Selama empat abad pertama sejarah Kristen, Uskup Roma menjadi terkemuka dalam komunitas Kristen atau pengikut Kristus yang lebih besar. Innocent I (402-17 M) adalah yang pertama mengklaim bahwa ialah pengganti Rasul Petrus (lih. Mat 16 :18-19 ); Leo I (440-61 M) menegaskan otoritas kitab suci untuk klaim Innocent, dan sering dianggap sebagai Pope atau Paus atau "Bapak" pertama Gereja. Pada Konsili Chalcedon (tahun 451), uskup Roma diakui sebagai pemimpin Gereja Katholik Roma (Katholik berarti "Universal"). Innocent III (1215) menegaskan dominasi universal Paus atas dunia spiritual dan sekuler, dan menyatakan Paus sebagai wakil Kristus di bumi.
Reformasi
Dalam perjalanan waktu, pelanggaran keuangan muncul dalam kepausan pada tahun-tahun setelah Innocent III. Pada awal abad 15, tiga paus mengklaim otoritas atas gereja.
Lahirnya renaisans atau masa pencerahan menyebabkan minat baru pada Kitab-Kitab Ibrani dan Yunani, dan membangkitkan kemandirian intelektual. Wycliffe dan para pengikutnya memulai pekerjaan menerjemahkan Alkitab kedalam bahasa umum masyarakat (sekitar 1382). Para pemimpin sekuler semakin frustrasi dengan otoritas kepausan.
Dalam sikon sangat dinamis seperti itu, panggung pun tiba-tiba tersedia untuk Martin Luther, seorang biarawan muda Katholik dan Pengajar Alkitab. Luther mempertanyakan berbagai pelanggaran di dalam gereja yang didokumentasikannya. Kemudian ia menempelkan "95 Tesis"nya di pintu gereja kota di Wittenberg pada tanggal 31 Oktober 1517. Pada awalnya ia tidak bermaksud menarik diri dari Gereja Katholik. Tetapi ketika tulisan-tulisannya tercetak dan beredar di seluruh Jerman, maka paus pun mengucilkan Luther pada tahun 1521, "protes" pribadinya (lih. "Protestant") menjadi gerakan yang terorganisir dan tak terbendung. Perdamaian Augsburg (1555) mengesahkan agama Lutheran di dunia Jerman, dan menjadikan Protestant sebagai dimensi abadi dari iman Kristen.
Perbandingan Teologis
Untuk menyederhanakan, perbedaan teologis antara Katholik dan Protestant dapat diringkas dengan dua perbandingan.
Wewenang
Luther berpendapat untuk "sola scriptura," Alkitablah satu-satunya otoritas kita yang tidak dapat salah, tidak tunduk pada tradisi gereja, paus, dewan, atau pendeta. Tradisi Katholik menyatakan bahwa sebagaimana Allah memberikan Kitab Suci melalui Gereja, maka Ia menggunakan Gereja untuk menafsirkan firman-Nya. Ajaran, konsili, dan kredo kepausan adalah sarana yang dia maksudkan kepada kita untuk memahami wahyu-Nya. Jadi Gereja dan Kitab Suci adalah otoritas kembar Gereja Katholik.
Keselamatan
Terkait dengan "sola fidei," Luther menegaskan keselamatan itu datang hanya melalui iman kepada Kristus Yesus. Tradisi Katholik menyatakan Allah menengahi keselamatan melalui "sakramen" : baptisan, penguatan, Ekaristi atau Perjamuan Kudus (tubuh dan darah Kristus yang dikonsumsi selama misa atau perayaan ekaristi), pertobatan, penahbisan, pernikahan, dan penyembuhan orang sakit. Beberapa kalangan Protestan mengakui beberapa dari tindakan ini sebagai "sakramen," sementara yang lain (seperti Baptis) tidak; tetapi Protestan biasanya tidak percaya bahwa tindakan ini dapat membantu menyampaikan keselamatan.