Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Semakin Dalam AS dan Barat Nyemplung Dalam Krisis Ukraina Hanya Akan Mempersulit Terbentuknya Tata Dunia Baru

25 November 2022   14:50 Diperbarui: 25 November 2022   14:53 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lihat misalnya G20 yang baru saja berlalu dari presidensi Indonesia. Betapa PM Inggeris yang baru Rishi Sunak begitu pongahnya mendiskreditkan Putin dan Rusia.

Tapi anehnya Sunak Cs manggut-manggut begitu pemimpin China Xi Jinping memasuki arena G20. Betapa semua negara G20 memaksakan point pengutukan Rusia, tanpa melihat ada Lavrov, ada India dan China disitu, juga tanpa mau tahu apa bagaimana sebenarnya Ukraina itu bagi Rusia.

Padahal G20 bukanlah forum politik, melainkan forum ekonomi, keuangan dan iklim sehubungan pemanasan global karena industrialisasi dunia yang berlebih. Toh Zelensky dikasi kesempatan juga untuk mencuri panggung G20, seakan Rusia adalah penjahat utama yang gembongnya Putin harus segera diwanted sekarang  juga.

Terulangnya unipolaritas sistemik tidak hanya terjadi di Barat. Misalnya, ancaman sanksi sekunder oleh AS dalam banyak kasus terbukti menjadi faktor penentu dalam menentukan peluang dan kendala bagi negara-negara non-Barat untuk mengembangkan kerjasama ekonomi dan lainnya dengan Moskow. Di bawah tekanan AS, Turki memutuskan untuk menolak Rubbel Rusia, dan Huawei China terpaksa menghentikan aktivitasnya di Rusia.

Strategi Keamanan Nasional AS tergres yang baru saja diteken oleh Biden, sesungguhnya dipenuhi semacam kesesatan restorasionis. Dokumen tsb berbicara tentang pentingnya kepemimpinan AS, tugas yang tidak berubah untuk "menahan" China dan Rusia, promosi nilai-nilai liberal di seluruh dunia, dll.

Sementara pejabat AS menggunakan retorika multipolaritas dan multilateralisme yang "benar secara politis", pemerintahan Biden justeru bertekad untuk memulihkan dunia unipolar, persis seperti yang ada di tahun 1990-an. Ini seakan restorasi KKN Orba Soeharto kedalam sistem politik Indonesia sekarang setelah era reformasi 2000-an. Untuk mudahnya, Washington "tidak belajar apapun dan tidak melupakan apa pun."

Maka perlu ditelisik dan dipertimbangkan interval usia Biden, Nancy Pelosi, dan Donald Trump dalam kepemimpinan AS sekarang ini. Usia gaek ketiganya boleh jadi telah mencemari mengapa pola pikir mereka mandul untuk mensiasati perubahan zaman.

Menyoal Zaman Keemasan Hegemoni AS

Mungkin kelemahan utama dari strategi kebijakan luar negeri pemerintahan Biden adalah keinginannya yang terang-terangan untuk membalikkan sejarah kembali ke zaman keemasan hegemoni AS dalam dekade terakhir abad lalu.

Krisis politik-militer yang akut, tentu saja, dapat sepenuhnya mengubah gambaran hubungan internasional untuk sementara waktu, tetapi tidak dapat menggugurkan tren objektif jangka panjang dalam perkembangan dunia. Bagi AS, krisis Ukraina telah menjadi semacam politik anestesi, tetapi jika seorang pasien, katakanlah, menderita peritonitis parah, tidak ada obat yang dapat menggantikan intervensi selain bedah.

Penyalahgunaan analgesik atau obat penenang cenderung tidak ada gunanya. Krisis saat ini di Eropa, untuk semua keuntungan taktis yang diambil oleh pemerintahan Biden, pasti mendistorsi sistem prioritas kebijakan luar negeri AS, memaksa Washington untuk fokus terutama pada masalah Eropa, menunda tugas strategis yang lebih penting untuk masa depan yang tidak terbatas, yang mengandung kekuatan militer dan ekonomi China yang tumbuh. Selama dua tahun pemerintahannya saat ini, Biden bahkan belum dapat mulai menyelesaikan masalah ini, yang dianggap, setidaknya oleh sebagian dari kalangan mapan, terutama dari Republik, sebagai kekurangan yang jelas dari Demokrat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun