Kedua titik pijak ini sama saja, yaitu bersuasana damai dengan ciri yang tak lekang dari ingatan kita yaitu suara gemericik aliran air di persawahan Moni dan kicau burung-burung endemik Flores di titik pijak Koinara.
Desa Moni yang hening ini hanya ramai di musim pekan yang jatuh pada hari Selasa. Di pasar mingguan inilah Anda dapat membeli cindera mata khas Maumere seperti Sarung dan Selendang Maumere serta cinderamata lainnya yang berhiaskan kawah 3 warna itu.
Jangan lupa. apabila Anda merasa letih seusai mengunjungi Kawah Kelimutu, di lereng Kelimutu terdapat Pesanggrahan peninggalan Belanda yang cukup antik dan masih nyaman untuk dijadikan akomodasi. Kini sudah banyak akomodasi mulai dari yang mahal sampai yang klas backpacker.
Anda harus berani bertanya sebab sebagian pengusaha wisata disitu sekarang adalah pebisnis avontur yang bisa memanfaatkan ketidaktahuan Anda dengan harga jitak.Â
Dan jangan pula lupa memesan Moke atau Sopi (semacam Arak) Khas Flores. Aromanya lembut dan begitu masuk hirup demi hirup ke kerongkongan kita, badan pun terasa hangat dan lama kelamaan musik Reggae yang berkumandang dari pesanggrahan terdengar semakin asyik. Itu pertanda keasyikan berwisata ke Kawah berwarna Kelimutu sudah tercapai.
Itulah Kelimutu. Itulah salah satu obyek wisata yang sangat mempesona ketika Anda menjejakkan kaki di pulau Flores.
Tak terasa waktu pun sudah mengingatkan penulis agar segera melanjutkan perjalanan marathon menuju Jakarta. Dan di depan sudah membayang Kabupaten Manggarai yang terkenal dengan kopi Arabica dan Robustanya itu. Dan di depannya lagi Labuan Bajo ujung Flores Barat darimana nanti saya akan menyeberang dengan ferry ke Sape, Sumbawa Timur.
Joyogrand, Malang, Wed'. Oct' 12, 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H