Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengenang Mama Yuli Pionir Pengembangan Industri Tenun Ikat di Timor Leste

20 Maret 2023   15:17 Diperbarui: 20 Maret 2023   15:40 1139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari kn ke kr, Mama Yuli, Prajudi Atmodirdjo, dan salah satu pegiat busana. Pose bersama di Hotel Borobudur. Foto : dikolase dari dok pribadi

Mengenang Mama Yuli Pionir Pengembangan Industri Tenun Ikat di Timorleste

Negeri ini sudah melek mode pada tahun 1950-an. Kita mengenal nama Peter Sie. Dialah pelopor perancang mode Indonesia. Melalui tangan dan kreatifitas pria kelahiran Bogor ini, lahirlah profesi perancang busana yang menyemarakkan gaya berbusana wanita pada era tsb.

Hanya di era itu, fesyen bukanlah barang massal. Fesyen hanya bisa diakses segelintir orang. Barulah pada 80-an Indonesia mengerti soal busana siap pakai. Pelopornya yi seorang anak baru bernama Prajudi Atmodirdjo. Seangkatan dengannya ialah Iwan Tirta dan Harry Dharsono. Bedanya Prajudi lebih banyak mengembangkan tenun ikat, Iwan Tirta fokus pada batik dan Harry Dharsono mengembangkan seni tekstil yang melahirkan generasi baru perancang adibusana.

Teringat Prajudi yang sudah tiada, tak urung saya pun teringat sebuah sosok di Timor Timur, yi Yuliana Gianti. Pengalaman bertemu sosok inspiratif seperti Yuliana takkan mungkin lekang dari ingatanku, karena semuanya tersimpan baik dalam my diary.

Wanita pengusaha kelahiran Biak, Papua, tahun 1934 ini, menerima penghargaan Upakarti dari Presiden Soeharto atas jasa-jasanya dan kepeloporannya dalam pengembangan industri kerajinan tenun ikat di Timtim atau Timor Timur. Jerih-payahnya selama 8 tahun (1985-1993) menggeluti usaha tenun ikat di Timtim tidaklah sia-sia. Citra Timtim di bidang karya budaya tampil mempesona di pentas nasional ketika itu.

Penghargaan bergengsi itulah yang membuat saya penasaran bertandang ke kediamannya yang cukup luas di bilangan Colmera yang juga sekaligus sanggarnya di bilangan Colmera Dili, akhir Pebruari 1994. Mama Yuli, begitu ia biasa dipanggil oleh karyawannya, tampak sibuk memeriksa aneka macam tenun ikat yang dihasilkan para pengrajinnya.

Mama Yuli ternyata ramah. Anaknya menjalankan Toko Roti Aru, juga di bilangan Colmera, yang terkenal ke seantero Timtim. Sebelum menyelami tenun ikat Timtim yang kini digelutinya, saya sempat bertanya kepadanya, Koq enak begitu kue-kue buatan Aru. Apa resepnya, tanyaku. "Resepnya sederhana saja. Pengawet roti jangan macam-macam. Cukup gula saja. Dalam membuat kue basah maupun kue kering, yang terpenting adalah kreatifitas. Itu yang dipelajari keluarga saya dari orang Belanda ketika kami masih di kepulauan Aru," sahutnya singkat.

Festival tenun ikat Timorleste di Hotel Turismo, Lecidere, Dili. Foto : tempotimor.com
Festival tenun ikat Timorleste di Hotel Turismo, Lecidere, Dili. Foto : tempotimor.com

Lanjut soal tenun ikat Timtim. Menurut pengakuannya usaha kerajinan itu pada tahap perintisannya mirip gambling, tidak sedikit hambatan yang dihadapinya yang membuatnya nyaris putus asa. Persoalan utama adalah merekrut tenaga-tenaga penenun yang benar-benar akhli. Tidak mudah baginya untuk meyakinkan para penenun yang direkrut dari berbagai daerah itu agar mau bekerja dan menetap secara permanen di sanggarnya di kota Dili.

Boleh dikata selama 4 tahun pertama, persoalan yang dihadapi Ibu beranak 4 dan bercucu 12 itu adalah pergantian tenaga penenun secara terus-menerus dalam tempo yang relatif singkat, sehingga praktis tidak ada karya tenun yang bisa dihasilkannya ketika itu. Barulah setelah ia mendalami jiwa dan karakter wanita-wanita pedesaan di Timtim, lambat laun mereka mulai menaruh kepercayaan terhadapnya dan rela meninggalkan desanya untuk untuk bekerja dan menetap bersamanya di ibukota Propinsi Timtim itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun