Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menilik-Menimbang Medsos Kita Kini

29 November 2022   18:16 Diperbarui: 29 November 2022   18:23 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi medsos. Foto : djkn.kemenkeu.go.id

Gagasan membangun kembali politik identitas pasca Ahok. Kita bisa saja membuat polarisasi dengan cara baru. Atau kita bisa menciptakan lingkungan informasi dimana mis-informasi dapat menyebar secara organik. Komunitas kita sekarang sangat rentan terhadap disinformasi yang ditargetkan. Kita bahkan belum tahu ruang lingkupnya.

Apa yang dapat kita simpulkan tentang keadaan masyarakat yang dapat memberi pengetahuan kepada kita tentang sistem yang kompleks yang kita hadapi sekarang.

Ini berpulang kepada kita untuk memahami perilaku kolektif umum masyarakat kita, termasuk sistem yang kompleks di dalamnya. Lihatlah masyarakat kita sekarang dengan perspektif itu. Sementara sistem yang kompleks adalah sistem yang memiliki batas tertentu untuk gangguan. Jika sistem sangat terganggu, itu akan berubah. Bahkan sistem seringkali kolaps secara serempak, tiba-tiba, tanpa peringatan. Kita lihat pasar keuangan misalnya, bisa tiba-tiba ambruk tanpa peringatan.

Dalam dunia medsos kita kini, sudah saatnya disosialisasikan tentang perlunya semacam kolaborasi transdisipliner. Dengan kata lain, perlu pendekatan multidisiplin untuk mengkaji krisis informasi sekarang. Banyak hal yang masih belum kita mengerti disini. Kita tidak punya teori tentang bagaimana semua perubahan ini mempengaruhi cara orang membentuk keyakinan dan pendapat mereka dan kemudian menggunakannya untuk mengambil keputusan. Itu semua sedang berubah dan sedang berlangsung. 

Sementara kita lebih banyak dicekoki patronase dari budaya kita yang tak banyak berubah sejauh menyangkut mentalitas. Mentalitas yang dimaksud disini adalah cara seseorang atau sekelompok orang untuk merespons sesuatu.

Kita khawatir sistem informasi sekarang telah berkembang untuk mengoptimalkan sesuatu yang ortogonal (sesuatu yang dianggap benar dalam teori substitusi) dengan hal-hal yang sangat penting, seperti keperdulian terhadap kebenaran informasi atau efek informasi terhadap kesejahteraan manusia, terhadap demokrasi dan terhadap kesehatan pada ekosistem kita.

Bagaimana dengan WhatsApp? Keqnya medsos satu ini semakin fokus ke gathering antar keluarga, antar teman, antar rekan-rekan seprofesi, antar teman-teman jadul, antar teman-teman eks apalah gitu dst.

Kalau kita posting sesuatu yang dikira perlu diforward, maka anggota disitu akan memforwardnya ke arah lain dimana ybs adalah anggota WAG tsb.

So tak perlu khawatir medsos terbuka seperti facebook dan twitter yang beberapa tahun terakhir ini banyak bergeser ke jurang pertikaian antar kelompok dengan segala macam trick playing game dalam rangka membabat lawan, kini orang waras maupun gokil bisa beralih aman ke WAG persaudaraan dan pertemanan.

Tapi ini pun bisa ricuh kalau ada yang berdelusi, tampil melebihi katakanlah Bill Gates : Ni gue taipan, atau tampil bak Agnes Mo : Nih gue sudah go international dst. Atau malah lebih banyak memforward mis-informasi yang banyak terjadi sekarang. Ntah itu gunakanlah bawang putih untuk pengobatan Covid-19 yang ampuh, ntah itu Jokowi China atau PKI, ntah itu Anies Bapak Politik Identitas, ntah itu martabak pecenongan super Rp 250 ribu per loyang besar dst.

Maka lanjutkan WAG anda ntahpun itu hal-hal serius, tawa ria, tangisan, asal jangan super lebay.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun