Coto Makassar atau coto Mangkasara adalah hidangan tradisional Suku Makassar, Sulawesi Selatan. Makanan ini terbuat dari daging dan jeroan sapi yang direbus dalam waktu yang lama untuk menghasilkan kaldu yang optimal. Rebusan jeroan bercampur daging sapi ini kemudian dipotong-potong kecil, lalu dibumbui dengan bumbu yang diracik secara khusus.
Coto Makassar diperkirakan sudah lama ada sejak zaman Kerajaan Gowa, tepatnya di Kabupaten Gowa pada abad ke-16. Tempo doeloe, coto bagian daging sapi yi sirloin dan tenderloin hanya disajikan untuk disantap keluarga kerajaan. Sementara bagian jeroan disajikan untuk masyarakat kelas bawah.
Umumnya daging yang digunakan dalam coto ini ntah itu di Timtim, di Malang atau dimanapun adalah daging sapi. Dan dalam perkulineran now ada dua macam penggemar, yi yang suka dagingnya saja dan yang suka dimix seperti lidah, otak, limpa, paru, hati, jantung, babat dan lain-lain. So, coto Makassar tidak lagi soal kasta-kasta-an seperti dulu.
Konon, diperlukan sekitar 40 macam rempah untuk membuat coto makassar, yang disebut rampa patang pulo. Aneka bumbu itu, di antaranya adalah bawang merah, bawang putih, cabai, biji-bijian dan bebungaan (lada, ketumbar, jintan, kemiri, foeli atau buah pala, cengkih), dedaunan (daun salam, daun jeruk purut, daun kunyit, daun serai, daun seledri, daun bawang, daun bawang prei), rerimpangan (lengkuas, jahe), serta pelbagai bumbu lain seperti asam, garam, gula, kayu manis, dan juga tauco, termasuk kacang tanah, irisan daun bawang dan bawang goreng, serta perasan jeruk nipis yang dicampurkan pada saat dihidangkan.
Perbedaannya dengan soto yang ada di Jawa adalah warna kuahnya. Kuah soto seperti soto Ambengan Surabaya atau soto Lamongan atau Soto Betawi misalnya, itu akan terlihat berkuah jernih cenderung kekuningan, sedangkan coto Makassar berkuah gelap. Kuah gelap inilah daya tariknya, karena di kedalamannya terkandung aneka rempah eksotis yang sangat menggugah selera. Itulah Coto Makassar sebagaimana yang saya dan keluarga nikmati di Coto Makassar Marannu Qi di Jln Kawi No 39 E, Klojen, Malang.
Setelah doi bertukarcerita dengan Ibu Ira, dan my daughter K telah setor pembayaran ke kasir yang dalam hal ini adalah Ibu Ira sendiri, tak lama kemudian kami pun pamitan.
Thanks Ibu Ira. Semoga sukses bisnisnya dan sukses perjuangan rekan-rekan kita di Kokpit. Dan di atas segalanya cotonya tambah enak dan uenak. Ciaoo ..
Joyogrand, Malang, Mon', Febr' 06, 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H