Mohon tunggu...
Parlin Pakpahan
Parlin Pakpahan Mohon Tunggu... Lainnya - Saya seorang pensiunan pemerintah yang masih aktif membaca dan menulis.

Keluarga saya tidak besar. Saya dan isteri dengan 4 orang anak yi 3 perempuan dan 1 lelaki. Kami terpencar di 2 kota yi Malang, Jawa timur dan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Katholik dan Protestant Sama Meski Tak Sebangun

14 Oktober 2022   16:06 Diperbarui: 14 Oktober 2022   16:10 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah kartun perbedaan Katholik dan Protestant.  Screenshot dipetik dari Leroy Kenton dalam channelnya FTD Facts/Youtube

Katholik Dan Protestant Sama Meski Tak Sebangun

Mengutip Databoks, dalam lembar Dukcapil Kemendagri per 31 Desember 2021 tercatat sekitar 20,45 juta atau 10,55% warga Indonesia adalah Kristen (7,47%) dan Katholik (3,08%) dari total populasi 273,87 juta jiwa.

Dikotomi Kristen dan Katholik dalam pendataan selalu ada, termasuk di AS, dimana Dr. Jim Denison pada Juli 2021 dalam Denison forum menyebut ada 76% orang AS yang mengidentifikasi dirinya sebagai Kristen, dimana 25% adalah Katholik dan 51% adalah Protestan dari total populasi 333.201.653 jiwa (BPS AS, 14 Oct', 2022).

Apa beda keduanya?

Kristen dari Christians artinya Pengikut Kristus. Katholik pun demikian. Catholic dari bahasa Yunani yang kemudian diromanisasi menjadi "katholikos" yang artinya universal. Istilah ini pertamakali digunakan pada tahun 110 M oleh Ignatius dari Antiochia. Lalu digunakan istilah gereja katholik untuk membedakannya dengan kelompok-kelompok lain yang juga menggunakan istilah gereja, meski bukan pengikut Kristus.

Selama era "Apostolik" atau segala sesuatu yang berhubungan dengan ajaran para Apostel atau Rasul (30-100 M), gerakan Kristen dihadapkan pada tiga kekuatan agama yang signifikan. 1. Agama Romawi yang keukeuh pada penyembahan kaisar, yang menganut teologi politeistik eklektik, dan menekankan bentuk dan upacara di atas standar moral, 2 Agama Yunani yang memisahkan aspek spiritual dari materi, dengan rasionalisme yang kuat dan moralitas yang miskin, 3. Yudaisme yang telah tersebar keluar dari Israel selama beberapa generasi dan terutama setelah kejatuhan Yerusalem pada tahun 70 M, dimana orang-orang Jahudi mendirikan sinagoga-sinagoga saat diaspora atau menyebar everywhere.

Gereja yang berkembang mengambil keuntungan dari sikon ini, dimana warga butuh perdamaian universal, butuh infrastruktur fisik yang bagus, butuh bahasa komunikasi yang menyatukan mereka, dan mereka haus akan kebenaran dan moralitas. Itulah sikon di imperium Romawi ketika itu.

Dalam era "Patristik" atau zaman Bapa-Bapa Gereja setelah Perjanjian Baru sampai abad 5 (tahun 100-451) dapat dilihat adanya penganiayaan berat terhadap Gereja. Sekitar tiga juta orang Kristen kehilangan nyawa mereka pada tahun 300 M. Namun, iman Kristen tumbuh pesat meskipun menghadapi tantangan ini, terutama di pusat-pusat kota.

Dalam sejarah gereja, tercatat sekitar tujuh juta orang mengaku beriman kepada Kristus pada tahun 325 M. Para "pendeta" (artinya mereka "yang dipanggil") tumbuh mendominasi kepemimpinan Kristen pada pertengahan abad ketiga. Tugas mereka adalah bekerja untuk melindungi dan melestarikan doktrin Alkitabiah di tengah perluasannya ke dunia non-Yahudi.

Pertobatan Kaisar Constantine pada tahun 312 M akhirnya membalikkan keadaan, dimana kekaisaran Romawi memberikan perlindungan bagi Gereja. Kaisar menggabungkan Kekaisaran Romawi dengan keyakinan barunya, dan percaya tindakan ini akan menyatukan dan menghidupkan kembali negara. Kepemimpinannya di Konsili Nicea (325 M) menetapkan bahasa latin sebagai bahasa teologis Kristen yang menggambarkan keilahian Kristus, termasuk juga menjadikannya sebagai kepala gereja secara de facto.

Selama empat abad pertama sejarah Kristen, Uskup Roma menjadi terkemuka dalam komunitas Kristen atau pengikut Kristus yang lebih besar. Innocent I (402-17 M) adalah yang pertama mengklaim bahwa ialah pengganti Rasul Petrus (lih. Mat 16 :18-19 ); Leo I (440-61 M) menegaskan otoritas kitab suci untuk klaim Innocent, dan sering dianggap sebagai Pope atau Paus atau "Bapak" pertama Gereja. Pada Konsili Chalcedon (tahun 451), uskup Roma diakui sebagai pemimpin Gereja Katholik Roma (Katholik berarti "Universal"). Innocent III (1215) menegaskan dominasi universal Paus atas dunia spiritual dan sekuler, dan menyatakan Paus sebagai wakil Kristus di bumi.

Reformasi

Dalam perjalanan waktu, pelanggaran keuangan muncul dalam kepausan pada tahun-tahun setelah Innocent III. Pada awal abad 15, tiga paus mengklaim otoritas atas gereja.

Lahirnya renaisans atau masa pencerahan menyebabkan minat baru pada Kitab-Kitab Ibrani dan Yunani, dan membangkitkan kemandirian intelektual. Wycliffe dan para pengikutnya memulai pekerjaan menerjemahkan Alkitab kedalam bahasa umum masyarakat (sekitar 1382). Para pemimpin sekuler semakin frustrasi dengan otoritas kepausan.

Dalam sikon sangat dinamis seperti itu, panggung pun tiba-tiba tersedia untuk Martin Luther, seorang biarawan muda Katholik dan Pengajar Alkitab. Luther mempertanyakan berbagai pelanggaran di dalam gereja yang didokumentasikannya. Kemudian ia menempelkan "95 Tesis"nya di pintu gereja kota di Wittenberg pada tanggal 31 Oktober 1517. Pada awalnya ia tidak bermaksud menarik diri dari Gereja Katholik. Tetapi ketika tulisan-tulisannya tercetak dan beredar di seluruh Jerman, maka paus pun mengucilkan Luther pada tahun 1521, "protes" pribadinya (lih. "Protestant") menjadi gerakan yang terorganisir dan tak terbendung. Perdamaian Augsburg (1555) mengesahkan agama Lutheran di dunia Jerman, dan menjadikan Protestant sebagai dimensi abadi dari iman Kristen.

Perbandingan Teologis

Untuk menyederhanakan, perbedaan teologis antara Katholik dan Protestant dapat diringkas dengan dua perbandingan.

Wewenang

Luther berpendapat untuk "sola scriptura," Alkitablah satu-satunya otoritas kita yang tidak dapat salah, tidak tunduk pada tradisi gereja, paus, dewan, atau pendeta. Tradisi Katholik menyatakan bahwa sebagaimana Allah memberikan Kitab Suci melalui Gereja, maka Ia menggunakan Gereja untuk menafsirkan firman-Nya. Ajaran, konsili, dan kredo kepausan adalah sarana yang dia maksudkan kepada kita untuk memahami wahyu-Nya. Jadi Gereja dan Kitab Suci adalah otoritas kembar Gereja Katholik.

Keselamatan

Terkait dengan "sola fidei," Luther menegaskan keselamatan itu datang hanya melalui iman kepada Kristus Yesus. Tradisi Katholik menyatakan Allah menengahi keselamatan melalui "sakramen" : baptisan, penguatan, Ekaristi atau Perjamuan Kudus (tubuh dan darah Kristus yang dikonsumsi selama misa atau perayaan ekaristi), pertobatan, penahbisan, pernikahan, dan penyembuhan orang sakit. Beberapa kalangan Protestan mengakui beberapa dari tindakan ini sebagai "sakramen," sementara yang lain (seperti Baptis) tidak; tetapi Protestan biasanya tidak percaya bahwa tindakan ini dapat membantu menyampaikan keselamatan.

Sementara perbedaan Katholik dan Protestant semakin jelas adanya, kesamaan besar antara keduanya ibarat kebersamaan yang hidden. Keduanya percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah, bahwa Yesus adalah Putera Allah dan Juruselamat Dunia, dan bahwa kurban pendamaian-Nya memungkinkan keselamatan kekal kita. Pengakuan yang paling bersejarah disini : Yesus adalah Tuhan!

Denominasi Protestan

Mengutip sebuah ilustrasi yang menarik dari Dr. Jim Denison, dikatakan seorang pendeta Baptis mengundang orang-orang di lingkungannya untuk mengunjungi gerejanya. Seorang perempuan tua berkata, "Tidak, terimakasih anak muda, saya seorang Methodis." "Jika Anda tidak keberatan memberi tahu saya, mengapa Anda seorang Methodis?" tanya pendeta. "Ya, tahu sendirilah, orangtua saya kan Methodis, kakek-nenek saya Methodis, dan kakek buyut saya juga Methodis." Pendeta muda yang terlihat frustrasi itu merespon, "Itu bukan alasan, hanya karena semua kerabat Anda adalah Methodis. Lalu apa yang akan Anda lakukan jika semua kerabat Anda idiot?"  "Kalau begitu," perempuan tua itu tersenyum, "saya mungkin akan menjadi anggota gereja Anda."

Ilustrasi Denison menggambarkan dengan terang benderang keberagaman denominasi protestant dalam kesatuan protestant, jika anda adalah anggota gereja tertentu. Pastinya anda bergabung disitu, karena keluarga anda sudah lama menghadiri kebaktian di gereja tsb, atau karena pengaruh teman, atau karena gereja itu telah memenuhi kebutuhan anda. Atau mungkin anda menjadi anggota karena keyakinan teologis, yi gereja tsb anda nilai paling mendekati pola Alkitabiah bagi umat-Nya.

Martin Luther pada 1520. Foto: britannica.com
Martin Luther pada 1520. Foto: britannica.com

Menyeksamai apa yang tidak Alkitabiah

Martin Luther mendirikan Reformasi Protestant. Dua keyakinannya menjadi ciri semua teologi Protestan : kita diselamatkan oleh iman saja, tanpa perantaraan Gereja; dan otoritas kita adalah kitab suci saja, tanpa interpretasi Gereja. John Calvin (1509-1564), seorang Katholik mantan pengacara, membantu membentuk keyakinan Protestant dengan cara yang lebih logis. Gereja "Reformasi" ("Presbiterian" di Amerika) mengikuti pengaruhnya hingga sekarang.

Luther dan Calvin setuju menolak apa pun yang mereka temukan dalam tradisi Katholik yang tidak mereka anggap Alkitabiah. Mereka menyangkal otoritas paus dan dewan karena alasan ini. Tetapi mereka menyeksamai apa pun yang mereka temukan dalam ajaran Katholik yang tidak secara tegas menyatakan bahwa itu non-Alkitabiah, dan memilih untuk menafsirkannya kembali secara Alkitabiah. Misalnya, Alkitab tidak melarang pembaptisan bayi, tetapi tidak mengajarkan bahwa baptisan semacam itu menghapus dosa asal yang diwariskan. Jadi Luther dan Calvin mempertahankan praktik baptisan bayi, tetapi mengubah artinya. Bagi Luther, baptisan adalah cara Kristus menganugerahkan anugerah keselamatan-Nya, tetapi itu berdiri di atas komitmen iman orangtua yang membawa anak mereka untuk dipersembahkan kepada Allah.

Dengan pendekatan ini, dalam Perjamuan Kudus misalnya, yang dimaknai adalah aspek spiritualnya dan bukan makna Katholiknya. Transubstansiasi (posisi Katholik), yi unsur tubuh dan darah Kristus tidak diubah. Kita tak perlu sampai trance, unsur-unsur itu cukup dimaknai dari aspek spritualnya saja. Luther dan (khususnya) Calvin sangat menekankan kedaulatan Allah.

Tradisi Anglikan juga mempertahankan ajaran Katholik apa pun yang dapat ditafsirkan ulang secara Alkitabiah. Henry VIII memutuskan hubungan dengan Paus Julius II pada tahun 1529 ketika Julius menolak untuk membatalkan pernikahan Henry dengan Catherine. Henry kemudian mengangkat dirinya sendiri sebagai kepala Gereja Inggeris yang baru dibentuk dan menyita semua properti biara Katholik di Inggeris. Selama pemerintahannya Enam Artikel diterbitkan, menyatakan Gereja Inggeris adalah Katholik dalam doktrin, tetapi dipimpin oleh penguasa Inggeris. Di bawah Ratu Elizabeth (1558-1603), teologi gereja dibuat lebih jelas bersifat Protestant. Seperti gerakan Luther dan Calvin, Gereja Anglikan melanjutkan praktik-praktik yang diwarisinya dari tradisi Katholik, tetapi menafsirkannya menurut keyakinan Protestannya.

Menjaga hanya apa yang Alkitabiah

Gerakan reformasi sejauh ini biasa disebut "magisterial" atau sebuah pengajaran Alkitab oleh orang-orang berpendidikan tinggi dalam teologi. Dengan kata lain, gerakan ini didukung dan dipertahankan oleh para hakim atau pemimpin pemerintahan saat itu. Cabang lain dari tradisi Protestant disebut reformasi "radikal". Sedangkan Protestan magisterial menyimpan apa pun yang mereka temukan dalam tradisi Katholik sekalipun tidak alkitabiah, sedangkan para reformis radikal hanya menyimpan apa yang secara tegas diajarkan dalam Kitab Suci.

Gerakan Puritan berusaha menghapus semua elemen Katholik dari ibadah Anglikan. Kaum Separatis meninggalkan gereja Inggeris untuk melembagakan reformasi serupa dalam iman dan praktik mereka. John Smyth, Thomas Helwys dan John Murton memimpin bagian penting dari gerakan Separatis awal ini; pengikut mereka disebut "Baptis" setelah tahun 1644.

Baptisan adalah contoh dari pendekatan reformasi radikal. Baptisan bayi, meskipun tidak dilarang oleh Alkitab, tidak ditentukan oleh firman Tuhan. Jadi para reformator radikal kembali ke praktek Perjanjian Baru, membaptis dengan cara membenamkan mereka yang membuat komitmen pribadi kepada Kristus sebagai Tuhan. Otonomi gereja lokal adalah contoh lain. Para reformis radikal tidak menemukan hierarki denominasi dalam Perjanjian Baru. Jadi mereka biasanya menuntut otonomi gereja lokal, tanpa uskup atau otoritas pemerintahan dari luar. Ketika mereka berdiri di luar dukungan pemerintah magisterial, para reformis ini biasanya juga berargumen untuk memisahkan gereja dan negara.

Sekarang ini gerakan reformasi radikal dilanjutkan oleh Baptis, gereja-gereja Alkitab, Gereja Kristus, dan sebagian besar gerakan non-denominasi, karena mereka hanya berusaha mempraktekkan apa yang mereka temukan secara tegas diajarkan dalam firman Allah.

Keragaman Dalam Kesatuan

Gerakan Protestan terus beradaptasi dengan tantangan dan kebudayaan (sebagai kata kerja dan bukan lagi kata benda) yang senantiasa berubah. Gereja-gereja non-denominasi, yang hampir tidak diperhatikan satu generasi yang lalu, kini adalah salah satu jemaat terbesar di AS.

Ketika kebudayaan menjadi semakin pasca-Kristen dan pasca-denominasi, perbedaan antara berbagai tradisi Protestan menjadi tidak terlalu memecah belah. Orang-orang saat ini lebih melihat afiliasi denominasi sebagai persyaratan usang, seperti "bergabung" dengan mal untuk berbelanja disana.

Dalam keyakinan teologis kita, kesatuan tubuh Kristus sama pentingnya bagi keefektifan kita. Yesus berdoa agar para pengikut-Nya "menjadi satu" agar dunia percaya bahwa Bapa mengutus Anak (Yohanes 17:21).

Kalangan protestant masa kini tak ubahnya liberalisme terkendali. Mengutip motto Richard Baxter : "Dalam hal-hal yang benderang, kita perlu persatuan; tapi dalam hal-hal yang meragukan, kita perlu kebebasan; dan dalam segala hal, kita perlu amal." Itulah sejatinya kalangan Protestan di tengah turbulensi dunia sekarang.

Dan di atas segalanya Protestant dan Katholik itu pada prinsipnya sama, meski tak lagi sebangun.

Referensi utama :

Dr. Jim Denison dalam https://www.denisonforum.org/

Referensi sekunder :

https://www.britannica.com/topic/Protestantism

https://voice.dts.edu/article/7-key-differences-between-protestant-and-catholic-doctrine-del-rosario-mikel/

Leroy Kenton dalam channelnya https://www.youtube.com/watch?v=pgjmlNXR2GM

Joyogrand, Malang, Fri', Oct' 14, 2022

Sebuah kartun perbedaan Katholik dan Protestant. Screenshot dipetik dari gotquestions.org
Sebuah kartun perbedaan Katholik dan Protestant. Screenshot dipetik dari gotquestions.org

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun