Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

9 Mitos Natal yang Perlu Kita Ketahui

22 Desember 2022   17:18 Diperbarui: 22 Desember 2022   17:58 744
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
3 orang Majus bergerak dengan panduan Bintang Natal menuju kandang kelahiran Kristus. Foto: nbcnews.com

Setibanya di Malang sejak dari Jakarta akhir Nopember lalu, saya mencoba reading book berselang-seling. Bisa sekali dua hari atau tiga hari, bahkan bisa seminggu penuh tak membaca. Itu semua bergantung mood saya selama di Malang bersama Mama anak-anak dan si bungsu Adrian Aurelius.

Meski demikian, toh ada beberapa bacaan yang nyantol di benak dan sepertinya terolah bahwa Natal 2022 yang semakin mendekat ini sama saja dengan Natal-Natal sebelumnya. Yang berbeda adalah suara hati. Apakah suara hati kita sudah indah seindah karya Chopin dalam Spring Waltz atau suara hati itu tetap vulgar tapi selalu saja dijaimkan dimanapun dan kapanpun. Sebaiknya, "buka dulu topengmu, kata Ariel Noah. He He ..

Di interval waktu berselang-seling tak berjarak rapat itulah saya mencoba memahami kisah Natal dari media christianitytoday.com, christianpost.com, relevantmagazine.com, medsend.org, nbcnews.com dll, meski sudah sejak kecil saya diajar ortu saya agar rajin belajar kitab suci, taat beragama dan pandai bergaul dengan sesama.

Akumulasi bacaan yang dapat meningkatkan dopamin di tubuh kita itu akan membuat mood kita tetap terjaga. Pokoknya tidak mudah anjlok mikirin yang nggak-nggak. Seperti sekarang ini nih saya akan mencoba menyarikan kisah natal sepanjang sejarah. Yang mana yang benar dan yang mana yang mitos.

Banyak mitos telah ditambahkan kedalam kisah Natal yang pernah ada di portibi atau dunia ini. Bahkan bagi yang tak paham betul bahasa teologis dan bahasa kesaksian sejarah, kisah hebat itu malah diplintir ke segala arah sejalan dengan ketidaktahuan mereka tapi seakan mahatahu atau sok teu dalam bahasa gamer boy zaman now.

Tapi seberapa banyakpun cerita yang kemudian menjadi mitos dan ditambahkan dalam perjalanan waktu 2 milenium setelah Kristus tiada, substansi Natal tak pernah berubah. Bagi orang Kristen, Natal adalah kehadiran nyata Tuhan di dunia ini. Tuhan bukan lagi metafisik yang tak teraba atau tak tersentuh atau tak terasakan. Tuhan ada begitu nyata di jagad kita anak manusia.

Saya kira natal adalah moment paling indah dalam siklus tahunan. Mereka yang beriman disitu terpanggil oleh salah satu bagian terindah dalam kitab suci yi inkarnasi Kristus, sebuah keyakinan bahwa Tuhan telah menjadi daging atau menjadi manusia dalam sosok Yesus Christ, anak Allah dan menjadi orang kedua dalam doktrin Trinitas yang adalah Tuhan sekaligus Manusia.

Menyadari kebenaran luarbiasa di balik kenyataan Tuhan datang dan tinggal di antara kita, itu tidak bisa tidak berdampak pada cara hidup kita. Sekaligus, itu adalah pengingat luarbiasa bahwa Tuhan menepati janjinya dalam Perjanjian Lama untuk mengirim Mesias dalam rangka menyelamatkan umatnya dari dosa-dosa mereka.

Hanya saja, dalam perjalanan waktu telah banyak ditambahkan cerita kedalam kisah natal yang kemudian menjadi mitos. Mitos adalah cerita yang dirakit sedemikian rupa seakan kisah nyata. Mitos adalah sebuah fase dalam kebudayaan ketika manusia masih sangat terbatas pengetahuannya dalam menjawab peristiwa alam di sekelilingnya. 

Ada gunung meletus misalnya. Itu direka sebagai dewa sedang marah. Lalu dibuat sesaji agar dewa tak marah lagi dst. Meski demikian di zaman now pun ada saja mitos untuk menggiring massa, misalnya mitos bumi itu datar, candi Borobudur dibangun oleh Raja Sulaiman. Percaya atau tidak pada narasi itu, tentu bergantung pada nalar kita, sehat atau tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun