Geriatric Millennial Zaman Now
Tak lama lepas dari pandemi, warga dunia tak terkecuali Indonesia mulai menapaki normal baru dengan gayanya masing-masing. Tapi pada intinya mereka gembira karena sudah terbebas dari penjara Covid-19. Juga yang menarik, mereka kembali satu persepsi bahwa perang itu kejahatan purba yang harus segera diakhiri. Ini tentu tak lepas dari krisis di mandala Eropa sekarang, dimana kecamuk perang Rusia Vs Ukraina belum juga berakhir.Â
Perang itu genap 1 tahun pada 24 Pebruari lalu. Mereka juga satu suara soal iklim dunia yang harus dijaga baik dengan beralih ke energi bersih seperti energi listrik dari lithium dan energi surya.
Yang paling menarik tentu gaya hidup sehari-hari. Manusia di abad now sepertinya bebas mengexplore-nya, termasuk berkreasi dan bagaimana menjalaninya, ntah itu soal pola makan, gaya berbusana, kebugaran fisik, penampilan dan sebangsanya. Pokoknya gaya hidup.
Sebagaimana yang kualami sendiri di Jabodetabek dan kini di Malang. Aku sungguh menjadi diriku kembali ketika mengenakan celana jeans dan jacket yang mempunyai sungkup untuk kepala. Malang dingin sejak Desember 2022 lalu, so aku butuh itu agar badan tetap hangat. Tak lupa aku mengenakan sepatu kets si bungsuku yang bagus dan tidak lagi dipakainya. Tks God, ukurannya ngepas begitu. Maklumlah Adidas jadulku mungkin sudah jadi artefak purba ntah dimanapun itu. Sambil ngaca, lha koq keren, aku kemudian ngelirik kets, setengah nggak percaya si bungsuku koq bongsor banget, baik tinggi badan maupun ukuran lainnya ntah bisep, ntah dada, ntah kaki dan lengannya. Ya ampun.
Aku benar-benar jadi Geriatric Millennial. Artinya sosok ortu 60-an ke atas yang ber-etos generasi millennial kelahiran 1980-1985. He He ..
Itulah Selayang pandang dunia now pasca pandemi, meski masih ada yang nyebelin, yi pelayanan di KAI dan di Airport. Ntah apa lagi dasarnya, mereka masih saja mempersoalkan surat bebas Covid-19. Jadi inget SKKB atau Surat Keterangan Kelakuan Baik dan Surat Bebas Litsus di zaman Orba Soeharto. Ini mah pelayanan dengkul sonde ratio, pikirku. Apa mereka lupa pernyataan Mr Presiden bahwa The Fucking Covid-19 sudah kabur ke mayapada sana.
Kembali ke AI atau ke laptop, lha sekeluar dari ruang dandan seperlunya, aku koq dilirak-lirik terus nih ama tetangga, bahkan oleh orang-orang di downtown Malang. Setelah kembali ke rumah dari sekadar dolan-dolan ke obyek-obyek kenangan masa lalu di kota Malang, termasuk ngopi di Und Corner, itu tuh pojokan jadul tapi keren di bilangan Tugu sana. Aku baru tahu mengapa dilirak-lirik tetangga seperti itu. Tampilan Bapak keren lo. Saya sendiri tak pernah yakin bahwa Bapak sudah pensiun, kata seorang tetanggaku yang talkative. Maca cihh, sahutku singkat.