Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengenal Batu dan Potensi Kepariwisataannya

20 Desember 2022   20:13 Diperbarui: 20 Desember 2022   20:25 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengenal Batu dan Potensi Kepariwisataannya

Batu terbaca dan terdengar sangat familiar di telinga kita, sekaligus lucu. Lha koq dinamakan Batu? Mbok jangan sekeras dan sekasar Batu dong. Kenapa nggak yang halus dan chantique seperti Ken Dedes misalnya atau Roro Mendut dan Pranacitra. Oalah.

Menurut folklore setempat, wilayah yang kini disebut Batu itu, dulu sekali dikenal sebagai tempat peristirahatan keluarga Kerajaan Medang pada abad ke-10. Itu artinya lebih muda dari prasasti Dinoyo pada abad 9 masehi - yang juga masih didominasi oleh folklore dan sedikit hasil penggalian arkeologis - yang menyebut Kanjuruhan sebagai kerajaan tertua di Jawa yang berpusat di Malang. 

Tapi herannya dalam folklore Malang raya tak ada hubungan kesejarahan antara Medang dan Kanjuruhan. Ini harus ditelusuri lebih jauh kalau tak ingin tenggelam terus dalam dunia folklore.

Bung Karno dan perjuangannya di bagian depan Jatim Park 3. Foto: Parlin Pakpahan
Bung Karno dan perjuangannya di bagian depan Jatim Park 3. Foto: Parlin Pakpahan

Berdasarkan folklore setempat, sebutan kota Batu berasal dari nama seorang ulama pengikut Pangeran Diponegoro yang akrab disapa Mbah Wastu. Adalah kebiasaan masyarakat Jawa, sering mempersingkat nama seseorang dengan nama yang akrab dengan telinganya. Alhasil Mbah Wastu disingkat menjadi Mbah Tu, Mbatu atau Batu. Nama tsb kemudian digunakan untuk kota dingin yang kesohor dengan kepariwisataan alamnya ini.

Tapi what's in a name, sebab dalam kepariwisataan yang terpenting adalah potensi alamnya, termasuk budaya.

Dari celah trotoar Jln Bukit Berbunga, Batu. Foto: Parlin Pakpahan.
Dari celah trotoar Jln Bukit Berbunga, Batu. Foto: Parlin Pakpahan.

Batu, mempunyai keduanya, except budaya tempo doeloe yang kebanyakan adalah folklore setempat yang tentu indah dalam arti sastera, tapi tidak dalam arti bisa diperagakan dan dijual sebagaimana tari kecak di Bali, tor-tor atau tari katakanlah tor tor somba debata raja di Toba, tari perang di Sumba dst. 

Kalaupun ada obyek wisata budaya di Batu. Itu tentu kreasi masa kini yang n'jawani diracik dari kebiasaan masyarakat di seputar Malang raya, ntah itu berkesenian seperti pembuatan topeng Malang, pementasan wayang orang, kerajinan gerabah, ntah itu ruwatan lingkungan. Apalagi Batu adalah satelit kota Malang, meski sudah menjadi daerah otonom beberapa dekade ini.

Kamar akomodasi di Hanoman Hotel, Jln Bukit Berbunga, Batu. Foto kolase Parlin Pakpahan dari phinemo.com
Kamar akomodasi di Hanoman Hotel, Jln Bukit Berbunga, Batu. Foto kolase Parlin Pakpahan dari phinemo.com

Kota Batu berada di dataran tinggi dengan ketinggian 700 sampai 1.700 meter dpl. Tak heran, suhu udara di sini sejuk bahkan dingin di musim kemarau sekalipun.

Keindahan alam pegunungan dengan segenap flora dan fauna yang ada di dalamnya adalah keunggulan komparatif Batu dibandingkan dengan daerah wisata lainnya di Indonesia. 

Obyek wisata alam ini telah ditempa bagus oleh pemerintah sesuai potensinya, mulai dari perbukitan seputar Gunung Panderman yang dijadikan olahraga wisata paralayang, tempat-tempat Outbond, pemandian umum termasuk air panas, jelajah alam dengan rafting, wisata sayur-mayur dan buah-buahan seperti broccoli, kentang, apel, jeruk, strawberry dll.

