Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ibu Ira eks Timtim dan Coto Makassar Marannu Qi di Malang

6 Februari 2023   17:19 Diperbarui: 6 Februari 2023   17:20 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bincang-bincang dengan Ibu Ira the owner Coto Makassar Marannu Qi, Jln Kawi, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.

Coto Makassar Marannu Qi ini di Jln Kawi No 39 E, tak jauh dari MOG tempat doi dan anak-anak belanja tadi. Marannu Qi kalau nggak salah mengandung arti bahagia/senang/riang/gembira. Dengan sisipan Qi, maka secara idiomatik berarti hubaya-hubaya sekalian mari kita makan bersama dan bersukaria bersama-sama disini. Ini karena saya dulu punya teman asal Makassar, maka sok teu jadinya. He He ..

Saya lihat Ibu yang jualan sudah berusia 50-an jelang 60-an. Dia ditemani seorang anak gadis yang belakangan baru saya tahu ybs adalah anak kandung si pemilik Marannu Qi.

Saya perhatikan, dari cara menatap dan raut wajahnya, apalagi dibarengi tatapan anak gadis belia di sebelahnya, jujur nih si Ibu, saya pikir. "Btw Bu, apa ini asli coto makassar atau makassar-makassar-an? tanya saya. "O ini asli Coto Makassar Pak. Saya sendiri asli orang Makassar. Suami saya Syamsul Hadi asli Jawa timur. Dan saya cukup dipanggil Ira atau Ibu Ira," respon Ibu itu dengan tangkas.

"Terimakasih Bu Ira. Oya bagaimana ceritanya Ibu berjualan Coto Makassar di tempat yang bagus ini. Setahu saya nama Jln Kawi cukup melegenda di kota Malang. Mendaki ke atas sedikit lagi, kita akan menjumpai kuliner apapun. Untung saya nggak sejauh itu. Saya baca nama ini, maka karena sudah lama mengenal coto serta asalnya dari mana, saya tanya Ibu seperti itu," ujar saya.

"Saya tadinya cukup lama dinas di Timtim atau Timor Timur semasa Indonesia. Lalu eksodus kesini pasca jajak pendapat 1999. Persisnya saya dan suami berdinas di kantor BPN propinsi Timtim. Saya pensiun beberapa waktu lalu, sedangkan suami saya Syamsul Hadi masih aktif di Surabaya. Maka berjualan coto disini adalah untuk mengisi waktu luang selepas pensiun. Oya, ada kabar gembira assets kami yang ada di Timtim akan diperjuangkan oleh rekan-rekan yang tergabung dalam Kokpit atau Korban Kekerasan Politik di Timor Timur. Ada katanya salah satu senior yang cukup berpengaruh akan mendampingi perjuangan untuk ganti rugi assets warga eks Timtim ini di Jakarta.

Doi yang mendengar perkenalan dari si empunya, langsung merespon meriah. "Wah, Ibu Ira bisa cerita lagi nanti untuk tambahan cerita tadi, karena suami saya pun pernah berdinas disana. Semoga ganti rugi assets ini bisa diperjuangkan ya Bu. Saya juga punya tanah di Delta Comoro yang sekarang katanya banyak dihuni eks Fretilin yang nggak jelas. Sekarang kami makan dulu ntar cerita tambahannya", ujar doi. "Iya iya Bu. Silakan pilih menunya, apa coto daging atau dicampur. Ini semua asli kuliner Makassar sebagaimana coto serupa yang dulu banyak dijajakan di Dili khususnya dan di seantero Timtim pada umumnya," sahut Ibu Ira.

Saya pilih coto daging, doi dan K coto daging juga, sedangkan my daughter A setelah melihat ada menu lain, pilih Ayam goreng. Dia memang begitu. Yang biasa dimakannya. Itu yang akan disantap, sedangkan yang baru dikenalnya, ntar dulu. Baru setelah Mama atau Kakaknya cerita nanti bahwa itu ok, ia akan menjajalnya. Percayalah.

Bincang-bincang dengan Ibu Ira the owner Coto Makassar Marannu Qi, Jln Kawi, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.
Bincang-bincang dengan Ibu Ira the owner Coto Makassar Marannu Qi, Jln Kawi, Malang. Foto : Parlin Pakpahan.

Hidangan pun tersaji. Kami segera bersantap di tengah gerimis halus di MOG dan sekitarnya, jangan-jangan seluruh kota sedang disiram gerimis halus serupa. Nggak masalah. Yang penting cotonya memang uenak dan pas di lidah. Saus sambalnya luarbiasa. Saus itu berwarna coklat kemerahan. Ada rasa tauco bercampur rasa pedas dan rasa rempah-rempah lainnya yang tak terkatakan. Ini yang saya suka.

 Saus ini mengantar saya mengenang teman-teman baik saya asal Makassar seperti Azis, Taufiq, Bahar dll. Tak terasa saya minta tambah buras yi sejenis ketupat yang dibungkus daun, setelah sebelumnya menikmati ketupat yang dibungkus daun kelapa. Buras memang nasi pulen karena ditanak dengan air santan sebagaimana lemang di Padang Sumatera sana.

Saya lihat my daughter A ternyata menikmati ayam gorengnya. "Bagaimana, enak nggak ayam gorengnya?" tanya saya. Dia mengangguk pertanda ayam goreng Makassar itu juga enak. "Tambah lagilah," Lalu doi dan my daughter K yang makan coto juga mengangguk seraya mengacungkan jempolnya. Syukurlah, upah letih mencari-cari sesuatu di MOG akhirnya terbayar lunas di rumahmakan coto Makssar Ibu Ira ini, ujarku dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun