Sementara perbedaan Katholik dan Protestant semakin jelas adanya, kesamaan besar antara keduanya ibarat kebersamaan yang hidden. Keduanya percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah, bahwa Yesus adalah Putera Allah dan Juruselamat Dunia, dan bahwa kurban pendamaian-Nya memungkinkan keselamatan kekal kita. Pengakuan yang paling bersejarah disini : Yesus adalah Tuhan!
Denominasi Protestan
Mengutip sebuah ilustrasi yang menarik dari Dr. Jim Denison, dikatakan seorang pendeta Baptis mengundang orang-orang di lingkungannya untuk mengunjungi gerejanya. Seorang perempuan tua berkata, "Tidak, terimakasih anak muda, saya seorang Methodis." "Jika Anda tidak keberatan memberi tahu saya, mengapa Anda seorang Methodis?" tanya pendeta. "Ya, tahu sendirilah, orangtua saya kan Methodis, kakek-nenek saya Methodis, dan kakek buyut saya juga Methodis." Pendeta muda yang terlihat frustrasi itu merespon, "Itu bukan alasan, hanya karena semua kerabat Anda adalah Methodis. Lalu apa yang akan Anda lakukan jika semua kerabat Anda idiot?" Â "Kalau begitu," perempuan tua itu tersenyum, "saya mungkin akan menjadi anggota gereja Anda."
Ilustrasi Denison menggambarkan dengan terang benderang keberagaman denominasi protestant dalam kesatuan protestant, jika anda adalah anggota gereja tertentu. Pastinya anda bergabung disitu, karena keluarga anda sudah lama menghadiri kebaktian di gereja tsb, atau karena pengaruh teman, atau karena gereja itu telah memenuhi kebutuhan anda. Atau mungkin anda menjadi anggota karena keyakinan teologis, yi gereja tsb anda nilai paling mendekati pola Alkitabiah bagi umat-Nya.
Menyeksamai apa yang tidak Alkitabiah
Martin Luther mendirikan Reformasi Protestant. Dua keyakinannya menjadi ciri semua teologi Protestan : kita diselamatkan oleh iman saja, tanpa perantaraan Gereja; dan otoritas kita adalah kitab suci saja, tanpa interpretasi Gereja. John Calvin (1509-1564), seorang Katholik mantan pengacara, membantu membentuk keyakinan Protestant dengan cara yang lebih logis. Gereja "Reformasi" ("Presbiterian" di Amerika) mengikuti pengaruhnya hingga sekarang.
Luther dan Calvin setuju menolak apa pun yang mereka temukan dalam tradisi Katholik yang tidak mereka anggap Alkitabiah. Mereka menyangkal otoritas paus dan dewan karena alasan ini. Tetapi mereka menyeksamai apa pun yang mereka temukan dalam ajaran Katholik yang tidak secara tegas menyatakan bahwa itu non-Alkitabiah, dan memilih untuk menafsirkannya kembali secara Alkitabiah. Misalnya, Alkitab tidak melarang pembaptisan bayi, tetapi tidak mengajarkan bahwa baptisan semacam itu menghapus dosa asal yang diwariskan. Jadi Luther dan Calvin mempertahankan praktik baptisan bayi, tetapi mengubah artinya. Bagi Luther, baptisan adalah cara Kristus menganugerahkan anugerah keselamatan-Nya, tetapi itu berdiri di atas komitmen iman orangtua yang membawa anak mereka untuk dipersembahkan kepada Allah.
Dengan pendekatan ini, dalam Perjamuan Kudus misalnya, yang dimaknai adalah aspek spiritualnya dan bukan makna Katholiknya. Transubstansiasi (posisi Katholik), yi unsur tubuh dan darah Kristus tidak diubah. Kita tak perlu sampai trance, unsur-unsur itu cukup dimaknai dari aspek spritualnya saja. Luther dan (khususnya) Calvin sangat menekankan kedaulatan Allah.
Tradisi Anglikan juga mempertahankan ajaran Katholik apa pun yang dapat ditafsirkan ulang secara Alkitabiah. Henry VIII memutuskan hubungan dengan Paus Julius II pada tahun 1529 ketika Julius menolak untuk membatalkan pernikahan Henry dengan Catherine. Henry kemudian mengangkat dirinya sendiri sebagai kepala Gereja Inggeris yang baru dibentuk dan menyita semua properti biara Katholik di Inggeris. Selama pemerintahannya Enam Artikel diterbitkan, menyatakan Gereja Inggeris adalah Katholik dalam doktrin, tetapi dipimpin oleh penguasa Inggeris. Di bawah Ratu Elizabeth (1558-1603), teologi gereja dibuat lebih jelas bersifat Protestant. Seperti gerakan Luther dan Calvin, Gereja Anglikan melanjutkan praktik-praktik yang diwarisinya dari tradisi Katholik, tetapi menafsirkannya menurut keyakinan Protestannya.
Menjaga hanya apa yang Alkitabiah