Hanoman Hotel dengan villa minimalis terinspirasi rumah gadang Minang di dalamnya. Foto: Parlin Pakpahan.
Hanoman Hotel dengan villa minimalis terinspirasi rumah gadang Minang di dalamnya. Foto: Parlin Pakpahan.

Khusus di pusat kota Batu sendiri sudah ada obyek wisata inovatif sejak 2001 yi Jatim Park 1, 2 dan 3, termasuk Baloga (Batu Lover Garden) dan wisata belanja dan keluarga di alun-alun kota, bahkan Abah Anton mantan Walikota Malang membuat usaha kafe di kebun durian bernama Abundacio. Kafe ini di Petung Sewu, Kecamatan Dau, tak jauh dari daerah wisata Batu. 

Sehabis durian yang agak aneh bisa bertumbuhkembang di ketinggian seperti Dau, kini sudah banyak dijual jenis Avocado (Alpukat) Alligator atau Alpukat raksasa yang berasal dari Mexico. 

Buah ini memiliki ukuran sangat besar dengan panjang 70-80 cm dan berat antara 700 gr-1,5 Kg per buahnya. Maka Agro Wisata seperti wisata petik Apel, petik Strawberry dan menyusul petik Durian dan Avocado Alligator akan semakin menyemarakkan suasana kepariwisataan Batu dan sekitarnya

Batu merupakan salah satu dari 9 kota di Jawa Timur. Luas wilayahnya kl  202,30 km2, yang terdiri dari 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Batu, Kecamatan Junrejo dan Kecamatan Bumiaji. Jumlah penduduk Batu hasil SP 2020 adalah sebanyak 213.046 jiwa. Kota Batu masih terkonsentrasi di Kecamatan Batu dengan luas 22,83% dari wilayah kota Batu. Kecamatan Batu dihuni sebesar 96.921 jiwa atau 45% penduduk Batu.

Hanoman Hotel, Jln Bukit Berbunga, Batu. Foto: Parlin Pakpahan
Hanoman Hotel, Jln Bukit Berbunga, Batu. Foto: Parlin Pakpahan

Sebagian besar keadaan topografi Batu didominasi kawasan dataran tinggi dan perbukitan yang berlembah-lembah yang terletak di lereng dua pegunungan besar, yaitu Arjuno-Welirang dan Butak-Kawi-Panderman. Di wilayah sebelah utara pusat kota terdapat hutan lebat yang merupakan kawasan hutan lindung, yi Taman Hutan Raya Raden Soerjo.

Tak heran Batu memiliki panorama alam indah berudara sejuk, tentunya pembangunan di sektor pariwisata dengan segala inovasi di dalamnya akan menarik minat wisnus maupun wisman untuk mengunjungi Batu sebagai kawasan pegunungan yang mempunyai daya tarik tersendiri.

Suasana guyub dan kekeluargaan di Jatim Park 3. Foto: Parlin Pakpahan.
Suasana guyub dan kekeluargaan di Jatim Park 3. Foto: Parlin Pakpahan.

Boleh dibilang sejak awal abad 19 kepariwisataan Batu telah dikembangkan oleh Belanda, jejaknya al tempat-tempat peristirahatan (villa) bahkan pemukiman ala Eropa di Batu. Legacy Belanda itu kini menjadi salah satu obyek wisata yang menarik bagi para pelancong. Tercatat Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta sempat berkunjung dan beristirahat di kawasan Selecta, Batu di masa perang kemerdekaan.

Dulu, kota Batu merupakan bagian dari Kabupaten Malang. Pada 6 Maret 1993, Batu ditetapkan sebagai kota administratif, kemudian dijadikan kota otonom yang terpisah dari Kabupaten Malang pada 17 Oktober 2001.

