Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Fotografi Perjalanan Jakarta-Malang bersama KAI

7 Desember 2022   13:07 Diperbarui: 7 Desember 2022   13:10 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terasa makan siang sudah berlalu. Kebetulan doi bawa bekal yang nyuss untuk santap siang dan santap malam nanti. Kami hanya beli air mineral dan sekadar coffee cup dari layanan KAI. Kalau camilan, agar dapat yang ok seperti Qtela misalnya, ya kami harus sampai dulu di setasiun Tawang Semarang Pk 18.00 nanti. Sabar.

Dari semua hal yang terasa untuk mudahnya katakanlah pengalaman empirik kita di perjalanan mulai dari Jakarta hingga santap siang jelang perhentian berikut di Cirebon. Ada sebuah kegembiraan tersendiri bagi saya yi jeprat-jepret untuk obyek kamera ntah itu obyek sosial, ekonomi, kondisi setiap setasiun dll. Sepertinya saya dapat obyek sosial yang menarik mulai dari Cikarang hingga jelang Cirebon.

Tapi saya yang beberapa kali melakukan perjalanan Malang-Jakarta via KAI terlena untuk hal semacam ini dan agak terkaget-kaget ketika kereta mulai melewati Pekalongan menuju Semarang. Ternyata ada obyek foto Laut Jawa. Ya Matarmaja melintasi beberapa titik berpemandangan Laut Jawa yang pesisirnya unik. Look, di pantai tak jauh dari tumpukan pasir laut ada tanaman pisang, diselingi undakan yang bertanaman semacam mangrove tapi bukan mangrove yang saya kira sangat berguna untuk penahan abrasi sampai kapanpun.

Suasana hening di setasun Tawang Semarang. Foto : Parlin Pakpahan.
Suasana hening di setasun Tawang Semarang. Foto : Parlin Pakpahan.

Mendekati Semarang ada semacam taman di pantai ntah itu milik Pemkab Kendal atau Pemkab Semarang yang sangat rindang dengan tanaman pantai yang secara keseluruhan terlihat rapi untuk rekreasi warga sekitar ntah itu warga Semarang, Kendal atau Pekalongan.

Jauh sebelumnya selepas Pekalongan ada bekas jembatan kereta yang kelihatannya sudah tidak dipakai lagi. Ini segera saya jepret dengan cakrawala Laut Jawa. Doi bilang itu bukan eks jembatan kereta, tapi pastinya kereta dong, karena konstruksinya kuno yi di kejauhan seakan ada pegangan di kiri-kanannya. 

Dan di kota Malang sendiri, setau saya ada jembatan serupa yi Soekarno-Hattta yang menghubungkan Jln Soekarno-Hatto dengan Jln MT Haryono yang kalau ke kanan kita akan melintas Unibraw dan terus ke Batu, sedangkan ke kiri langsung ke Ijen boulevard di downtown Malang.

Selepas Semarang dengan camilan Qtelanya dan berbelok ke selatan menuju Solo, malam pun semakin menjadi yang membuat mata terkantuk-kantuk. Dan penumpang di sebelah yang berkursi dengan muatan 3 orang berhadap-hadapan menjadi total 6 orang, tapi nyatanya hanya bermuatan 2 orang sejak dari Jakarta, telah kosong karena ybs yang selalu menemani saya untuk sekadar merokok di setiap perhentian di kisaran 15 menit untuk kota-kota besar seperti Cirebon dan Tegal ternyata turun di Tawang Semarang.

Kami pun lantas mendudukinya setelah yakin tak ada lagi orang yang duduk disitu. Duduk berselonjor di kursi yang relatif panjang tentu terasa nyaman untuk istirahat malam sehingga Matarmaja nanti tiba di Malang Pk 02.00 dini hari.

Praktis selewat Semarang, tak ada lagi yang bisa saya jepret. Ok menunggu "syaraf tidur" memanggil, sebaiknya ngobrol ama doi saja. Soalnya kedua tetangga sebelah yang ramah dan talkative itu sudah turun tadi. Saya tanya sekali lagi "bagaimana Matarmaja sekarang?" "Saya baru yakin kali ini bahwa pemerintah telah berbuat yang terbaik buat kitorang," sahutnya. "I think so".

Dan selanjutnya saya ternyata tertidur lelap, sehingga tak pernah tahu sudah lewat Madiun, Kediri bahkan di Tulungagung kereta sempat berhenti lebih dari 15 menit, ternyata saya nggak juga terpancing bangun untuk sekadar delak-delok, demikian juga doi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun