Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menimbang Pemilu Serentak dan Sistem Presidential Sekarang

22 November 2022   17:17 Diperbarui: 24 November 2022   11:17 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Suasana penghitungan suara Pemilihan Umum 2019 di Tempat Pemungutan Suara 039 Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (17/4/2019). (Foto: KOMPAS/YUNIADHI AGUNG)

Sampai-sampai Depok dan Sukabumi tak tahu bagaimana caranya mengembangkan heritages legacy Belanda di wilayah perkotaan dalam konteks kepariwisataan, sehubungan cekokan sejarah yang tak pada tempatnya.

Kita lihat yang tetap bertahan dalam sistem politik kita adalah PDIP, Golkar, Gerindra dan PKB, sedangkan PAN, PPP, Nasdem, PKS dan Demokrat terkesan kuat semakin khawatir dengan raihan suara mereka dalam Pileg 2024 yad. 

Lihat misalnya bagaimana Nasdem langsung mengkudeta Anies untuk Capres mereka tahun 2024 yad. Dengan harapan ada tail coat effect atau efek ekor jas yang akan menciprati Nasdem. Belum tentu, karena keterjebakan Anies dalam politik identitas sebelumnya justeru itulah yang akan menghilangkan efek dimaksud.

Rakyat pemilih semakin lama semakin cerdas. AA Gym yang dulu pongah dengan poligami, ternyata ditinggalkan orang karena tahu motivasi AA semata-mata hanya sex belaka dan bukan cintakasih anak manusia. Publik terbukti lebih bersimpati kepada Teh Nini ketimbang kepada isteri muda AA Gym yang bahenol dan chantique itu. 

Begitulah halnya dengan kepartaian di negeri ini. Yang tak rasional dan mengada-ada penuh syahwat kekuasaan, itu akan sirna dengan sendirinya.

Maka presidential threshold yang berlaku sekarang itu sudah match betul dengan perkembangan politik di negeri ini. Maka biarlah PDIP tepat pada waktunya medio September yad mencapreskan Ganjar tanpa perlu berkoalisi. 

Biarkan Prabowo memilih cawapresnya sendiri ke depan ini ntah itu Cak Imin atau Sandi. Piawai menggandeng parpol lain agar threshold terpenuhi. Lha monggo dipilih yang sevisi tentu. Saya pikir dua capres itu akan lebih efektif dan efisien dalam Pilpres 2024 yad.

Sedangkan Anies? Saya khawatir, Anies dan Nasdem akan tergerus perjalanan waktu itu sendiri, seiring tergerusnya Demokrat dan PKS dari pentas nasional kita.

Indonesia now bukanlah Indonesia kemarin yang digiring identitas-identitasan yang mendegradasi kesatuan dan persatuan nasional kita. Ok.

Depok Bolanda, Tue', Nov' 22, 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun