Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Mengendus Koalisi Gerindra-PKB Menuju Pilpres 2024

24 Januari 2023   17:18 Diperbarui: 24 Januari 2023   17:20 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo dan Cak Imin. Foto : Rifkianto Nugroho, news.detik.com

Rute untuk menjadi presiden RI memang tak mudah, apalagi sistem multi partai di Indonesia masih sedang berproses. Partai lama sendiri misalnya yang adalah fusi dari banyak partai di masa Orba seperti PDI-P, Golkar dan PPP, pada kenyataannya masih berproses. Kalaupun muncul partai-partai berlabel agama sekarang ini seperti PKB, PAN, PKS dan PBB, itu hanya menunjukkan parpol identitas yang tenggelam di masa Orba seperti Masjumi dll bereinkarnasi kembali dalam sosok partai-partai baru tsb. PDIP juga demikian, kita lihat misalnya PSI, partai buruh dll. Itu reinkarnasi dari partai yang tenggelam di masa Orba, bahkan Golkar yang adalah partai ciptaan penguasa Orba dan kemudian menjadi mayoritas tunggal sepanjang era Orba, juga ada reinkarnasinya dalam sosok Partai Buruh, Hanura, Gerindra dll.

Ini tak terhindarkan karena keragaman politik di negeri ini belum sampai pada kematangan politik yang lepas dari subyektivisme pribadi dan kelompok.

Kembali ke gagasan Gerindra-PKB yang konon berkoalisi untuk mempersatukan kekuatan nasionalis dan kekuatan religius. Ini sebetulnya bukan konsep baru. Presiden pertama RI Soekarno sudah lama terobsesi dengan penyatuan ini, bahkan ialah yang menciptakan term Nasakom yang kontroversial itu.

Di masa Orla, Nasakom tentu tidak kontroversial, hanya setelah kudeta merangkak Soeharto dibantu CIA berhasil menggulingkan Soekarno dengan kambing hitam utama adalah PKI yang dituding sebagai penyebab bencana nasional itu, maka istilah Nasakom sontak diharamkan di negeri ini.

Munculnya thesis baru Nasakom itu "hantu" dan ini kemudian diiyakan oleh mayoritas bangsa yang tergiring oleh pengkondisian yang dilakukan regime, maka kita bisa mafhum, karena tingkat melek politik publik ketika itu masih sangat rendah sekali. Mereka blas buta sama sekali ada apa di balik itu semua.

Komunis dari kata latin communis atau bersama-sama adalah istilah politik dan ideologis dengan beberapa arti yang muncul di Perancis sekitar tahun 1840. Ini menunjuk pada : (1) utopia-sosio teoretis; (2) ajaran politik dan ekonomi, khususnya Marx dan Lenin, dengan tujuan membangun masyarakat bebas dominasi dan tanpa kelas; (3) menunjuk gerakan dan partai politik; (4) menunjuk sistem pemerintahan seperti RRC dan Federasi Rusia sekarang.

Komunis tak ada hubungannya dengan hantu yang diciptakan Orba bahwa komunis itu tak beragama. Dalam term lain kita akan menemukan fenomena serupa yi PSI atau Partai Sosialis Indonesia. Dulu Soemitro Djojohadikusumo ayahanda Prabowo adalah dedengkotnya. Atau kenali dulu paham sosialisme yang berlaku di dunia sekarang, seperti Perancis misalnya yang tak sepenuhnya kapitalistis tapi diimbangi dengan instrumen sosialis untuk menjinakkan kejalangan kapitalisme barat.

Dalam konteks global sekarang, Communism dan Socialism tak ada bedanya. Juga tak ada yang namanya pelarangan beribadah di RRC dan Rusia, bahkan Korea utara. Undang-undang dasar negara mengatur tentang keberadaan agama dan keberagamaan di negara tsb, dengan catatan sejauh umat beragama tak melanggar aturan sekular dalam bernegara, berbangsa dan bermasyarakat.

So penyatuan kekuatan nasionalis dan religius dari koalisi Gerindra-PKB hanyalah sekadar jargon politik yang takkan banyak mempengaruhi kedewasaan berpolitik bangsa ini.

9 parpol yang ada di parlemen sekarang. Itu juga nggak abadi. Sesuai sikon, ada saatnya mereka terhempas, seperti PSI, PBB, Buruh, Hanura dll pada pemilu 2019. Begitu juga dengan pemilu 2024 yad. Dipastikan parpol yang raihan suaranya kecil pada Pemilu 2019, merasa ketar-ketir menghadapi pemilu 2024 yad. Tak heran Nasdem buru-buru menyambar Anies sebelum lengser dari kegubernurannya akhir tahun lalu. Paling tidak tail-coat effect-lah yang diharapkan dari Anies untuk pemilu yad.

Politik sejauh ini terlalu banyak dikupas dari segi delusi politik, seakan nyata padahal maya, seperti kalimat seorang petinggi :  "kita sedang membahas bagaimana memperbaiki nasib rakyat sekarang ini". Sadarlah, kalimat itu hanyalah wacana dan wacana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun