Layanan Jacklingko ini jelang dan sesudah Pak Anies bubaran dari DKI Pak, tanyaku. Oh nggak Pak. Ini sudah lama. Yang merintis ya Pak Ahok. Pak Anies hanya melanjutkan saja. Sekarang dia kan Capresnya Nasdem Bos, ujar driver yang dari logatnya dipastikan asal Sumbar.
Percakapan pun terhenti, karena doi mengatakan kami sudah sampai titik tujuan yi depan pintu utama RSCM di sisi Salemba. Ok makasih ya Pak! Kami pun melenggang masuk, yang pertama kami lewati yi patung dr. Tjipto sendiri yang diabadikan menjadi nama rumahsakit yi RSCM (Rumahsakit dr. Tjipto Mangoenkoesoemo), kemudian lorong jadul yang berbentuk bulatan gothic yang senantiasa dijaga kebersihannya, lalu belok kanan, dan belok lagi. Sampai di klinik rehab medik untuk ngecheck registrasi kemarin yang sampai sekarang koq klinik mata belum melakukan panggilan terhadap doi. Setelah dicrosscheck oleh bagian pendaftaran, ternyata sudah dipanggil. Tuh ada tanda merah. Artinya anda pernah dipanggil, tapi orangnya dimana dan telponnya dimana. Ok nggak masalah, langsung saja ke unit pelayanan mata, pakai odong-odong ya. Soalnya muter agak jauh sampai ke Jln. Kimia.
Kami pun melenggang lagi ke bagian depan yang berhadapan dengan Jalan Salemba. RSCM padat tapi nggak sampai merayap pagi itu. New normal di RSCM, sepertinya sudah sesuai dengan harapan bangsa ini. Untuk dikatakan sebagai role model, RSCM saya pikir sudah cukup lama membuktikan dirinya sebagai pusat rumahsakit se-Indonesia yang patut diteladani. Tadi sistem pendataannya dan cara cross-check pasien masuk dan keluar, termasuk mereka yang akan dipanggil langsung. Terekam dengan baik dan sistematis. Sudah modern. Dan di atas segalanya, Â tak ada satu pun pengunjung RSCM yang tak bermasker. Semua tetap jaga jarak dalam suasana mendekati hening, karena tak obral cangkem atau suara. Boleh ngomong, tapi sekedar-sekedarlah. Itu yang nyata saya lihat pagi itu.
Pas perhatian lagi terkonsentrasi penuh pada patung setengah badan dr. Tjipto tak jauh dari pintu utama RSCM. Tuh odong-odongnya sudah datang, kata doi. Oalah, ya sudah yang penting patung tokoh sejarah itu sudah saya jepret. Hanya kurang simetris. Di atasnya nama lengkap RSCM tak semua tercopy. Habis keburu diteriakin tadi. Ya apa adanyalah. Yang penting hasilnya clear.
Odong-odong dimaksud ternyata kenderaan rakitan khusus yang boleh jadi bermesin Toyota. Kapasitasnya 10 penumpang termasuk supir. Modelnya seperti miniatur bus transjakarta. Tampak tertulis di bagian depan "KPRI RSCM". Ini artinya odong-odong itu di bawah manajemen KPRI RSCM. Buat pengunjung RSCM yang berurusan dengan pengobatan dan jenguk pasien. Jelas gratis. Oya, ada satu lagi mobil odong-odong yang agak ceper yang sepertinya bertenaga listrik, dengan kapasitas penumpang yang lebih terbatas. Versi ceper ini meski tak selincah yang pertama, tapi bergerak tak bersuara. Dan secara keseluruhan fasiltas odong-odong ini masih terbatas jumlahnya. Dan hanya beroperasi dari pagi sampai sampai sore jelang Pk 18.00. Selebihnya ya tahankan keliling RSCM yang bukan main gede dan luas itu. Selanjutnya tahankan juga nanti kalau harus difisioterapi karena kecapean keliling RSCM tanpa izin dari dokter akhli RSCM.
Sesampainya di Pusat Lasik (Laser- Assisted In Situ Keratomileusis) atau operasi mata dengan laser RSCM Kirana Unit Pelayanan Kesehatan Mata, kami pun turun dan langsung ke bagian registrasi di pintu depan lantai dasar. Yang nge-klik nomor id kita untuk difinishing disitu setelah melalui pendataan di bagian registrasi terdepan UPKM RSCM Kirana, ternyata Pak Gagu yang rajin dan lucu. Bunyi aa uu aa uu dari cangkemnya itu hanyalah cara dia bicara, maju kesini ya, pencet nomor id, atau kadang dia sendiri yang memencet nomor id customer. Dan kalau sudah klaar dari bagiannya, Pak Gagu akan ber aa uu aa uu lagi lebih keras, yang artinya sudah tuh dan segera naik ke lantai satu untuk antri lagi dan tunggu panggilan untuk diperiksa. Pak Gagu begitu karena dia memang gagu tak bisa bicara. Dia hanya ngomong melalui bahasa aa  uu aa uu. Bagaimanapun, Pak Gagu harus diakui keren. Dia piawai sekali pencet-memencet id pengunjung pusat lasik RSCM Kirana.
Suasana di Unit Pelayanan Kesehatan Mata ini tertib sekali. Tak terdengar suara berisik ini dan itu karena ada pengunjung yang bandel atau ngawur atau tak tahu aturan antri dst. New normal dengan segala perilaku yang terbentuk selama 3 tahun pandemi ternyata sesuatu yang sudah baku atau sudah menjadi standar dalam perilaku kita. Semua orang sudah tahu bagaimana menghormati sebuah aturan main, meski dalam main-main politik cara main kayu masih ada dan dalam main-main birokrasi masih ada salaman di bawah meja sebagaimana kasus bersih-bersih polri sekarang ini, yang minta ampunnya kita kesulitan sekali dalam membongkar motif utama pembunuhan BrigJo oleh Sambo cs. Misteri dibuat semakin misterius dengan skenario luarbiasa dari seorang yang tahu persis ABCnya alibi dalam sebuah delict hukum, khususnya pembunuhan berencana.