Catatan Perjalanan ke Pulau Sabu NTT
Sabu adalah nama sebuah pulau yang terletak di sebelah selatan perairan laut Sabu, di sebelah timur pulau Sumba, dan di sebelah barat pulau Rote yang terkenal sebagai pulau terujung Indonesia di bagian selatan. Pulau ini termasuk wilayah Kabupaten Sabu Raijua, NTT. Luasnya kl 421,42 Km2.Â
Koordinat geografisnya adalah 10 derajat 35 detik LS dan 121 derajat 07 detik BT. Kini pulau Sabu berpenduduk sekitar 80.377 jiwa (SP 2020) dengan kepadatan 191 jiwa/Km2.
Pulau ini tak mudah kulupakan begitu saja, karena tak mudah mencapainya di masa sebelum otda diberlakukan, meskipun relatif dekat dari kota Kupang selaku ibukota NTT. Dan saat itu pulau Sabu hanyalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Kupang. Barulah pada 2008 pulau Sabu dimekarkan menjadi Kabupaten Sabu Raijua yang meliputi 6 Kecamatan yi  Raijua, Sabu barat, Hamu Mehara, Sabu Liae, Sabu timur dan Sabu Tengah.
Pada tahun 2008 Thobias Uly diangkat menjadi penjabat Bupati dan pada 2011 Bupati pertama Kabupaten Sabu Raijua Ir Marthen L. Dira Thome mulai menjabat.
Bayangkan dulu perjalanan kesana hanya melalui laut, dan itu pun bergantung rute pelayanannya yang menghubungkan pulau-pulau utama di NTT. Yang dominan ketika itu adalah kapal Pelni, menyusul kapal ferry.
Setelah berkasak-kusuk di Kupang, didampingi Ricky Seran seorang rekan dari Kupang, sayapun melaju via kapal ferry dari Pelabuhan Tenau Kupang. Setelah belasan jam berlayar kami tiba di Pelabuhan Seba, Desa Seba, Kecamatan Sabu Barat. Pelabuhan ini menjadi pintu masuk dan keluar bagi kapal-kapal yang berlayar ke dan dari Pulau Sabu.
Pelabuhan Seba telah lama berfungsi dan menjadi pintu gerbang utama untuk akses ke Pulau Sabu. Yang pasti pelabuhan ini melayani kapal-kapal yang datang dan pergi dari Pulau Sabu. Seiring dengan perkembangan transportasi dan perdagangan di wilayah Sabu Raijua, pelabuhan Seba terus ditingkatkan kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
Setelah melepas lelah di sebuah penginapan di kota Seba, tak jauh dari Pelabuhan, kamipun merental sepeda motor dari penginapan tsb. Dan wow harga bahan bakar luarbiasa ketika itu, seperti harga emas. Maklum belum ada pom bensin, kecuali pengecer-pengecer BBM yang dipasok dari Kupang.