Villa Hadipoeran yang disewakan per hari, Jln Bukit Berbunga, Batu. Foto: Parlin Pakpahan
Villa Hadipoeran yang disewakan per hari, Jln Bukit Berbunga, Batu. Foto: Parlin Pakpahan

Kalau Batu disebut bagian dari Malang raya, maka yang perlu dipahami perkembangan Malang raya bermula dari daerah tempo doeloe yang kita belum tahu pasti batas wilayahnya dan bagaimana kesatuan dan persatuannya. Yang pertama pada abad 9 yang dalam prasasti Dinoyo disebut sebagai Kerajaan Kanjuruhan, disusul Kerajaan Medang pada abad 10.

Baru di zaman Belanda Malang dikembangkan pertamakali sebagai gemeente atau kota otonom, dan setelah Belanda hengkang, legacy Belandalah dalam arti wilayah yang dinamakan sebagai Malang raya yi daerah metropolitan yang meliputi kota otonom Malang, kota otonom Batu dan Kabupaten Malang. Kabupaten Malang yang dulu beribukota di kota Malang, sudah sejak awal Otda beribukota di Kepanjen. Keduanya tak jauh dari Malang. Boleh dikata keduanya adalah kota satelit Malang. Dan dalam konteks kepariwisataan titik picunya tentu adalah kota Malang.

Dinosaurus berhadapan dengan Super Hero, Jatim Park 3, Batu. Foto: Parlin Pakpahan
Dinosaurus berhadapan dengan Super Hero, Jatim Park 3, Batu. Foto: Parlin Pakpahan

Pada awal abad ke-19, banyak orang Belanda yang membangun rumah dan bermukim di Kota Batu. Tampak dari banyaknya bangunan berarsitektur khas Belanda yang dapat ditemukan di kota Batu.

Belanda bahkan menyamakan keindahan Batu dengan Switzerland, sampai diberi predikat De Klein Switzerland atau Swiss Kecil di pulau Jawa.

Bangunan fantasi di Jatim Park 3, Batu. Foto: Parlin Pakpahan.
Bangunan fantasi di Jatim Park 3, Batu. Foto: Parlin Pakpahan.

Akhirnya laju kepariwisataan di Batu sangat signifikan apabila dihubungkan dengan perakomodasian yang ada di Batu sekarang, mulai dari homestay di level bawah, hingga hotel berbintang, bahkan sudah ada tenda-tenda wisata yang mobile yang setiap saat bisa berpindah lokasi dengan view baru, termasuk yang unik akomodasi rumah pohon yang dirancang di pohon-pohon tertentu seperti Pinus, pohon-pohon akomodasi itu dilengkapi tangga dan teras untuk memandang alam pegunungan.

Alpukat Alligator (Alpukat raksasa). Foto: pakartani.com
Alpukat Alligator (Alpukat raksasa). Foto: pakartani.com

Khusus untuk hotel berbintang sudah ada rintisan inovatif berupa bangunan-bangunan yang bersifat individual dan tidak lagi disatukan dan disekat-sekat dalam kamar-kamar hotel, melainkan sekumpulan villa minimalis dengan rancangan khusus seperti Hanoman Hotel di Jln Bukit Berbunga.

Yang menarik dari hotel semacam ini adalah desain hotel yang inspiratif. Hanoman hotel misalnya yang terinspirasi dari Rumah Gadang Minang yang bagian atapnya seakan tanduk kerbau dan ini dipadukan dengan alam terbuka yang hijau dan asri. Akomodasi para pelancong disini adalah unit-unit rumah atau villa dengan arsitektur unik dan modern. Kamar-kamar dicat warna putih. 

Villa-villa minimalis ini dibagi beberapa klas, mulai dari kelas standar, klas de luxe dan klas super de luxe. Ornamen klasik tetap ada seraya memberikan sentuhan modern melalui berbagai perabotan di dalamnya. Restonya juga sudah digawangi para chef yang berkualitas jebolan sekolah-sekolah kepariwisataan modern.

Mau coba? Silakan, tak enteni lo. Ciaoo ..

Hanoman Hotel, Jln Bukit Berbunga, Batu, Malang raya, Tue', Dec' 20, 2022.

Alun-alun kota Batu. Foto: wearemania.net
Alun-alun kota Batu. Foto: wearemania.net

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun