Selain itu, krisis Ukraina telah dengan jelas menunjukkan ketidakmungkinan mendasar untuk menghidupkan kembali dunia unipolar dalam format lamanya. Gedung Putih belum bisa mendapatkan kembali kepercayaan bahkan dari mitra dan sekutu tradisionalnya. Bukti nyata kegagalan tsb dapat dilihat dari ketegangan yang muncul dalam hubungan AS dengan Arab Saudi, ketika Riyadh justru menolak permintaan Washington untuk meningkatkan pasokan minyak Saudi ke pasar dunia dengan melampaui kuota yang ditentukan dalam format Opec+.
Tekanan politik AS terhadap PM India Narendra Modi untuk meninggalkan kemitraan strategis negaranya dengan Moskow juga tidak terlalu berhasil. Strategi menghidupkan kembali dunia unipolar berdasarkan nilai-nilai liberal jelas tidak memungkinkan pemulihan hubungan dengan pemimpin Venezuela Nicolas Maduro, yang selama ini dianggap Washington hanya sebagai penjahat internasional.
Adapun kebuntuan AS-China, sejauh ini tidak jelas apa sebenarnya yang telah disiapkan Washington untuk melawan aktivitas ekonomi Beijing yang tumbuh di, katakanlah, Amerika Latin atau Afrika.
Potensi ancaman utama terhadap kepemimpinan internasional justeru terletak di tangan AS sendiri. Itulah yang terlihat terang-benderang selama pemilihan paruh waktu (inflasi, krisis energi, kejahatan penembakan massal di seantero negara bagian AS, migrasi, dll). Lihatlah betapa ngototnya Donald Trump yang semakin gaek itu untuk nyapres dalam Pilpres AS dalam tempo dekat ini. Sebuah bukti betapa AS sekarang ini dilanda krisis kepemimpinan. Olah intelektual dalam berpolitik di AS sungguh tak terlihat dari kader-kader relatif muda ntah itu dari kalangan Republik maupun Demokrat.
Seyogyanya dalam konteks perubahan dunia sekarang, calon-calon pemimpin AS berbicara lebih kepada akal sehat dan pragmatisme ketimbang membooster sentimen isolasionis di masyarakat. Masalah mendasar di AS meski bukan manifestasi spesifik dari kelesuan ekonomi dan sosial saat ini, adalah terbaginya  masyarakat AS menjadi 2 ekstrem.
Lihat faksi sayap kanan tumbuh lebih kuat di Partai Republik dan demikian juga faksi sayap kiri di Partai Demokrat. Pusat politik sendiri kehilangan stabilitasnya, sementara radikalisme sayap kanan dan kiri semakin kuat. Sampai-sampai ada ramalan mengerikan tentang perang saudara yang tak terhindarkan yang bakal meruntuhkan AS. Lihat kampanye-kampanye destruktif dari Partai Republik dan kampanye-kampanye serupa dari Partai Demokrat.
Napoleon Atau Badutkah Zelensky?
Terlepas dari semua kelemahan dan keterbatasannya, yang jelas AS tetaplah merupakan kekuatan yang sangat diperlukan. Tanpa partisipasinya (terlebih jika secara aktif ditentang) solusi dari banyak masalah regional dan global tidak mungkin dilakukan.
Posisi unik AS di dunia modern ditentukan tidak semata oleh kekuatan AS itu sendiri, melainkan oleh kelemahan atau, lebih tepatnya, oleh ketidakdewasaan sebagian besar pemain lain dalam percaturan politik global. Kematangan intelektual mereka belum cukup siap untuk menghadapi pergeseran geopolitik dunia sekarang. Boro-boro untuk memainkan peran sebagai pelindung utama keseimbangan global, apalagi menjadi arsitek utama tatanan dunia baru.
Konflik Rusia-Ukraina tidak dapat dihentikan tanpa partisipasi aktif AS. Untuk semua keberhasilan yang tidak diragukan lagi dalam de-dolarisasi keuangan global, itu tidak dapat begitu saja menutup "greenback" (istilah untuk US$ di masa perang saudara AS) sebagai mata uang cadangan utama dunia untuk waktu yang lama.
Sebagian besar rantai teknologi transnasional dengan satu atau lain cara melewati AS. Potensi dan penggunaan "soft power" AS akan butuh waktu lama untuk tidak lagi dicemburui sekutu dan musuh AS, apakah itu menyangkut produksi dari Hollywood atau program sains universitas-universitas di AS. Posisi AS di lembaga-lembaga internasional (terutama birokrat-birokrat yang mewakili AS dalam tatanan global) saat ini pada umumnya jauh lebih kuat daripada posisi negara lain mana pun di dunia.