PP : Inspiratif sekali amang Datu, karena aku pernah menulis tentang Sigararutang ini.
DNGMN : Ya harus begitu. Kemarin kudengar ada boru Napitupulu dalam Toba TV yang mengatakan kita harus jadi tuan rumah, bukannya tamu di internal kita sendiri, seperti misalnya kuliner. Banyak yang perlu diinovasi disini, mulai dari ombus-ombus, pohul-pohul, kue talam Tarutung, bahkan sasagon. Demikian pula halnya dengan kuliner inti seperti saksang. Itu kan artinya daging cincang. Ubahlah mindset dunia luar bahwa saksang bukan berarti daging B2 thoq, tapi juga daging sapi, ayam, kerbau, kambing, domba, asal bukan daging Homang (orangutan) Tapanuli (Pongotapanuliensis). Itu satwa superlangka yang dilindungi dunia sekarang dan hanya terdapat di Batangtoru Forest.
PP : Bagaimana dengan rempah-rempah Toba amang.
DNGMN : Itu juga, seperti andaliman, rias, bangun-bangun dll. Saos Andaliman yang diracik dengan teri Medan yang dikirim borumu Kenia kan enak. Coba kemasannya agar dibuat lebih bagus lagi. Ini malah dinamai "Teman", lalu ada kata fil-fil. Saos buat bikin soor kita orang makan, koq dinamai seperti itu. Orang nggak mengerti. Kenapa bukan Saos Andaliman Toba saja. Dasar. Gunakan nama dari khasanah Batak. Jangan lupa Balige selaku titik picu kepariwisataan tanah Batak wajib menularkannya ke Tarutung. Bagaimana agar Bukit Kasih di Siatasbarita sana dapat bergeming. Tidak teronggok dan akhirnya lapuk dimakan zaman. Sudahlah tinggalkan berpikir mitis bahwa kalau dikomersialkan dalam rangka kepariwisataan, obyek wisata Bukit Kasih tsb akan miskin pengunjung. Cara berpikir seperti itu sudah tak lagi pada zamannya.
PP : Bagaimana memoles warga Balige agar menjadi sumber inspirasi pengembangan obyek wisata lainnya di tanah Batak.
DNGMN : Jadilah marketer yang baik di luar tanah Batak ntah dimanapun itu, dan jadilah motivator yang tangguh di internal tanah Batak dengan memberi contoh dan keteladanan dalam berinovasi ntah itu kuliner (inti atau kudapan), ntah itu busana, ntah itu agrowisata, ntah itu kerajinan tangan dalam rangka ekonomi kreatif dst dst. Itu maka saya bilang tadi kepala daerahlah panutan utama disini didukung oleh para pemimpin rakyat yang sudi membuang sifat buruk selama ini yi beromdo-omdo ria seperti para pemabuk di lapo tuak.
PP : Bagaimana dengan pulau Samosir.
DNGMN : Ada Annette Horschmann disana. Tabo cottage yang dinakhodainya di Tuktuk selama ini sudah banyak memberi contoh bagaimana menjual kepariwisataan tanah Batak secara profesional. Handicraft Samosir, mulai dari sulim bambu khas Samosir, sampai segala macam gorga Batak (Ukiran Batak) sudah bagus. Hanya tinggal bagaimana memasarkannya ke dunia luar. Itu makanya agar kebersamaan terus dipupuk dengan baik. Semuanya harus bisa menjadi marketer secara berantai hingga ke pentas internasional. Triumvirat kan sudah memberi contoh. Na boha do ho (bagaimana sih ente).
PP : Ok amang Datu. Mauliate (terimakasih).
DNGMN : Ujung ni hata mulak nama ahu tu banua ginjang ate (omong-omong, saya harus segera kembali ke rumah saya di dunia atas). Sai Horas ma (selamat tinggal dan semoga sukses buat kita semua).
PP : Bah mulak nama amang Datu (o cepat sekali amang Datu pulang). Okelah, sekurangnya ini sebait umpasa (pantun) Batak tempo doeloe buat amang Datu Nabolon Gajah Mada Nasangti.