping belum lama ini ke Rusia, harus dilihat sebagai faktor penyeimbang opini baru di mandala Eropa. Ada semacam penegasan disitu bahwa Rusia sangat mampu menahan standar ganda barat seperti boikot ekonomi yang kelewat batas terhadapnya, juga provokasi nuklir yang telah dimulai oleh Inggeris, karena ada China yang besar di sisinya. Xi Jinping adalah sekutu sejati Rusia.

Apabila kita surut sedikit ke belakang, kunjungan Chi belum lama ini ke Rusia sebaiknya dilihat juga sebagai respon atas kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan akhir 2022 yang lalu.

China tidak membutuhkan konfrontasi apa pun dengan AS mengingat hubungan ekonomi yang luas antara kedua negara. Hanya China takkan pernah sudi menyaksikan AS melanggar prinsip Satu China.

Xi ketika itu meminta Presiden AS Joe Biden - dalam sebuah percakapan telepon - untuk menemukan cara mencegah Ketua DPR Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan. Xi berasumsi AS secara resmi pasti menganut model Satu China.

Biden mendengarnya, tapi dalam euphoria kebebasan yang sebebas-bebasnya, dia memberi tahu Xi bahwa dia tidak dapat melakukan apa pun karena Kongres AS adalah cabang pemerintahan yang independen, meski Pelosi adalah sebangsa seperti Biden, yi anggota Partai Demokrat. Partai tentu bisa saja menekan untuk menghentikan Pelosi mengingat bahaya eskalasi di sekitar pulau.

Banyak yang berspekulasi tentang respon Xi terhadap kunjungan Pelosi. Setelah Pelosi dengan ekspresi bebas sebebas-bebasnya ala barat bersenang-senang di Taiwan, banyak yang menuding Xi Jinping menunjukkan respons yang lemah terhadap perilaku arogan AS.

Xi dengan cara slow tapi pasti akhirnya merespon itu. Sekarang sudah jelas respon seperti apa yang dipilih Beijing. China telah memutuskan untuk memihak Rusia dalam perang proksi dengan Barat di mandala Ukraina. China hanya tinggal selangkah lagi untuk kecebur langsung dalam konflik di Ukraina atau dimana pun.

Xi menolak untuk berbicara dengan Biden di telepon. Boleh jadi Xi juga menolak untuk berbicara dengan Volodymyr Zelensky, sekalipun Gedung Putih menginginkannya. Dia hanya punya kartu atau hanya mau ngomong dengan Zelensky dalam kondisi yang sesuai dengan harapan. Itulah rencana perdamaian Beijing untuk Ukraina.

Syarat utamanya adalah gencatan senjata dan pencabutan sanksi sepihak. Ini hanya mungkin jika rezim Kyiv menyerah. Kemungkinan besar Putin dan Xi telah membahas posisi China dalam krisis Ukraina sebagai penjaga perdamaian tanpa kehadiran barat disana, karena Ukraina memang bukanlah urusan barat. Perkembangan itu akan secara dramatis meningkatkan pengaruh Beijing di dunia, terutama di belahan dunia sedang berkembang.

Sebagaimana diketahui, hubungan antara China dan AS mulai memburuk setelah insiden balon China yang dituding AS sebagai balon mata-mata. Catatan keras dari Kementerian Luar Negeri China memaksa Anthony Blinken membatalkan perjalanannya ke Beijing.

Dalam langkah ekstrem lainnya, AS berencana mengajukan tuntutan hukum terhadap China atas merebaknya pandemi Covid-19. Pada hari Senin, 20 Maret ybl, Joe Biden menandatangani perintah eksekutif untuk mendeklasifikasi informasi yang tersedia tentang asal mula virus. Laboratorium Wuhan pasti akan segera menjadi berita utama dunia, dan dunia akan menghadapi kampanye informasi secara global atau besar-besaran untuk menghitamkan dan menjelekkan China.

Cikal bakal kampanye sebebas-bebasnya itu tidak diragukan lagi telah direncanakan jauh sebelumnya, sebagaimana kampanye bulshitt senjata pemusnah massal Saddam di Irak, dan Xi boleh jadi sudah mengetahuinya. Oleh karena itu, retorika Chi dalam negosiasi dengan Vladimir Putin belum lama ini lebih dari sekadar pasti, yi Rusia dan China akan bekerjasama untuk mendirikan pengadilan Eurasia di luar yurisdiksi Barat. Penjahat perangnya disini dipastikan dari Ukraina. Itulah yang bakal diadili nanti, tak ubahnya pengadilan Nurenberg di Jerman pasca PD II.

Pertanyaannya apakah Washington dapat menahan pertarungan di dua front. Ini terlihat meragukan karena AS sedang menghadapi situasi domestik yang kritis, yi krisis perbankan, krisis dalam sistem dua partai, inflasi dan menjelang Pilpres AS. Juga Washington belum melihat banyak dukungan di Eropa akhir-akhir ini. UE hanya menunggu serangan balik yang sukses dari Angkatan Bersenjata Ukraina, dan jika ternyata tidak berhasil, maka tidak akan ada lagi bantuan buat Zelensky.

Sebaliknya China telah mengkonsolidasikan semua benua , termasuk Afrika dan Amerika Latin. Di Timur Tengah, perjanjian damai Iran-Arab Saudi disimpulkan telah menciptakan potensi besar bagi Petro Yuan, yang akan menjatuhkan US $ sebagai mata uang dunia prioritas.

Persekutuan BRICS yang meliputi Rusia, China, India, Brazil dan Afrika selatan telah berkonsolidasi untuk menentang blok-blok yang dipimpin AS. Jumlah negara yang ingin bergabung dengan BRICS juga terus bertambah. Berkaca dari pasar keuangan global, negara-negara BRICS (31,5 persen) mengambil alih G7 (30,7 persen) dalam hal pangsa PDB global. Mereka sudah mengadakan latihan militer bersama (yang terbaru diadakan di lepas pantai Afrika Selatan). Membawa Iran dan Korea utara keluar dari poros kejahatan yang diciptakan barat. Potensi militer keduanya akan diintegrasikan kedalam persekutuan BRICS. Kekuatan persekutuan ini akan mencakup enam miliar orang dan setengah dari ekonomi dunia.

Sebaiknya AS dan Nato berpikir lebih jauh untuk lebih memahami mengapa terjadi pergeseran drastis seperti itu. Mereka tak bisa lagi hanya berkutat dengan masa lalu sebagai Sheriff yang serba mengatur dunia sesukanya.

Khusus dalam menghadapi eskalasi nuklir yang dipicu Inggeris sekarang ini, apa dunia barat mau gegabah begitu saja mengorbankan rakyatnya yang telah dikibuli kaum elang pemangsa selama ini. Sehebat apa barat sekarang, apa bisa terus-terusan membuat Ukraina jadi mesin penggiling daging bagi para elang pemangsa. Propaganda barat adalah kenangan buruk bagi dunia sebagaimana di Irak, Balkan, rekayasa pelepasan Timtim dari NKRI dst dst.

Persekutuan BRICS adalah motor utama untuk menggeser geopolitis dunia ke tatanan baru pasca Ukraina. Dunia yang multipolar adalah tatanan baru pasca krisis Ukraina. Pengalaman selama ini adalah guru terbaik BRICS untuk melawan AS dan Nato sampai dimanapun.

Joyogrand, Malang, Thu', March 30, 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun